Selasa, 12 Mei 2009

Prof Dr Roem Rowi MA: 'Kisah-kisah Mendominasi Al-Quran'

Prof Dr Roem Rowi MA dikenal sebagai pakar dalam bidang Alquran. Ia adalah guru besar ilmu Alquran dari IAIN Sunan Ampel Surabaya. Karena kepakarannya itu, Roem Rowi banyak ditugasi hal-hal khusus yang berkaitan dengan ilmu Alquran, seperti menjadi dewan juri MTQ mulai dari tingkat lokal (Surabaya, Jawa Timur), nasional, hingga internasional.

Berbicara tentang Alquran, alumnus doktoral dari Universitas Al-Azhar Kairo ini sangat bersemangat. Baginya, Alquran merupakan ilmu pengetahuan yang sangat luas. Yang menarik, ungkapnya, kisah-kisah sangat mendominasi dalam Alquran.

''Kisah-kisah sangat mendominasi Alquran karena metode ini paling disenangi orang, paling memesona, dan paling mudah diterima. Bukan hanya anak TK yang menyukai kisah, orang tua pun terpesona dengan kisah. Jadi, salah satu metode penyampaian pesan yang paling mengena adalah dengan kisah,'' ungkap Roem Rowi kepada Damanhuri Zuhri dari Republika . Berikut ini hasil wawancara lengkap dengan Roem Rowi tentang Alquran.


Sebagai seorang guru besar dalam bidang ilmu Alquran, Anda dikenal sebagai salah seorang pakarnya di Indonesia. Sesungguhnya, hal apa yang paling menarik dari Alquran dan apa-apa saja ilmu yang terkandung di dalamnya?

Alquran itu, menurut Rasulullah SAW, penuh dengan segala yang memesonakan dan menarik. Karena, Al-quran itu penuh dengan informasi, baik informasi masa lampau yang tidak terjangkau oleh indra maupun informasi yang termasuk prediksi masa depan yang mungkin ribuan tahun lalu belum tentu terjadi. Alquran sudah berbicara tentang itu. Petunjuk-petunjuknya itu bukan lagi teori, tapi sudah terujicobakan dan terpraktikkan dalam sejarah perjalanan umat manusia.

Sehingga, boleh dikatakan, Alquran merekam perjalanan umat manusia sejak Nabi Adam AS sampai hari kiamat. Maka, tidak aneh kalau dipenuhi dengan kisah-kisah yang intinya pengalaman, baik yang dialami oleh umat maupun yang dialami oleh utusan Allah. Begitu juga para penerusnya. Sehingga, kisah itu menjadi pelajaran bagi umat saat ini, bagi pemimpin umat, bahkan sampai masa-masa yang akan datang.

Sayangnya, ini yang banyak tidak diketahui. Umat kita baru melihat sebatas aspek ritualnya, yakni membaca dapat pahala. Tetapi, informasi tentang itu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan ini sering kali terlupakan. Membaca pada umumnya sampai saat ini masih diartikan melafalkan saja. Dinamakan Alquran karena ia maknanya bukan hanya bacaan, tapi juga himpunan. Karena, Alquran itu menghimpun seluruh ajaran Allah SWT sejak Nabi Adam AS, termasuk menghimpun kembali kandungan kitab-kitab yang terdahulu. Semacam kapita selekta.Setelah kandungan terdahulu itu dikembalikan kepada aslinya yang benar, dihimpunlah dalam kitab yang bahasa Arabnya disebut Alquran.

Kalau begitu, umat Islam sekarang ini tak cukup hanya membaca Alquran, tapi bagaimana bisa memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari?
Ya, mestinya seperti itu. Isinya pengalaman semua. Kita kan punya semboyan atau jargon yang menyebutkan bahwa Experience is the best teacher (pengalaman adalah guru terbaik). Maka dari itu, Alquran diisi dengan itu semua.

Artinya, apa yang terjadi pada kaum 'Ad, kaum Tsamud, dan lainnya bisa menjadi pelajaran bagi umat masa sekarang?
Ya, itu sudah terpraktikkan pada kaum-kaum sebelum ini. Nah , kita sekarang tinggal mengikuti yang baik dan pengalaman yang jelek harus kita tinggalkan. Maka, isi Alquran itu adalah kisah-kisah.

Tentang kisah-kisah. Alquran banyak sekali memuat kisah-kisah umat masa lalu. Lantas, apa sesungguhnya tujuan terpenting dari kisah-kisah tersebut?
Pertama , mengapa kisah itu mendominasi Alquran? Karena, metode kisah itu merupakan cara yang paling disenangi orang, paling memesona, dan paling mengena. Bukan hanya anak TK yang menyukai kisah, orang tua pun terpesona dengan kisah. Jadi, satu cara penyampaian pesan yang paling mengena itu adalah dengan kisah.

Kedua , kitab kisah itu adalah belajar pada pengalaman. Kita ini sebagai manusia umumnya kalau belum mengalami, akan berkata, '' Ah, masak ?'' Nggak percaya gitu. Tapi, kalau sudah mengalami, akan berkata, '' Oh , begitu, ya?'' ''Kapok, ah !'' Maka itu, Adam pun, nenek moyang manusia, sebelum ditugaskan ke bumi, dia harus mengalami dulu bagaimana mengaplikasikan petunjuk Allah dan bagaimana juga risiko kalau petunjuk Allah itu diabaikan atau dilanggar. Maka, ketika manusia merasakan akibat itu, Allah pun berpesan kepada anak cucu Adam sampai Hari Kiamat, yaitu cukup sekali itu saja pengalaman yang dialami Nabi Adam, kalian nggak usaha mengulanginya. Jadi, intinya adalah menyimpang dari ketentuan Allah itu pasti akan berakibat hanya menyusahkan manusia.

Lantas, kita tidak boleh meremehkan kisah-kisah yang ada dalam Alquran?
Jelas tidak boleh. Karena, kisah-kisah yang ada dalam Alquran itu pun berbeda dengan sejarah. Sejarah mementingkan kronologisnya, mementingkan tahun terjadinya, tempat di mana itu terjadi, kemudian pelaku-pelaku sejarah itu siapa saja. Tapi, kisah dalam Alquran justru mengabaikan itu semua. Tidak ada figur yang ditonjolkan secara definitif si A atau si C misalnya. Tidak ada tahun kapan itu terjadi. Tempatnya pun tidak disebutkan.

Mengapa begitu? Itu juga karena pengalaman manusia. Pengalaman manusia sering terjerumus dalam mengultus itu. Mengultuskan tempat, mengeramatkan tempat, memuja figur tertentu secara berlebihan, mengkultuskannya, serta juga waktu dan tahun. Oh , ini tahun keramat dan sebagainya. Ini semua bertentangan dengan ajaran tauhid. Sehingga, dengan itu, maunya tauhid kita tetap murni. Tidak dengan mengultuskan apa pun, siapa pun, di mana pun, dan kapan pun selain Allah SWT. Jadi, pengungkapan kisah-kisah yang tanpa menyebut tempat, figur, dan tahun itu semua dimaksudkan untuk menjaga kemurnian akidah kita.

Walaupun kisah-kisah, sesungguhnya itu semua tetap mengajarkan akidah yang benar?
Ya, bukan hanya akidah. Kisah itu mengantarkan akidah, syariah, dan akhlak. Intinya tiga hal tersebut.

Berapa persen kisah-kisah yang ada dalam Alquran?
Sekitar 80 persen dari Alquran itu adalah kisah-kisah. Kalaupun ada figur yang disebut secara definitif, hanya dua dalam Alquran. Siapa dua itu? Isa anaknya Maryam, Isa ibnu Maryam. Yang kedua, Maryam anak perempuannya Imran. Hanya dua figur itu. Yang lainnya tidak ada. Tak ada Muhammad ibnu Abdullah, Ismail ibnu Ibrahim nggak ada. Sehingga, kisah itu nilainya universal, tidak terikat dengan individu tertentu, tempat tertentu, ataupun waktu tertentu.

Mengapa dua figur tadi perlu disebut secara definitif? Karena, dalam dua figur itu telah terjadi penyimpangan tauhid yang sangat luar biasa, yang menyesatkan sebagian besar dari penduduk dunia sampai saat ini. Karena, Isa dipertuhankan. Ibunya tentu menjadi ibu anak Tuhan. Maka, itu kemudian diluruskan. Alquran meluruskan bahwa anggapan itu tidak benar. Isa itu bukan anak Tuhan. Isa hanyalah anak seorang manusia biasa dan punya ibu, ibunya bernama Maryam. Dan, Maryam itu juga manusia biasa karena dia juga punya bapak. Nama bapaknya adalah Imran. Jadi, sekali-kali dilebih-lebihkan. Karena itu, dua figur tersebut disebut secara definitif. Sedangkan, yang lainnya tidak disebut secara definitif. Ibrahim, misalnya, anak siapa? Ataupun Ismail AS anaknya Ibrahim, sama sekali tidak disebut secara definitif. Yang betul-betul disebut secara definitif hanya dua figur tersebut.

Selain kisah, Alquran juga banyak menyebut perumpamaan-perumpamaan atau lazim disebut matsalan , seperti nyamuk dan lainnya. Apa sesungguhnya manfaatnya
Ya, perumpamaan itu bahasa Alqurannya matsalan , jamaknya amtsalan . Hakikat amtsalan itu apa? Itu visualisasi atau peragaan. Karena tujuan Alquran itu memberi petunjuk, petunjuk itu harus jelas. Kalau tidak jelas, bisa saja nantinya menyesatkan.

Untuk memperjelaskan itu, perlu divisualkan. Misalnya, infak di jalan Allah sebagai satu biji yang nantinya menumbuhkan tujuh batang, masing-masing batang membuahkan 100 biji. Akhirnya, berlipat menjadi 700 kali. Sehingga, menjadi sangat jelas. Kalau seorang guru memeragakan pelajarannya dengan visualisasi, penjelasannya menjadi sangat jelas bagi murid. Jadi, amtsalan itu hanyalah sebuah metode bagaimana Alquran menyampaikan pesan. Selain menggunakan kisah-kisah tadi, ada juga yang menggunakan perumpamaan. Sehingga, yang asalnya abstrak bisa langsung dipahami.

Apakah semua ayat-ayat Alquran itu ada asbabun nuzul -nya (sebab-sebab turunnya)?
Nggak .

Mengapa?
Itu sebenarnya istilah. Mengenai asbabun nuzul itu, saya tidak sependapat. Itu namanya hukum kausalitas, sebab akibat. Hukum sebab akibat itu harus pada kita (manusia), Allah tidak. Allah cuma menurunkan. Untuk berbuat apa pun itu, terserah Allah. Hingga sekarang, yang ada ini. Saya mengistilahkannya historisitas turunnya ayat Alquran. Jadi, aspek kesejarahan turunnya ayat Alquran. Sebab, sebelum peristiwa itu terjadi, ayat itu sudah turun duluan. Pada saat lailatul qadr , Alquran itu sudah turun seluruhnya. Sehingga, apa yang disebut sebab nuzul , itu sejarah saja berkaitan dengan masalah itu. Jadi, itu tujuannya untuk menjelaskan tadi. Seperti amtsal . Jadi, ada pertistiwa begini, kemudian ayat turun. Itu penegasan, bukan penyebab.

Ada ayat yang ada asbabun nuzul -nya dan ada juga ayat yang tidak ada asbabun nuzul -nya. Itu mengapa?
Karena, itu bukan sebab turun. Itu hanya sejarah. Itu sudah saya teliti. Jadi, yang ada aspek kesejarahannya atau yang disebut dengan asbabun nuzul bisa tidak sampai 10 persen dari seluruh ayat Alquran. Namun, istilahnya dibesar-besarkan sedemikian rupa seakan-seakan tanpa itu Alquran tidak bisa dipahami. Itu bertentangan dengan pernyataan Allah sendiri, yaitu Alquran diturunkan dengan bahasa yang mudah, yang jelas, dan juga dimudahkan oleh Allah untuk diambil pelajarannya. Siapa pun yang mau belajar, silakan. Maka itu, tidak ada buku lain yang bisa dihapal, selain Alquran. Meskipun orang nggak mengerti, tapi bisa dihapal. Koran yang kita ngerti nggak bisa dihapal. Jangankan satu koran, satu artikel saja nggak bisa dihapal. Tapi, Alquran ini, yang nggak mengerti sekalipun, misalkan anak TK, bisa menghapal dengan mudah.
Mengapa bisa seperti itu?
Itu tadi, ada aspek Ilahiyah. Jadi, ada faktor-faktor yang di luar perhitungan manusia, yaitu sengaja oleh Allah dimudahkan. Itu ada di dalam surat Alqomar, empat kali ada pengulangan, ''Sungguh, pasti Kami mudahkan Alquran itu.'' Asal untuk diambil pelajaran. Itu terdapat di ayat 17, 24, 34, dan 37. Dalam ayat itu, penegasan Allah diulang-ulang dan sengaja Alquran dimudahkan Allah bagi orang yang mau mempelajarinya.

Misalnya, ada orang yang bilang, ''Saya mau mempelajari asbabun nuzul ,'' boleh apa tidak?
Bisa saja. Itu bahkan mudah sekali untuk menghapalnya. Itu isinya cerita, sejarah yang berkaitan dengan ini dan itu yang jumlahnya tidak sampai 10 persen. Kalau kita menyebut asbabun nuzul , berarti kalau itu tidak terjadi, ayatnya tidak turun. Padahal, itu sudah turun sebelumnya. Pada malam lailatul qadar itu, Alquran sudah turun seluruhnya. Hanya masalahnya, sampai di Baitul Izzah saja. Waktu diturunkan kepada Nabi Muhammad, kadang-kadang dikaitkan dengan peristiwa tertentu supaya lebih mudah lagi dipahami.

Bagaimana agar cepat dan mudah dalam memahami ayat-ayat Alquran, termasuk orang awam sekalipun?
Menurut Alquran sendiri, Allah SWT memudahkan siapa pun untuk memahami Alquran asal niatnya murni untuk mengambil petunjuk dan untuk mengambil pelajaran dari Alquran. Jadi, ada faktor X yang bisa memudahkan itu. Sehingga, ada aspek ritualnya. Yang penting, niatnya harus tulus. Hanya untuk itu dan tentunya juga harus diamalkan.

Dalam kaitan itu, di Surabaya, ada LPPIQ (Lembaga Pengajian dan Pendidikan Ilmu Al-Qur'an). Kita menemukan sistematika Alquran ternyata seperti piramida atau segitiga. Yang paling bawah dan panjang itu sebagai fondasi, yakni surat Albaqarah. Sementara itu, surat Alfatihah sebagai miniaturnya. Jadi, Alquran diawali dengan penyampaian secara global, yaitu Alfatihah yang isinya akidah, syariah, tatanan menata hubungan manusia dengan Allah SWT, dan hubungan dengan alam.

Jadi, Alquran itu diawali dengan penyampaian secara global, yaitu Alfatihah. Isinya yang pertama adalah akidah. Kedua adalah syariah yang menyangkut tatanan kehidupan kita hubungan dengan Allah, hubungan dengan sesama kita, dan hubungan dengan alam. Kemudian, yang ketiga adalah akhlak.

Itu globalnya dari Alfatihah. Kemudian, nanti diperinci, dijelaskan secara lebih detail. Itu dimulai pada Albaqarah sampai dengan surat Annas atau surat ke-114. Tapi, nanti ada rasionya lagi. Albaqarah adalah surat yang paling panjang dan sebagai dasar sehingga dibuat mudah. Maknanya itu nyaris tidak memerlukan tafsir karena bisa langsung dipahami dari makna literalnya sendiri.

Misalnya, Allah memerintahkan kamu untuk menyembelih seekor sapi. Maksudnya nggak perlu penjelasan. Kedua, ternyata Albaqarah itu memiliki 80 persen dari seluruh kosakata yang ada dalam Alquran. Jadi, kunci-kunci memahami Alquran itu ada di surat Albaqarah. Lainnya itu adalah kata pengulang. Sehingga, kalau Albaqarah dikuasai, tinggal 20 persennya yang menyebar dalam 27 juz. Karena semakin tinggi seperti segitiga, semakin pendek. Segitiga itu semakin ke atas semakin kecil. Alquran juga begitu bentuknya.

Kamu semakin tinggi tingkatannya maka tingkat kesulitannya itu semakin tinggi. Sehingga, meskipun Alkautsar memiliki ayat yang sangat pendek, itu tidak dipahami hanya dengan makna literalnya. Pemaknaan Alkaustar masih perlu tafsir, masih perlu penjelasan lebih jauh. Jadi, kata dasarnya sudah ada dalam Albaqarah.

>Ada cara-cara memahami Alquran dengan terjemah. Itu bagaimana?
Betul. Itu yang di Istiqlal juga ada. Itu juz pertama Albaqarah ada 3.300 sekian kata, itu bisa dipahami dalam waktu 40 jam. Jadi, juz pertama itu sudah terdapat 70 persen kosakata dalam Alquran. Sehingga, dari juz pertama sampai juz kedua itu tinggal 20 jam atau kurang. Ketika berkurang lagi, kalau kita kenal karena kuncinya sudah di tangan kita, pada QS Albaqarah tadi itu sudah kita uji cobakan pada tahun 1993. Di Jakarta, ada di Istiqlal. Progamnya LPIQ (Lembaga Pendidikan Ilmu Alquran). Itu yang di Jakarta. Dulu, pengembangan dari sini (LPPIQ 2), Lembaga Pengkajian dan Pendidikan Ilmu Alquran.

Bagaimana hasil dari program itu?
Bagus. Di sini, ada pengalaman yang unik. Ada seorang peserta dari pabrik Semen Gresik yang belajar sampai 12 tahun. Anehnya apa? Selama 12 tahun, dia sudah divonis dokter sampai akhir hayat itu tergantung pada obat jantung. Jadi, ada kelainan jantung yang tidak terobati. Jadi, harus selalu minum obat. Tapi, anehnya, ketika belajar ini, sekarang sembuh total. Sekarang, dia sudah sering menyampaikan testimoni di hadapan ribuan orang. Dan, itu karena Allah mensyariatkan Alquran dapat menyembuhkan penyakit.

Ada buku dari Prof Amin Aziz yang menulis The Power of Al-Fatihah yang meneliti sekitar masjid tempat tinggalnya itu. Ternyata, umat Islam banyak yang tidak paham arti surat Alfatihah. Bagaimana menurut Anda?
Kita itu hanya membunyikan, mayoritas nggak paham. Maka itu, tidak berfungsi sebagai petunjuk, malah difungsikan sebagai jimat untuk mencari pahala. Mestinya, yang namanya petunjuk itu harus dipahami. Petunjuk apa pun harus bisa kita pahami. Masalahnya tidak hanya untuk mencari pahala. Itu pedoman perilaku, pedoman dalam berinteraksi dengan siapa pun. Tapi, mestinya paham dulu baru diaplikasikan.

Mengapa orang lebih suka membaca Alquran 100 kali atau seribu kali?

Saya kira karena proses pendidikannya. Karena, proses pendidikan didoktrinkan semacam itu. Dengan membaca sekian, akan mendapat pahala, bukan minta petunjuk. Kalau petunjuk itu, mestinya harus dipahami dulu. Sistem pendidikannya menekankan pada besarnya pahala, tidak ditekankan kepada yang lebih penting lagi, yaitu memahami. Kalau membaca mendapat 10 pahala, sedangkan memahami lebih sulit pasti pahalanya lebih besar lagi. Tapi, ini nggak ada perhatian ke situ.

Sumber : Republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Sudahkah kita membaca Alqur'an hari ini?
Berapa kali dalam sebulan kita mengkhatam Al qur'an."
( Khairukum man ta'allamal qur'an wa 'allamah).
SOMEDAY IS TODAY, DO IT NOW OR NEVER

TIPS OF THIS DAY
“Didiklah anakmu dengan 3 perkara: mencintai Allah, mencintai Rasul dan belajar Al-Qur’an” (Al-hadits)