Kamis, 13 September 2012

Mutiara Hikmah

Tiap kita butuh rumah yang indah untuk berkumpul menikmatin kebersamaan bersama keluarga. Keindahan rumah yang kita bangun akan semakin sempurna bila di dalamnya sering d bacakan Al-Qur'an.

Bacaan Qur'an akan memperindah rumah kita, meski rumah kita sangat sederhana maka bacaan Qur'an yang akan memperindahnya. 

Sungguh indah bila dalam keluarga kita akan saling bergantian membaca Qur'an, sehingga serasa sambung-menyambung tiada henti di tiap harinya. Semoga Qur'an yang kita baca, pelajari dan amalkan akan menjadikan keluarga kita sakinah. Sehingga kta bisa berkata "rumahku syurgaku". Semoga.

Ust. Yusuf Mansur FB Status 

Selasa, 11 September 2012

“Trauma Persepsi” Dalam Menghafal Al Qur’an


Betapa banyak kaum muslimin mengeluh, “Menghafal Al Qur’an itu susah amat yah. Sudah berkali-kali diulang-ulang dan menggunakan berbagai macam cara, tapi tetap saja hasilnya nol. Alias gak bisa hafal dan lengket.” Ini adalah bentuk ‘trauma persepsi’ tentang problematika seputar tahfizul Qur’an, yang bila dibiarkan lama-lama mengendap dalam pikiran Anda akan menjadikan Anda tidak lagi bergairah ketika dihadapkan dengan Al Qur’an dalam berbagai sisi manapun. Maka berhati-hatilah…!
  • Habbatussauda, Madu Pahit, Gamat Gold, Spirulina, Menkudu, dll
    herbalmabruuk.com
  • Plus 4.000 artikel Islami, 6.000 kitab, serta nasyid walimah & jihad.
    digitalhuda.com/?f1
  • Peluang Usaha Sambil Ibadah, Perwakilan Biro Umrah-Haji Plus dan Raih Reward Ratusan Juta Rupiah.
    www.rumahhajidanumrah.com
  • Sedia Baju Hamil, Baju Menyusui, Celana Hamil, Bra Menyusui, Nursing Pillow, Nursing Apron, dll.
    www.hamil-menyusui.com
Atau Anda pribadi juga merasakan hal seperti itu ketika dihadapkan dengan tahfizul Qur’an?! Ayoo… Ngaku saja deh, hehe.. Kami tidak ingin memvonis Anda akan hal ini. Tapi kalau memang demikian fenomenanya, maka seharusnya jangan berhenti hanya sampai di situ.
Jika Anda serius ingin bisa hafal juga -minimal beberapa surat baru ataupun yang lama yang belum bisa lengket-lengket hingga sekarang- maka ada beberapa hal yang harus anda ubah tentang hal ini. Di antaranya ialah:

Ubah cara yang Anda gunakan selama ini

Apabila Anda merasa sulit sekali menghafal dengan cara-cara klasikal yang anda ketahui selama, maka janganlah kemudian berputus asa. Orang-orang yang memiliki tipe pantang mundur biasanya akan maju terus. Betul, khan?! Kalau orang itu adalah Anda sendiri, maka Anda harus mencari cara baru yang lebih menantang dan tentunya bisa memberikan kemudahan kepada diri Anda.
Misalnya, sebelum Anda menghafal, usahakan Anda mengerti terlebih dahulu isi ayat yang akan Anda hafal.
Setelah itu, Anda resapi kandungan maknanya sampai ia benar-benar melekat dalam memori Anda.
Lalu, khayalkan ilustrasi ayat itu dalam bentuk visual (gambar) atau gambar imajinatif. Nah, ketika ilustrasi itu sudah Anda ‘ukir’ di benak Anda, selanjutnya potretlah imajinasi itu dan hubungkan ke teks ayat yang bahasa Arab itu.
Ingat-ingat dan hubungkan antara bayangan visual imajinasi dengan redaksi ayat.
Setelah itu, perlahan-lahan silahkan baca ayat yang Anda hafal secara perlahan-lahan dengan kaidah tajwid yang benar.
Apabila Anda kesulitan membaca dengan benar (karena bacaan Anda masih belepotan misalnya), jangan bingung. Carilah kaset, atau audio dari bacaan qori yang Anda sukai. Dengarkan baik-baik. Lakukan hal itu berulang-ulang disertai peniruan dari Anda.
Ketika Anda melakukan hal ini secara berulang-ulang dan disertai pemahaman maknanya, maka Insya Allah, sedikit demi sedikit ayat tersebut akan melekat di benak Anda.
Jangan puas dulu.. Karena hafalan anda itu masih ‘dini’ yang masih rentan hilang. Karenanya, lakukan kemudian dengan cara mengurangi bacaan dari audio. Dan coba ulangi dengan bacaan Anda sendiri. Jika berhasil dan Anda bisa membacanya dengan lancar disertai pemahaman ayat, maka lakukan sekali lagi tanpa melihat mushaf..
Lakukan hal itu berkali-kali. Dalam hitungan menit Insya Allah, anda akan hafal ayat yang barusan saja anda hafalkan itu. Plus disertai pemahaman ayat. Asyik, khan?!
Berhentilah dulu dan lakukan jeda barang setengah menit tanpa menengok sejenak pun ke ayat tersebut. Lakukan relaksasi sampai satu jam dengan mengerjakan hal-hal lain selain tahfiz.
Nah, satu jam kemudian coba ulang kembali hafalan anda itu. Jika masih OK.. Lakukan terus dengan diselingi jeda dua jam, lima jam sampai seharian penuh.
Mau tahu hasilnya?! Silahkan anda tes lagi keesokan harinya. Apabila hafalan itu masih anda ingat dan bisa dibaca dengan baik dan lancar, itulah rejeki dari Allah kepada Anda, dan jangan lupa ucapkan Alhamdulillah..Sepintas, memang butuh perjuangan. Yaa, namanya juga jalan menuju kesuksesan tentu anda harus suka mengikuti prosesnya.
Itu baru sehari Anda uji.
Next.. Lakukan hal itu sepekan dua pekan dan seterusnya sampai benar-benar hafalan itu seperti bacaan surat al-Fatihah yang sulit sekali untuk dilupakan -kecuali dengan izin Allah.

Cara maintenace hafalan Anda itu:

Hanya ada satu cara, apa itu? Ya, senjata itu bernama review atau yang disebut dengan MUROJAAH atau pengulang-ulangan. Kalau perlu Anda mengikuti ulangan sesering mungkin biar tahan lama..Caranya banyak, yang penting judulnya mengulang. Usahakan waktunya di malam hari, sebelum fajar (subuh), ba’da subuh, dan setelah qoilulah (tidur sejenak di siang hari). Atau di saat-saat semangat Anda sedang bangkit. Itulah saat-saat pikiran anda segar. Jangan kkhawatir dengan jeda aktifitas. Memang biasanya, padatnya aktifitas dan berseliwerangnya berbagai kegiatan keseharian membuat hafalan anda akan ‘menguap’ alias hilang sedikit demi sedikit. Tapi dengan tahfiz disertai pemahaman tadi, setidaknya anda membuat hafalan itu tidak mudah hilang. Malah, akan mempermudah dihadirkan ketika ia diminta hadir dibacakan setelah ‘tersimpan’ dalam waktu beberapa hari dan waktu.
Sahabat al-Qur’an yang disayangi Allah..
Itulah sekelumit cara mengatasi ‘trauma persepsi’ tentang problemati tahfizul qur’an yang mungkin sudah terlalu lama menjangkiti diri kita. Setelah ini jangan ada lagi trauma-trauma lain menghampiri Anda.
Jikalau ada (dan pastinya ada), jangan khawatir, lakukan hal yang sama seperti cara di atas. Dan jangan bosan untuk bertanya dan berkonsultasi di kolom komentar di bawah, karena itu baru satu ayat yang anda hafal. Sementara ayat-ayat al-Qur’an yang belum anda hafalkan dan menanti anda hafalkan masih ribuan lagi.
Mereka, rindu dihafal oleh Anda sehingga tidak hanya menjadi milik lembaran-lembaran kertas, tapi juga milik memori dan benak anda yang luar biasa itu..
Jadi, mari berjuang, berkorban dan tekadkan diri untuk terus menghafal al-Qur’an. Semoga Allah memudahkan dan merestui kita semua, Amiin.
Wallahu A’lam
Rep/Red: Hidayat Hamim 

Tuntas dan Lancar Menghafal 30 Juz dalam 12 bulan, Bisakah?


Syafaat
Banyak pertanyaan muncul seputar durasi menghafalkan al-Quran. Ternyata jawaban dari pertanyaan tersebut sangat bervariasi mulai dari yang super cepat (kurang dari 10 bulan) sampai yang paling lambat di atas 10 tahun, bahkan tidak jarang berakhir dengan kegagalan. Jika jawabannya bervariasi, maka penghafal pemula dihadapkan pada kebingungan membuat target waktu. Kebingungan tersebut membuat gamang untuk melangkah, kegamangan membuat langkah menjadi tertatih-tatih. Terlebih sekarang ini banyak orang tua yang menginginkan anaknya segera melanjutkan sekolah atau kuliah seusai mereka tuntas menghafal.
Animo masyarakat muslim terutama di perkotaan untuk menghafal al-Quran kian besar dan tak terbendung, sementara pada saat yang sama mereka dihadapkan pada tuntutan hidup faktual (bekerja, menikah, membesarkan anak, meniti karir, melanjutkan studi, berorganisasi). Lagi-lagi, persoalan yang muncul adalah cukupkah dalam waktu terbatas (1 tahun, 2 tahun dst) semua keinginan itu berjalan simultan.
Menghafal al-Quran termasuk kategori Extra Ordinary Memorization (EOM), proyek menghafal yang luar biasa banyaknya, sekitar 600 (full) halaman dengan ratusan kata yang mirip dan ratusan kata non Arab di dalamnya. Dibutuhkan kolaborasi antara psikis, fisik, transeden yang kokoh untuk melakukannya. Ketenangan psikis dibutuhkan agar kerja otak untuk proses menghafal tidak terganggu, fokus dan stabil dalam jangka waktu yang panjang. Fisik yang sehat ikut juga berkontribusi menjaga stabilitas psikis, kinerja mekanis tubuh. Menggerakkan mulut untuk membaca, tangan membuka mushaf dibutuhkan kinerja mekanis tubuh yang sehat. Peran transendental (keyakinan/keimanan), meski kerja di belakang layar, adalah mengatur harmoni psikis dan fisik sekaligus mensupplay tenaga yang maha dahsyat. Seringkali aspek transedental ini mendominasi dan mengambil alih peran psikis dan fisik. Contoh banyak sekali orang buta yang hafal al-Quran, tidak jarang orang yang berbaring sakit sukses menghafal.
Pengalaman membuktikan bahwa perencanaan yang baik dalam menghafal dapat mempercepat tuntasnya hafalan. Beberapa orang beranggapan jika menghafal dalam waktu yang lama, akan lama juga hilangnya, sebaliknya jika cepat selesainya, cepat juga hilangnya. Anggapan ini lebih banyak salahnya daripada benarnya, kenapa? Rata-rata mereka yang hingga tahun ke 4 belum tuntas, berakhir dengan kegagalan, sebab motivasi internal yang pada tahun pertama menggelora (100 %), mungkin pada tahun ke 4 tersisa tinggal 50% saja. Lebih-lebih bertubi-tubi desakan datang dari keluarga, teman, lingkungan untuk menyelesaikan, sehingga bisa jadi menghimpit syaraf dan itu rentan terjangkit stress. Seperti gadis usia 30 tahun belum laku, pasti kesana kemari akan dihujani pertanyaan, ledekan bahkan cibiran yang terkait dengan pernikahan.
Kalau kita disuruh memilih antara menghafal satu tahun seusai kuliah lalu bekerja atau langsung kerja sambil menghafal sedikit demi sedikit. Mayoritas akan memilih yang kedua, mungkin untuk meminimalisir resiko (kehilangan waktu setahun). Padahal kalau jernih berpikir, pilihan kedua itu justru akan memperpanjang beban dan mengambang antara menghafal dan kerja. Artinya kerja kurang fokus, menghafal juga kurang fokus. Dan ini butuh waktu yang lama dan konsentrasi yang tidak mudah. Sebaliknya pilihan pertama (libur dari semua aktifitas, hanya fokus menghafal), berat di awal (pertimbangan usia, keluarga kurang setuju dll), tetapi happy ending (indah di akhir, insyaallah).
Satu tahun adalah waktu yang panjang bila dimanfaat secara efektif, sebaliknya satu tahun adalah waktu yang cepat bila disia-siakan. Dua orang yang sama-sama lulus kuliah kemudian bertemu lagi dalam kurun waktu setahun, akan mendapatkan pengalaman, penghasilan, ilmu dan kulitas hidup yang berbeda. Mungkin satunya selama setahun dia bisa mengumpulkan uang hingga 10 juta, sementara yang lain memiliki keuntungan non materi yang abstrak, yaitu hafal al-Quran 30 juz. Tentunya keduanya memiliki bobot kulitas yang berbeda. Satu tahun yang bermakna akan mengukir keindahan hidup selamanya, sebaliknya satu tahun yang hanya numpang lewat tanpa aktifitas bermakna hanya menambah jumlah bilangan usia dan mengurangi bilangan umur.
Pertanyaan berikutnya, bisakah dalam 1 tahun seseorang dapat tuntas menghafal al-Quran? Jawabannya tidak hanya “bisa”, tapi “sangat bisa sekali”. Berbicara tentang menghafal 1 tahun berarti kita berbicara tentang lama waktu (12 bulan, 365 hari, 24 jam x 365) dan kesiapan fisik-psikis (untuk mengisi waktu tersebut seefektif dan seefisien mungkin), serta stabilitas konsentrasi dan fokus (istiqamah).
Terkait dengan calon penghafal, kelancaran membaca, fashahah, tajwid sudah tidak ada persoalan bagi mereka, demikian juga segala tanggungan finansial/tugas keseharian non tahfidz harus benar-benar bebas serta kenyamanan tempat dan ketepatan ustadz/kyai tidak diragukan lagi. Inilah prasyarat yang mutlak dipenuhi sebelum menyelam dalam samudera hafalan.
Sebelum memulai, harus dibuat perencanaan yang matang secara matematis dan aplikatif. Misalnya: kalau targetnya 12 bulan, maka perencanaannya harus dibuat 10 bulan sebagai antisipasi waktu yang terbuang.  Hasil bagi dari 10 bulan dengan 30 juz sama dengan 3 juz perbulan atau 1 juz per 10 hari.
Biasanya mushaf yang dipakai adalah mushaf pojok (setiap pojok bawah adalah akhir ayat) baik terbitan Menara Kudus, maupun terbitan dari Timur Tengah. Dalam satu juz umumnya terdapat 10 lembar/20 halaman. Jadi minimal perhari, harus menambah hafalan baru minimal 1 lembar/2 halaman. Untuk lebih aman sebaiknya ditambah 1 halaman lagi agar dalam waktu 20 hari sudah dapat 3 juz, sehingga ada sisa waktu antara 9-10 hari (dalam tiap bulan) untuk rileks atau melancarkan ketiga juz tersebut. Kegiatan semacam ini berlangsung terus tanpa jeda, tanpa mengenal hari libur kecuali idul fitri dan idul adha saja. Seandainya melakukan perjalanan jauh, pun tidak boleh putus menambah hafalan baru meski di atas kendaraan. Jadi dibutuhkan kedisiplinan tinggi dan istiqamah tanpa kompromi. Sekali saja teledor atau malas, akan mengundang kemalasan berikutnya.
Hal yang tidak kalah penting dengan menambah hafalan baru adalah muraja’ah (mengulangi seluruh hafalan lama). Jika input hafalan barunya banyak maka murajaahnya juga harus banyak (seimbang). Jumlah juz yang dimurajaah dalam sehari minimal 1/7 dari hafalan keseluruhan. Misalnya sudah menghafal 14 juz maka minimal perhari 2 juz, sehingga dalam seminggu mengalami satu kali putaran. Berbeda dengan juz terakhir/terbaru yang dihafal, wajib dimurajaah setiap hari hingga lancar. Setiap hafalan baru wajib diperdengarkan (tasmi’) kepada ustadz/kyai yang sudah hafal. Akan lebih juga bila satu juz terakhir atau juz-juz lainnya yang belum lancar juga ditasmi’.
Ke semua proses di atas membutuhkan pikiran dan tubuh yang fit dan fresh terus. Bila sakit bagaimana? Selama dalam kondisi sakit itu masih mampu (meski tidak optimal) menghafal, maka lakukan semampunya. Perlu juga memperhatikan kesehatan dan kebugaran selama menghafal. Harus disisipkan waktu dalam sehari sekitar 1 jam untuk berolahraga (jalan, lari, senam, fitness dll) dan refreshing otak (dengan melihat pemandangan alam dll), serta 1 jam untuk tidur siang dan mandi. Lakukan keseimbangan antara berhenti dan bergerak, antara duduk dan berdiri dalam keseharian agar peredaran darah dan sensorik syaraf berjalan normal. Hindari makan terlalu banyak karena membuat orang mengantuk, dan hindari  kurang makan yang akan mengganggu konsentrasi menghafal. Biasakan tiap rakaat shalat membaca 1 halaman al-Quran, dan juga biasakan murajaah sirri (tanpa sirri) dalam keramaian, termasuk di atas kendaraan.
Kalau semua proses di atas berjalan sukses, maka 10 bulan sudah khatam 30 juz dan sisanya (2 bulan) dipakai untuk pemantapan dan tashih mendalam. Murajaah pada dua bulan terakhir harus lebih banyak, minimal 2 hari sekali khatam. Dan genap 1 tahun, si penghafal sudah tuntas menghafal dan mengkhatamkan sebanyak 30 khataman. Inilah yang disebut dengan tuntas dan lancar. Selanjutnya dia sudah bisa melanjutkan kuliah, kerja, atau mengejar cita-cita yang lain. Dalam kondisi ini, tentu murajaah tidak boleh berhenti hingga ajal menjemput, hanya saja porsinya dikurangi minimal 2 minggu sekali khatam. Buatlah komunitas kecil untuk murajaah bersamaan (bergiliran) secara rutin mingguan atau bulanan. Sekali-kali ikutlah musabaqah dengan niat semata ingin memperbaiki kulitas hafalan dan mendapatkan bimbingan intensif, pasti bacaan dan hafalan kita lebih baik. Keikhlasan menjadi baju keseharian, ketawadluan menjadi desah nafas, khidmat ilmu menjadi lahan perjuangan tiada henti.
Semoga Allah ikut mengintervensi langsung cita-cita kita yang mulia ini sehingga berlangsung lancar dan bekualitas. Amin. La haula wa la quwwata illa billah.  (Malang, 6 September 2012)

Selasa, 06 Maret 2012

Alm. KH. Moh Arwani Amin: Penjaga Kalam Ilahi dari Kudus

Oleh : Mahrus Sholeh | 04-Mar-2012, 18:40:09 WIB
KabarIndonesia - Yanbu’ul Qur’an Adalah pondok huffadz terbesar yang ada di Kudus. Santrinya tak hanya dari kota Kudus. Tetapi dari berbagai kota di Nusantara. Bahkan, pernah ada beberapa santri yang datang dari luar negeri seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
Pondok tersebut adalah pondok peninggalan KH. M. Arwani Amin. Salah satu Kyai Kudus yang sangat dihormati karena kealimannya, sifatnya yang santun dan lemah lembut.

KH. M. Arwani Amin dilahirkan dari pasangan H. Amin Sa’id dan Hj. Wanifah pada Selasa Kliwon, 5 Rajab 1323 H., bertepatan dengan 5 September 1905 M di Desa Madureksan Kerjasan, sebelah selatan masjid Menara Kudus.
Nama asli beliau sebenarnya Arwan. Tambahan “I” di belakang namanya menjadi “Arwani” itu baru dipergunakan sejak kepulangannya dari Haji yang pertama pada 1927. Sementara Amin bukanlah nama gelar yang berarti “orang yang bisa dipercaya”. Tetapi nama depan Ayahnya; Amin Sa’id.
KH. Arwani Amin adalah putera kedua dari 12 bersaudara. Saudara-saudara beliau secara berurutan adalah Muzainah, Arwani Amin, FarKHan, Sholikhah, H. Abdul Muqsith, Khafidz, Ahmad Da’in, Ahmad Malikh, I’anah, Ni’mah, Muflikhah dan Ulya.

Dari sekian saudara Mbah Arwani (demikian panggilan akrab KH. M. Arwani Amin), yang dikenal sama-sama menekuni Al-Qur’an adalah Farkhan dan Ahmad Da’in.
Ahmad Da’in, adiknya Mbah Arwani ini bahkan terkenal jenius. Karena beliau sudah hafal Al-Qur’an terlebih dahulu daripada Mbah Arwani. Yakni pada umur 9 tahun. Ia bahkan hafal Hadits Bukhori Muslim dan menguasai Bahasa Arab dan Inggris.
Kecerdasan dan kejeniusan Da’in inilah yang menggugah Mbah Arwani dan adiknya Farkhan, terpacu lebih tekun belajar.

Konon, menurut KH. Sya’roni Ahmadi, kelebihan Mbah Arwani dan saudara-saudaranya adalah berkat orangtuanya yang senang membaca Al-Qur’an. Di mana orangtuanya selalu menghatamkan membaca Al-Qur’an meski tidak hafal.

Selain barokah orantuanya yang cinta kepada Al-Qur’an, KH. Arwani Amin sendiri adalah sosok yang sangat haus akan ilmu. Ini dibuktikan dengan perjalanan panjang beliau berkelana ke berbagai daerah untuk mondok, berguru pada ulama-ulama.
Tak kurang, 39 tahun beliau habiskan untuk berkelana mencari ilmu. Diantara Pondok Pesantren yang pernah disinggahinya menuntut ilmu adalaj pondok Jamsaren (Solo) yang diasuh oleh Kyai Idris, Pondok Tebu Ireng yang diasuh oleh KH. Hasyim Asy’ari dan Pondok Munawir (Krapak) yang diasuh oleh Kyai Munawir.
Selama menjadi santri, Mbah Arwani selalu disenangi para Kyai dan teman-temannya karena kecerdasan dan kesopanannya. Bahkan, karena kesopanan dan kecerdasannya itu, KH. Hasyim Asy’ari sempat menawarinya akan dijadikan menantu.

Namun, Mbah Arwani memohon izin kepada KH. Hasyim Asy’ari bermusyawarah dengan orang tuanya. Dan dengan sangat menyesal, orang tuanya tidak bisa menerima tawaran KH. Hasyim Asy’ari, karena kakek Mbah Arwani (KH. Haramain) pernah berpesan agar ayahnya berbesanan dengan orang di sekitar Kudus saja.
Akhirnya, Mbah Arwani menikah dengan Ibu Nyai Naqiyul KHud pada 1935. Bu Naqi adalah puteri dari KH. Abdullah Sajad, yang sebenarnya masih ada hubungan keluarga dengan Mbah Arwani sendiri.

Dari pernikahannya dengan Bu Naqi ini, Mbah Arwani diberi empat keturunan. Namun yang masih sampai sekarang tinggal dua, yaitu KH. M. Ulinnuha dan KH. M. Ulil Albab, yang meneruskan perjuangan Mbah Arwani mengasuh pondok Yanbu’ sampai sekarang. Yah, demikian besar jasa Mbah Arwani terhadap Ummat Islam di Indonesia terutama masyarakat Kudus, dengan kiprahnya mendirikan pondok yang namanya dikenal luas hingga sekarang. 

Banyak Kyai telah lahir dari pondok yang dirintisnya tersebut. KH. Sya’roni Ahmadi, KH. Hisyam, KH. Abdullah Salam (Kajen), KH. Muhammad Manshur, KH. Muharror Ali (Blora), KH. Najib Abdul Qodir (Jogja), KH. Nawawi (Bantul), KH. Marwan (Mranggen), KH. Ah. Hafidz (Mojokerto), KH. Abdullah Umar (Semarang), KH. Hasan Mangli (Magelang), adalah sedikit nama dari ribuan Kyai yang pernah belajar di pondok beliau. Kini, Mbah Arwani Amin telah tiada. Beliau meninggal dunia pada 1 Oktober 1994 M. bertepatan dengan 25 Rabi’ul AKHir 1415 H. Beliau meninggal dalam usia 92 tahun. Namun, meski beliau telah meninggal dunia, namanya tetap harum di hati sanubari masyarakat. Pondok Yanbu’ul Qur’an, Madrasah TBS, Kitab Faidlul Barakat dan berbagai kitab lain yang sempat ditashihnya, menjadi saksi perjuangan beliau dalam mengabdikan dirinya terhadap masyarakat, ilmu dan Islam.


Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:
http://www.kabarindonesia.com//

DZIKIR-DZIKIR SPESIAL

Pada hakekatnya, setiap lafal dzikir ma’tsur dari Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah spesial. Karena dzikrullah secara umum memang merupakan salah satu bentuk amal ibadah spesial. Sampai-sampai, karena saking spesialnya, ia dapat berfungsi sebagai penutup kekurangan dan pengganti (dari aspek nilai dan pahala, bukan secara hukum) bagi ibadah-ibadah lain yang terlewatkan penunaiannya.

Dari Abdullah bin Busr radhiyallahu 'anhu bahwa, ada seorang laki-laki berkata: wahai Rasulullah, sesungguhnya syari'at-syari'at Islam (terasa) telah begitu banyak bagiku (sehingga aku takut tidak mampu memenuhinya). Maka mohon beritahukan kepadaku sesuatu (amalan) yang dapat aku jadikan sebagai pegangan (dan yang bisa menutup kekurangan-kekuranganku dalam amal ibadah lain)! Beliaupun bersabda: "Hendaknya lidahmu senantiasa basah karena berdzikir kepada Allah." (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).
Namun demikian, disaat yang sama, tetap terdapat lafal-lafal dzikir ma’tsur yang dinilai lebih spesial diantara lafal-lafal dzikir yang ada. Dan berikut ini sebagiannya.

1. سُبْحَانَ الله / Subhanallah / Maha Suci-lah Allah; الحَمْدُ لِله / Al-hamdu lillah / Segala puji bagi Allah; لاَ إلهَ إلأَّ الله / Laa ilaaha illallah / Tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah; الله أَكْبَرُ / Allahu Akbar / Allah Maha Besar. Empat serangkai lafal dzikir maktsur tersingkat namun sekaligus teristimewa, inilah yang harus selalu mengisi hati sekaligus membasahi lesan setiap muslim dan muslimah, dalam keseharian masing-masing. Baik untuk dibaca sendiri-sendiri secara terpisah, maupun dengan cara digabung.

Dari Abu Dzar ra. bahwa, beberapa orang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada Beliau, "Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah menguasai dan mendominasi seluruh pahala. Mereka shalat seperti kami (yang miskin) juga shalat dan puasa seperti kami puasa. Namun (selain itu) mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sementara kami tidak bisa)" Maka Beliau pun bersabda: "Bukankah Allah telah menjadikan berbagai macam cara bagi kalian agar juga bisa bersedekah (seperti mereka)? Setiap lafal tasbih adalah sedekah, setiap lafal takbir adalah sedekah, setiap lafal tahmid adalah sedekah, setiap lafal tahlil adalah sedekah…" (HR. Muslim).

Dan dari Abu Hurairah berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Sesungguhnya membaca dzikir: Subhaanallah, al-hamdu lillah, laa ilaaha illallah, dan Allahu akbar, adalah lebih aku sukai daripada segala sesuatu yang terkena oleh sinar matahari.(maksudnya bumi dan seluruh isinya)" (HR. Muslim).

2. سُبْحَانَ الله وَبِحَمْدِهِ “Subhaanallahi wa bihamdih”(Maha Suci Allah, dan Maha Terpuji-lah Dia).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa, barangsiapa membaca dzikir ini dalam sehari 100 x, maka akan terhapuslah dosa-dosanya, meskipun sebanyak buih lautan (HR. Muttafaq ’alaih).

3. سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ “Subhaanallahil-‘adziim” (Maha Suci-lah Allah Yang Maha Agung).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa, ada dua lafal dzikir yang ringan di lesan, namun berat dalam timbangan (di Akherat), dan sangat dicintai oleh Allah Dzat Pemberi rahmat, yaitu: Subhaanallahil-’Adziim, dan Subhaanallahi wa bihamdih.(HR. Muttafaq ’alaih).

4. لّا إِلَهَ إِلاَّ أَنتَ، سُبْحَانَكَ، إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ “Laa ilaaha illaa Anta, subhaanaka, innii kuntu minadz-dzaalimiin” (Tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Engkau. Maha Suci-lah Engkau. (Aku mengakui) sesungguhnya aku termasuk golongan orang-orang suka berlaku dzalim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):“Doa Dzun-Nun (Nabi Yunus as.) yang dibaca saat berada di dalam perut ikan ialah: “Laa ilaaha illaa Anta, subhanaka, inni kuntu minadz-dzalimiin” (lihat: QS. (Lihat: QS. Al-Anbiyaa’: 87-88; dan lihat pula: QS. Ash-Shaaffaat: 139 – 148). Sesungguhnya tidak seorang muslimpun berdoa dengan wasilah lafal dzikir tersebut dalam hal apapun, kecuali Allah akan mengabulkannya” (HR. At-Tirmdzi dan lainnya dari sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash ra, dan dishahihkan oleh Al-Albani).

5. سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ “Subhaanallahi wa bihamdihi, ‘adada khalqihi, wa ridhaa nafsihi, wa zinata ‘arsyihi, wa midaada kalimaatih” (Maha Suci Allah, dan Maha Terpuji-lah Dia, sejumlah makhluk ciptaan-Nya, setingkat ridha Diri-Nya, seberat ‘Arsy-Nya, dan sebanyak tinta Kalimat-kalimat-Nya”.

Dari Ummul Mukminin Juwairiyah ra. bahwa, sekali waktu Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pernah pergi meninggalkan beliau selepas shalat subuh, sementara beliau dalam posisi duduk di tempat shalat beliau sambil terus berdzikir. Lalu saat kembali pada waktu dhuha (menjelang dzuhur), ternyata Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam masih mendapati beliau tetap duduk berdzikir seperti semula. Maka Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pun bertanya: ”Apakah kamu tetap duduk begini sambil berdzikir seperti saat aku tinggalkan bakda subuh tadi?”. Ummul Mukminin menjawab: Benar! Lalu Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam melanjutkan sabda Beliau: ”Sesungguhnya, setelah meninggalkanmu tadi, Aku telah mengucapkan empat lafal dzikir, sebanyak 3 x, yang bisa mengungguli seluruh dzikir yang kamu baca sejak subuh hari ini, yakni: Subhaanallahi wa bihamdihi, ‘adada khalqihi, wa ridhaa nafsihi, wa zinata ‘arsyihi, wa midaada kalimaatih” (HR. Muslim).

6. لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ “Laa ilaaha ilIallaahu wahdahu, laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa Huwa 'alaa kulli syai-in qadiir' (Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, satu-satu-Nya. Tiada sekutu bagi-Nya, Dia-lah Yang Memiliki seluruh kekuasaan dan segala puji hanya milik-Nya. Dan Dia Maha Kuasa atas segaIa sesuatu).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa melafalkan dzikir Laa ilaaha ilIallaahu wahdahu, laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa Huwa 'alaa kulli syai-in qadiir, dalam sehari seratus kali, maka ia akan memperoleh pahala yang sama seperti orang yang memerdekakan sepuluh orang budak, dicatatkan untuknya seratus kebaikan, dihapus darinya seratus keburukan, dan dzikir tersebut akan menjadi pelindung dirinya dari godaan/gangguan syetan sampai sore hari. Sementara itu tidak ada yang bisa mengungguli pahalanya, kecuali orang yang membaca lebih banyak dari itu. Adapun barangsiapa membaca dzikir Subhaanallaahi wa bihamdihi seratus kali dalam sehari, maka dosa-dosanya akan dihapuskan, meskipun sebanyak buih lautan." (HR. Muttafaq 'alaih).

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda (yang artinya): “Barangsiapa terbangun di tengah malam lalu membaca dzikir ini: Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa Huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir. Alhamdu lillah, wa subhanallah, wa laa ilaaha illallah, wallahu akbar, wa laa haula wa laa quwwata illaa billah (Tiada tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya seluruh kerajaan/kekuasaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maha Suci Allah. Tiada tuhan yang benar kecuali Allah. Allah Maha Besar. Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah). Kemudian ia membaca istighfar: Allahummaghfirli (ya Allah ampunkanlah daku), atau berdoa dengan doa apapun. (Barangsiapa yang membaca dzikir tersebut lalu berdoa), maka doanya akan dikabulkan. Sedangkan yang lebih semangat lagi, lalu berwudhu (dan shalat), maka shalatnya diterima” (QS. Al-Bukhari).

7. حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ “Hasbunallahu wa ni’mal wakiil” (Cukuplah Allah saja bagi kami, dan Dia-lah sebaik-baik penolong).
Kata sahabat Ibnu ‘Abbas ra bahwa, dzikir tawakkal inilah yang dibaca oleh Khalilullah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam saat dilemparkan ke dalam api raja Namrud. Begitu pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat Beliau membacanya saat dikepung oleh musuh dari berbagai penjuru (lihat QS. Ali ‘Imraan: 173, dan HR. Al-Bukhari).

8. حَسْبِيَ اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ، عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ، وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ “Hasbiyallahu laa ilaaha illaa Huwa, ‘alaihi tawakkaltu, wa Huwa Rabbul’arsyil kariim” (Cukuplah bagiku Allah saja, tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Dia, aku bertawakkal kepada-Nya, dan Dia adalah Tuhan Pemilik al-‘arasy yang agung).
Dalam hadits bahwa, siapa membaca lafal dzikir tawakkal yang bersumber dari Al-Qur’an ini (QS. At-Taubah: 129), sebanyak 7x pada pagi dan petang hari, maka Allah akan mencukupkan dan melepaskannya dari hal-hal yang menggundahkannya” (HR. Abu Dawud dan lainnya serta dishahihkan oleh Al-Albani).

9. لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ “Laa haula wa laa quwwata illaa billah” (Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa, lafal dzikir istimewa yang juga bermakna dan beresensi tawakkal ini, merupakan salah satu perbendaharaan dan pintu Surga (HR. Muttafaq ‘alaih dari Abu Musa Al-Asy’ari ra.).

10. بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيم “Bismillahil-ladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil-ardhi walaa fis-samaa-i, wa Huwas-Samii’ul ‘Aliim” (Dengan Nama Allah, yang dengan Nama-Nya tidak akan ada sesuatupun di bumi dan di langit, yang bisa memberi madharat. Dan Dia-lah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).
Di dalam hadits bahwa, barangsiapa membaca lafal dzikir ini 3 x setiap pagi dan petang hari, maka tidak akan ada sesuatupun yang memadharatkannya (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, An-Nasaa-i dalam ‘Amal-al-yaum wal-lailah, dan lain-lain)

Selasa, 14 Februari 2012

“Syi’ir Tanpo Waton” Gus Dur


Gus Dur (Abdurrahman Wahid), pasti kita sudah mengenal beliau. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari sosok beliau yang sarat pemikiran cemerlang. Salah satu kenang-kenangan dari Gus Dur adalah Syi’ir ‘tanpo waton’. Syi’ir (Syair) ini merupakan sedikit oleh-oleh pemikiran islam beliau bagi segenap umat islam pada khususnya.
13004427371375524051
Gus Dur
Dalam syi’ir ini, beliau berbagi ilmu, kritik bagi sesama muslim, dan banyak hal yang beliau berikan dalam beberapa baris syair. Dari ajakan untuk tidak sekedar membaca Al-Qur’an, namun juga seharusnya kita belajar memahami isinya. Mengkritisi pihak-pihak yang (suka) mengkafirkan orang lain namun tidak memperhatikan kekafiran dirinya sendiri. Dan masih banyak pesan lainnya bagi kita semua.
Sebelumnya, mungkin sudah ada yang posting tentang syi’ir ini di kompasiana. Namun kiranya postingsaya ini dapat juga bermanfaat bagi semua. Pemikiran Gus Dur terus dikembangkan dan dipelajari, ada banyak tokoh yang konsisten meneruskan pemikiran beliau, dan melalui facebook, Bapak A.S Hikam berusaha menjaganya disini. Bagi yang berminat untuk mendengarkan alunan Syi’ir Tanpo Waton dengan suara (Alm) Gus Dur dan jama’ah dapat download disini. Dan berikut adalah lirik Syi’ir Tanpo Waton tersebut yang saya copas dari Ustadz Dafid Fuadi.
أَسْتَغْفِرُ اللهْ رَبَّ الْبَرَايَا     *    أَسْتَغْفِرُ اللهْ مِنَ الْخَطَايَا
رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا نَافِعَا     *       وَوَفِّقْنِي عَمَلاً صَالِحَا
ياَ رَسُولَ اللهْ سَلاَمٌ عَلَيْكْ      *    يَا رَفِيْعَ الشَّانِ وَ الدَّرَجِ
عَطْفَةً يَّاجِيْرَةَ الْعَالَمِ      *   ( يَا أُهَيْلَ الْجُودِ وَالْكَرَمِ

Ngawiti ingsun nglaras syi’iran …. (aku memulai menembangkan syi’ir)
Kelawan muji maring Pengeran …. (dengan memuji kepada Tuhan)
Kang paring rohmat lan kenikmatan …. (yang memberi rohmat dan kenikmatan)
Rino wengine tanpo pitungan 2X …. (siang dan malamnya tanpa terhitung)
Duh bolo konco priyo wanito …. (wahai para teman pria dan wanita)
Ojo mung ngaji syareat bloko …. (jangan hanya belajar syari’at saja)
Gur pinter ndongeng nulis lan moco … (hanya pandai bicara, menulis dan membaca)
Tembe mburine bakal sengsoro 2X …. (esok hari bakal sengsara)
Akeh kang apal Qur’an Haditse …. (banyak yang hapal Qur’an dan Haditsnya)
Seneng ngafirke marang liyane …. (senang mengkafirkan kepada orang lain)
Kafire dewe dak digatekke …. (kafirnya sendiri tak dihiraukan)
Yen isih kotor ati akale 2X …. (jika masih kotor hati dan akalnya)

Gampang kabujuk nafsu angkoro …. (gampang terbujuk nafsu angkara)
Ing pepaese gebyare ndunyo …. (dalam hiasan gemerlapnya dunia)
Iri lan meri sugihe tonggo … (iri dan dengki kekayaan tetangga)
Mulo atine peteng lan nisto 2X … (maka hatinya gelap dan nista)
Ayo sedulur jo nglaleake …. (ayo saudara jangan melupakan)
Wajibe ngaji sak pranatane … (wajibnya mengkaji lengkap dengan aturannya)
Nggo ngandelake iman tauhide … (untuk mempertebal iman tauhidnya)
Baguse sangu mulyo matine 2X …. (bagusnya bekal mulia matinya)
Kang aran sholeh bagus atine …. (Yang disebut sholeh adalah bagus hatinya)
Kerono mapan seri ngelmune … (karena mapan lengkap ilmunya)
Laku thoriqot lan ma’rifate …. (menjalankan tarekat dan ma’rifatnya)
Ugo haqiqot manjing rasane 2 X … (juga hakikat meresap rasanya)
Al Qur’an qodim wahyu minulyo … (Al Qur’an qodim wahyu mulia)
Tanpo tinulis biso diwoco … (tanpa ditulis bisa dibaca)
Iku wejangan guru waskito … (itulah petuah guru mumpuni)
Den tancepake ing jero dodo 2X … (ditancapkan di dalam dada)
Kumantil ati lan pikiran … (menempel di hati dan pikiran)
Mrasuk ing badan kabeh jeroan …. (merasuk dalam badan dan seluruh hati)
Mu’jizat Rosul dadi pedoman …. (mukjizat Rosul(Al-Qur’an) jadi pedoman)
Minongko dalan manjinge iman 2 X … (sebagai sarana jalan masuknya iman)
Kelawan Alloh Kang Moho Suci … (Kepada Alloh Yang Maha Suci)
Kudu rangkulan rino lan wengi ….. (harus mendekatkan diri siang dan malam)
Ditirakati diriyadohi … (diusahakan dengan sungguh-sungguh secara ihlas)
Dzikir lan suluk jo nganti lali 2X … (dzikir dan suluk jangan sampai lupa)
Uripe ayem rumongso aman … (hidupnya tentram merasa aman)
Dununge roso tondo yen iman … (mantabnya rasa tandanya beriman)
Sabar narimo najan pas-pasan … (sabar menerima meski hidupnya pas-pasan)
Kabeh tinakdir saking Pengeran 2X … (semua itu adalah takdir dari Tuhan)
Kelawan konco dulur lan tonggo … (terhadap teman, saudara dan tetangga)
Kang podho rukun ojo dursilo … (yang rukunlah jangan bertengkar)
Iku sunahe Rosul kang mulyo … (itu sunnahnya Rosul yang mulia)
Nabi Muhammad panutan kito 2x …. (Nabi Muhammad tauladan kita)
Ayo nglakoni sakabehane … (ayo jalani semuanya)
Alloh kang bakal ngangkat drajate … (Allah yang akan mengangkat derajatnya)
Senajan asor toto dhohire … (Walaupun rendah tampilan dhohirnya)
Ananging mulyo maqom drajate 2X … (namun mulia maqam derajatnya di sisi Allah)
Lamun palastro ing pungkasane … (ketika ajal telah datang di akhir hayatnya)
Ora kesasar roh lan sukmane … (tidak tersesat roh dan sukmanya)
Den gadang Alloh swargo manggone … (dirindukan Allah surga tempatnya)
Utuh mayite ugo ulese 2X … (utuh jasadnya juga kain kafannya)

ياَ رَسُولَ اللهْ سَلاَمٌ عَلَيْكْ       *          يَا رَفِيْعَ الشَّانِ وَ الدَّرَجِ
عَطْفَةً يَّاجِيْرَةَ الْعَالَمِ       *           يَا أُهَيْلَ الْجُودِ وَالْكَرَمِ
Semoga bermanfaat,

Kamis, 09 Februari 2012

Perintah agar Berpegang Teguh kepada Quran dan Sunnah, serta Menjauhi Bid'ah


Sumber ajaran agama adalah Al Qur'an dan Sunnah, tetapi dalam hal ini masih terdapat kekeliruan di kalangan umat islam, yaitu :

1. Ada yang berpegang kepada Quran saja, dan tidak kepada Sunnah Nabi SAW., seperti aliran ingkar sunnah
2. Ada yang berpedoman kepada Al-Quran dan Hadits, tetapi tidak selektif apakah hadits itu shahih atau dhaif
3. Ada yang berpedoman kepada Al-Quran dan Hadits, akan tetapi selektif hanya menurut guru atau amir nya dan tidak menggunakan standar ilmu musthalah hadits, biasa nya hanya dilandaskan pada perasaaan satu golongan, atau satu jamaah, meskipun definisi jamaah menurut islam tidak mereka fahami dengan benar.
4. Ada orang yang melandaskan nya pada kabar atau perasaan saja, tanpa pernah menemui Quran dan Hadits.



Dalam hal ini tentu saja kita harus berpedoman kepada Al-Quran dan Hadits sesuai dengan kajian ilmunya, berikut adalah firman Alloh SWT :

ا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً


Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Quran 4:59)

Keterangan :

Dalam ayat tersebut terkandung beberapa perintah, yaitu :
1. Perintah taat kepada Allah SWT dengan mutlak, baik yang dimenegerti oleh akal maupun tidak.
2. Perintah taat kepada Rosul, juga dengan mutlak
3. Perintah taat kepada Ulil Amri, selama Ulil Amri itu taat kepada Alloh SWT dan Rosul-Nya.
4. Jika terjadi perselisihan di kalangan umat islam, selesaikan lah urusan nya dengan mengembalikan kepada Alloh SWT dan Rosul-Nya sebagai pemberi kata putus.
5. Tidak ada taat kepada Ulil Amri, jika perintah nya menyalahi aturan Alloh SWT dan Rosululloh SAW.

Allah SWT berfirman :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Quran Al Ahzab 33:21)


Maksud dari ayat diatas adalah pada pribadi Nabi itu terdapat Uswatun Hasanah untuk diteladani oleh seluruh umat nya, baik itu ibadah, munakalah, mu'amalah, juga siyasah.

Perintah berpegang teguh pada Quran dan Hadits

Rosululloh SAW bersabda :

تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا مَسَكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ نَبِيّهِ. مالك، فى الموطأ

Dari Katsir bin Abdillah, dari ayah nya dari kakeknya r.a, ia berkata sesungguhnya Rosululloh SAW, bersabda : Kutinggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat apabila kamu berpegang teguh kepada keduaya, yaitu : Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya". (HR. Malik dalam Al-Muwaththa’ juz 2)

Dalam hadits yang lain :

Dari Ibnu 'Abbas r.a ia berkata : Sesungguhnya Rosululloh SAW., khutbah dihadapan orang-orang pada waktu haji wada'. Beliau bersabda :"Sesungguhnya syetan telah berputus asa untuk disembah di negeri mu, akan tetapi ia ridho untuk dita'ati dalam hal-hal selain itu dari apa-apa yang kamu anggap sepele. Maka berhati-hatilah kamu. Sesungguhnya aku telah meninggalkan sesuatu bagimu, jikalau kamu berpegang teguh dengan nya, maka kamu tidak akan sesat selama nya, (yaitu) Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya (H.R. Hakim; at-Targhib, 1:60)

Larangan membuat perkara-perkara Baru (Bid'ah) dalam Agama

عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ اَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ. مسلم

Dari ‘Aisyah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang bukan perintah kami, maka ia tertolak”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1344]


عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ اَحْدَثَ فِى اَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. مسلم

Dari ‘Aisyah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mengada-adakan dalam perintah kami ini, apa-apa yang bukan dari padanya, maka ia tertolak”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1343]

قَالَ ابْنُ عِيْسَى قَالَ النَّبِيُّ ص: مَنْ صَنَعَ اَمْرًا عَلَى غَيْرِ اَمْرِنَا فَهُوَ رَدٌّ. ابو داود

Ibnu ‘Isa berkata, Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang berbuat sesuatu urusan selain dari perintah Kami, maka ia tertolak”. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 200]


عَنْ اَنَسٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنّى. مسلم

Dari Anas RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka ia bukan dari golonganku”. [HR. Muslim juz 2, hal. 1020]

Ini artinya tidak bisa kita mengada-adakan sesuatu kemudian membuatnya menjadi suatu ibadah, atau mengatakan ini suatu ibadah, sedangkan petunjuk mengenai hal itu tidak ada dalam Qur'an maupun hadits Nabi SAW.


نْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ اْلاِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيْبًا وَ سَيَعُوْدُ غَرِيْبًا فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَ مَا اْلغُرَبَاءُ؟ قَالَ: اَلَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ عِنْدَ فَسَادِ النَّاسِ. الطبرانى فى الكبير

Dari Sahl bin Sa’d As-Saa’idiy, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Islam itu bermula asing, dan akan kembali asing, maka berbahagialah orang-orang yang asing”. Para shahabat bertanya, “Siapakah orang yang asing itu ya Rasulullah ?”. Beliau bersabda, “Yaitu orang-orang yang memperbaiki ketika manusia dalam keadaan rusak”. [HR. Thabrani dalam Al-Kabir juz 6, hal. 164, no. 5867].

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: بَدَأَ اْلاِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَ سَيَعُوْدُ كَمَا بَدَأَ غَرِيْبًا فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ. مسلم

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu bermula asing, dan akan kembali asing sebagaimana semula asing. Maka berbahagialah bagi orang-orang yang asing”. [HR Muslim juz 1, hal. 130]

Ini artinya islam berawal asing dan tidak dikenal, dan pada akhirnya akan kembali asing dan tidak dikenal, yang dimaksud disini adalah bukanlah nama islam nya, akan tetapi sumber-sumber ajaran islam, hingga orang merujuk tidak lagi kepada kitab nya yaitu Al-Quran dan Sunnah Nabi-Nya yaitu Al-Hadits, akan tetapi di ganti oleh perkataan-perkataan imam, kyai, orang-orang yang di tua kan, perasaan dan akal.

Rabu, 25 Januari 2012

Berapakah kira-kira luas surga?

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu, dan kepada Syurga yang luasnya SELUAS LANGIT dan BUMI, yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Ali Imran: 133)
“Berlomba-lombalah kamu sekalian untuk mendapatkan ampunan Tuhanmu dan syurga yang luasnya SELUAS LANGIT dan BUMI yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasulNya” (QS. Al-Hadiid : 21)
Subhaanallah, Surga itu luasnya seluas langit dan bumi? Berapakah luasnya langit dan bumi itu? Bisakah ilmu pengetahuan mengukurnya? Surga begitu luasnya, sementara penduduk bumi kita yang berisi sekitar lima milyar orang saja masih menyisakan demikian luas tempat yang belum dihuni.
Baiklah, sekedar untuk berhitung dan yang penting adalah untuk menambah keimanan kita akan kebesaran Allah Swt, mari kita mencoba mengukurnya. Berdasarkan informasi dari Al-qur’an. Bahwa langit ini dicipta oleh Allah Swt sebanyak TUJUH lapis.
Pernyataan ini didukung paling tidak oleh delapan buah ayat al-qur’an yaitu Al-Isra’ : 44, Al-Mukminuun : 17, Al-Mukminuun : 86, Al-Mulk : 3, Al-Baqarah : 29, At-Thalaq : 12, Nuh : 15 dan An-Naba’ : 12
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra’ : 44)
Langit diciptakan oleh Sang Pencipta sebanyak tujuh lapis, sementara untuk langit terdekat saja yang masih mampu dipandang teropong manusia yang tercanggih sekalipun sudah membuat manusia ‘takluk’ tidak dapat membayangkan. Maka bumi sungguh ibarat debu jika dibandingkan dengan luasnya surga. Demikian pula keindahan bumi beserta isinya, sungguh amat sangat tidak sepadan jika dibandingkan dengan keindahan Surga.
Benarlah kata sebuah hadits Qudsi yang menyatakan bahwa, keindahan surga yang diberikan Allah kepada para hambaNya, belum pernah didengar telinga, belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terlintas di dalam hati.
Sekedar sebagai ilustrasi matematis, mari kita bayangkan berapa luasnya jagad raya langit pertama itu. Garis tengah untuk langit pertama atau jagad raya ini diperkirakan sebesar 30 milyar tahun cahaya. Berarti garis tengah jagad raya kita ini sepanjang : 30.000.000.000 X 360 X 24 X 60 X 60 X 300.000 km = 279.936.000.000.000.000.000.000 km. Ini bukan luasnya langit, tetapi baru garis tengahnya saja.
Yang sedang kita hitung inipun masih luas langit terdekat saja. Belum lagi langit lapis ke dua, ke tiga, ke empat, ke lima, ke enam, dan yang ke tujuh. Yang kesemuanya itu jauh lebih besar dibanding langit pertama.
Lalu bisakah kita membayangkan luas surga? Bagaimana dengan keindahannya? Subhaanallah. Logika ilmu pengetahuan mungkin bakal terhenti, tinggal logika iman yang bisa mengukurnya.
Rasulullah pernah bersabda bahwa di surga sebuah pohon akan bisa kita lalui dari ujung ranting timur ke ujung ranting barat sejauh 100 tahun perjalanan.
Satu lagi, bahwa menurut ilmu pengetahuan, ternyata jagad raya ini tidak tetap, tetapi terus mengembang bertambah lama bertambah besar dan tentu juga bertambah luas. Menurut penelitian Stephen Hawking setiap satu milyar tahun jagad raya mengembang sekitar sepuluh sampai dengan lima belas persen.
Surga memang luar biasa hebatnya. Luar biasa indahnya. Bahkan kita tidak bisa membayangkannya. Tetapi yang lebih menarik adalah ‘pernyatan sikap’ para sufi dan para wali Allah, yang mengatakan bahwa mereka tidak terpesona dengan surga yang tidak terbayangkan keindahannya itu. Sebab mereka lebih terpesona dan lebih cinta kepada Pencipta dan Pemilik Surga, yaitu Allah Swt.
Artinya keindahan Allah Swt, Kebesaran, dan kehebatannya, sungguh melebihi surga itu sendiri. Subhaanallah. Cuma kadang-kadang manusia ‘terperangkap’ dengan keindahan hadiahnya dan lupa kepada Dzat Yang Maha Pemberi hadiah.
Berapakah kira-kira luas neraka ?
Suatu saat Abu Hurairah ra, mengatakan, ketika kami bersama rasulullah, tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras, seperti benda yang jatuh menggelegar. Nabi yang mulia mengatakan:
“Tahukah kamu sekalian, suara apa itu? Kami menjawab: hanya Allah dan rasulNya sajalah yang lebih mengetahuinya. Nabi menjawab, itu tadi adalah suara dari sebuah batu yang dijatuhkan ke dalam jurang neraka, sejak tujuh puluh tahun yang lalu, baru sampai ke dasarnya ini tadi…” (HR. Muslim)
Benda yang jatuh, secara ilmu fisika bisa dihitung jaraknya. Berdasarkan gravitasi yang berlaku. Jika gravitasi bumi kita ini adalah 9,8 m / detik, maka dengan mudah kita bisa menghitung jarak tempuh batu yang jatuh mengikuti rums 1/2 gt2. Jika jatuhnya ke bumi kita sbb:
Jarak tempuh batu selama 70 tahun adalah, 0,5 x [70X360X24X60X60] x [70X360X24X60X60] x 9,8 m = 23.228.686.172.160.000 m = 23.228.686.172.160 km,
Bandingkan garis tengah bumi kita hanya: 12.756 km. Ini berarti, bahwa neraka memiliki kedalaman: 23.228.686.172.160 km /12.756 km = 1.821.000.797.441,2 X diameter bumi ini jika dipakai gravitasi ‘bumi kita’.
Artinya bahwa, jika jurang neraka itu diukur berdasarkan gravitasi bumi kita, maka neraka memiliki kedalaman = 1.821.000.797.441,2 kali garis tengahnya bumi. Atau jika kita menggali sebuah sumur, maka sumur itu akan mencapai kedalaman seperti yang kita hitung di atas. Apabila sumur itu menembus bumi berulang kali, sampai sebanyak 1.821.000.797.441,2 kali.
Dari sini saja kita sudah sulit membayangkan betapa dalamnya jurang neraka seperti yang diinformasikan oleh rasulullah saw tadi. Jadi jurang neraka itu sedalam: 1.821.000.797.441,2 kali ‘tebal’nya bumi. Ah, betapa menggiriskan! Yang baru kita illustrasikan tadi kedalaman vertikal neraka, bagaimana pula lebar horizontalnya. Semestinya lebar horizontal lebih luas dari vertikalnya, ibarat bumi yang memiliki permukaan lebih luas dibanding ketinggian atmosfir bumi.
Tetapi kedalaman itu, ‘belum seberapa, sebab nanti di yaumil akhir, bumi kita ini akan diganti oleh bumi yang lain. Sehingga gravitasi yang dimaksud tentu bukan gaya gravitasi bumi kita ini. Tetapi gravitasi bumi baru, yang jauh lebih hebat dan lebih dahsyat kekuatan daya tariknya.
“Ketika bumi ini diganti dengan bumi yang lain, begitu pula dengan langitnya, Mereka bermunculan dari kuburnya masing-masing menghadap kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa”. (QS. Ibrahim 14 : 48)
Jangankan dipakai ukuran bumi baru yang kita belum tahu gravitasinya. Andaikata dipakai ukuran gaya tariknya Black Hole saja, yg mempunyai perbandingan 1 : 100 trilyun (perbandingan ini telah dianalisis pada suatu diskusi ilmiah yang bejudul “Menikmati keindahan Allah melalui logika dan tanda-tanda”), maka kedalaman neraka menjadi sangat sangat menggiriskan
Secara matematis kedalaman itu menjadi : 23.228.686.172.160 km X 100.000.000.000.000 = 232.286.861.721.600.000.000.000.000 km
Sebagai gambaran, bila 1 trilyun atau 1000 milyar manusia sekalipun dimasukkan kedalam neraka sekaligus maka tiap orangnya masih bisa diberi jatah ruang lebih dari 200 trilyun kilometer persegi .
Sehingga kalau seseorang dimasukkan ke dalam neraka, jangan harap mudah menemukan teman ‘senasib dan sependeritaan’, apalagi sampai berbagi duka dan saling memberi dorongan agar ‘tabah’.
Tulisan ini belum lagi membicarakan dahsyatnya suhu neraka serta ragam siksaan dan kualitas siksaannya. Sebagai gambaran singkat Rasulullah saw pernah berkata, andaikata dari dalam neraka yang dahsyat itu menerobos keluar apinya meskipun hanya sebesar lubang jarum saja, maka hancur binasalah bumi kita. Tulisan ini juga belum menggambarkan bahwa di neraka tubuh manusia tidak langsung gosong atau meleleh tapi memuai dahulu. Rasulullah SAW pernah berkata bahwa ada gigi seorang kafir yang akan menjadi sebesar gunung Uhud di neraka. Hadits lain meriwayatkan bahwa tebal kulit manusia di neraka akan (memuai) hingga setebal 3 hari perjalanan, jauh lebih tebal dibanding kulit sapi yang digoreng dan memuai hingga setebal kerupuk kulit. Inilah mungkin hikmah kenapa jatah ruang neraka untuk setiap penghuninya diberi kapasitas yang sedemikian luasnya.
Setelah kita membayangkan keindahan surga yang ternyata tidak bisa dibayangkan saking dahsyatnya, dan setelah kita berhitung matematis tentang kedalaman neraka, yang ternyata juga tidak bisa kita bayangkan betapa mengerikan kedalaman neraka itu, masihkah kita mau menunda amal akhirat kita untuk suatu masalah dunia yang ternyata sangat kecil dan tidak abadi ini.
Ya Allah, berilah kami kebaikan di atas dunia ini, dan berilah kami kebaikan di akhirat nanti, hindarkanlah kami dari siksaMu yang amat pedih…
Sumber tulisan oleh : Dahlia Putri

"Sudahkah kita membaca Alqur'an hari ini?
Berapa kali dalam sebulan kita mengkhatam Al qur'an."
( Khairukum man ta'allamal qur'an wa 'allamah).
SOMEDAY IS TODAY, DO IT NOW OR NEVER

TIPS OF THIS DAY
“Didiklah anakmu dengan 3 perkara: mencintai Allah, mencintai Rasul dan belajar Al-Qur’an” (Al-hadits)