Kamis, 06 Maret 2014

Kisah Nyata.:ORANG MENINGGAL MASIH MEMEGANG AL QURAN

Ini terjadi dua puluh hari yang lalu saat status ini saya buat.

Ini terjadi pada tetangga dari suadara saya, nama tetangga tersebut biasa orang memanggil pak zen.

Beliau adalah tahfidz alquran dan dulu mondoknya di salah satu kecamatan di kudus : Jekulo. Dalam kesehariannya pak zen adalah guru madrasah dinniyah dan sambil menjaga hafalannya dan jika ada orang memanggil untuk tahtiman alquran.

Pak Zen di beri karunia dua orang putra yang sangat penurut dan taat kepada orang tua.

Pada waktu siang hari sehabis sholat dhuhur seperti biasa sebelum berangkat mengajar madrasah dinniyah pak zen selalu menyempatkan membaca alquran ( nderes apalane ) di kamar.

Saat itu pak zen keadaanya sehat tanpa ada riwayat penyakit yang agak berat. Setelah urang 15 menit nderes alquran maka pak zen batuk" di sertai muntah" dan saat itulah pak zen meninggal dunia dalam keadaan tangan masih memegang alquran dan ndreres alquran.

Ingat bahwa alla mengambilnya nyawa hambnay tergantung kebiasaannya kalo kebiasaanya baik maka kita semua meninggal dalam keadaan baik kalo kebiasaan buruk kita meninggal dalam keadaan buruk

Seperti pak zen yang selalu istiqomah dalam menjaga hafalan alqurannya maka allah mengambilnya nyawanya dalam keadan membaca alquran

Semoga kita semua termasuk orang yang meninggal dalam keadaan baik dengan kebiasaan yang baik


Sumber : fb :

Kamis, 13 September 2012

Mutiara Hikmah

Tiap kita butuh rumah yang indah untuk berkumpul menikmatin kebersamaan bersama keluarga. Keindahan rumah yang kita bangun akan semakin sempurna bila di dalamnya sering d bacakan Al-Qur'an.

Bacaan Qur'an akan memperindah rumah kita, meski rumah kita sangat sederhana maka bacaan Qur'an yang akan memperindahnya. 

Sungguh indah bila dalam keluarga kita akan saling bergantian membaca Qur'an, sehingga serasa sambung-menyambung tiada henti di tiap harinya. Semoga Qur'an yang kita baca, pelajari dan amalkan akan menjadikan keluarga kita sakinah. Sehingga kta bisa berkata "rumahku syurgaku". Semoga.

Ust. Yusuf Mansur FB Status 

Selasa, 11 September 2012

“Trauma Persepsi” Dalam Menghafal Al Qur’an


Betapa banyak kaum muslimin mengeluh, “Menghafal Al Qur’an itu susah amat yah. Sudah berkali-kali diulang-ulang dan menggunakan berbagai macam cara, tapi tetap saja hasilnya nol. Alias gak bisa hafal dan lengket.” Ini adalah bentuk ‘trauma persepsi’ tentang problematika seputar tahfizul Qur’an, yang bila dibiarkan lama-lama mengendap dalam pikiran Anda akan menjadikan Anda tidak lagi bergairah ketika dihadapkan dengan Al Qur’an dalam berbagai sisi manapun. Maka berhati-hatilah…!
  • Habbatussauda, Madu Pahit, Gamat Gold, Spirulina, Menkudu, dll
    herbalmabruuk.com
  • Plus 4.000 artikel Islami, 6.000 kitab, serta nasyid walimah & jihad.
    digitalhuda.com/?f1
  • Peluang Usaha Sambil Ibadah, Perwakilan Biro Umrah-Haji Plus dan Raih Reward Ratusan Juta Rupiah.
    www.rumahhajidanumrah.com
  • Sedia Baju Hamil, Baju Menyusui, Celana Hamil, Bra Menyusui, Nursing Pillow, Nursing Apron, dll.
    www.hamil-menyusui.com
Atau Anda pribadi juga merasakan hal seperti itu ketika dihadapkan dengan tahfizul Qur’an?! Ayoo… Ngaku saja deh, hehe.. Kami tidak ingin memvonis Anda akan hal ini. Tapi kalau memang demikian fenomenanya, maka seharusnya jangan berhenti hanya sampai di situ.
Jika Anda serius ingin bisa hafal juga -minimal beberapa surat baru ataupun yang lama yang belum bisa lengket-lengket hingga sekarang- maka ada beberapa hal yang harus anda ubah tentang hal ini. Di antaranya ialah:

Ubah cara yang Anda gunakan selama ini

Apabila Anda merasa sulit sekali menghafal dengan cara-cara klasikal yang anda ketahui selama, maka janganlah kemudian berputus asa. Orang-orang yang memiliki tipe pantang mundur biasanya akan maju terus. Betul, khan?! Kalau orang itu adalah Anda sendiri, maka Anda harus mencari cara baru yang lebih menantang dan tentunya bisa memberikan kemudahan kepada diri Anda.
Misalnya, sebelum Anda menghafal, usahakan Anda mengerti terlebih dahulu isi ayat yang akan Anda hafal.
Setelah itu, Anda resapi kandungan maknanya sampai ia benar-benar melekat dalam memori Anda.
Lalu, khayalkan ilustrasi ayat itu dalam bentuk visual (gambar) atau gambar imajinatif. Nah, ketika ilustrasi itu sudah Anda ‘ukir’ di benak Anda, selanjutnya potretlah imajinasi itu dan hubungkan ke teks ayat yang bahasa Arab itu.
Ingat-ingat dan hubungkan antara bayangan visual imajinasi dengan redaksi ayat.
Setelah itu, perlahan-lahan silahkan baca ayat yang Anda hafal secara perlahan-lahan dengan kaidah tajwid yang benar.
Apabila Anda kesulitan membaca dengan benar (karena bacaan Anda masih belepotan misalnya), jangan bingung. Carilah kaset, atau audio dari bacaan qori yang Anda sukai. Dengarkan baik-baik. Lakukan hal itu berulang-ulang disertai peniruan dari Anda.
Ketika Anda melakukan hal ini secara berulang-ulang dan disertai pemahaman maknanya, maka Insya Allah, sedikit demi sedikit ayat tersebut akan melekat di benak Anda.
Jangan puas dulu.. Karena hafalan anda itu masih ‘dini’ yang masih rentan hilang. Karenanya, lakukan kemudian dengan cara mengurangi bacaan dari audio. Dan coba ulangi dengan bacaan Anda sendiri. Jika berhasil dan Anda bisa membacanya dengan lancar disertai pemahaman ayat, maka lakukan sekali lagi tanpa melihat mushaf..
Lakukan hal itu berkali-kali. Dalam hitungan menit Insya Allah, anda akan hafal ayat yang barusan saja anda hafalkan itu. Plus disertai pemahaman ayat. Asyik, khan?!
Berhentilah dulu dan lakukan jeda barang setengah menit tanpa menengok sejenak pun ke ayat tersebut. Lakukan relaksasi sampai satu jam dengan mengerjakan hal-hal lain selain tahfiz.
Nah, satu jam kemudian coba ulang kembali hafalan anda itu. Jika masih OK.. Lakukan terus dengan diselingi jeda dua jam, lima jam sampai seharian penuh.
Mau tahu hasilnya?! Silahkan anda tes lagi keesokan harinya. Apabila hafalan itu masih anda ingat dan bisa dibaca dengan baik dan lancar, itulah rejeki dari Allah kepada Anda, dan jangan lupa ucapkan Alhamdulillah..Sepintas, memang butuh perjuangan. Yaa, namanya juga jalan menuju kesuksesan tentu anda harus suka mengikuti prosesnya.
Itu baru sehari Anda uji.
Next.. Lakukan hal itu sepekan dua pekan dan seterusnya sampai benar-benar hafalan itu seperti bacaan surat al-Fatihah yang sulit sekali untuk dilupakan -kecuali dengan izin Allah.

Cara maintenace hafalan Anda itu:

Hanya ada satu cara, apa itu? Ya, senjata itu bernama review atau yang disebut dengan MUROJAAH atau pengulang-ulangan. Kalau perlu Anda mengikuti ulangan sesering mungkin biar tahan lama..Caranya banyak, yang penting judulnya mengulang. Usahakan waktunya di malam hari, sebelum fajar (subuh), ba’da subuh, dan setelah qoilulah (tidur sejenak di siang hari). Atau di saat-saat semangat Anda sedang bangkit. Itulah saat-saat pikiran anda segar. Jangan kkhawatir dengan jeda aktifitas. Memang biasanya, padatnya aktifitas dan berseliwerangnya berbagai kegiatan keseharian membuat hafalan anda akan ‘menguap’ alias hilang sedikit demi sedikit. Tapi dengan tahfiz disertai pemahaman tadi, setidaknya anda membuat hafalan itu tidak mudah hilang. Malah, akan mempermudah dihadirkan ketika ia diminta hadir dibacakan setelah ‘tersimpan’ dalam waktu beberapa hari dan waktu.
Sahabat al-Qur’an yang disayangi Allah..
Itulah sekelumit cara mengatasi ‘trauma persepsi’ tentang problemati tahfizul qur’an yang mungkin sudah terlalu lama menjangkiti diri kita. Setelah ini jangan ada lagi trauma-trauma lain menghampiri Anda.
Jikalau ada (dan pastinya ada), jangan khawatir, lakukan hal yang sama seperti cara di atas. Dan jangan bosan untuk bertanya dan berkonsultasi di kolom komentar di bawah, karena itu baru satu ayat yang anda hafal. Sementara ayat-ayat al-Qur’an yang belum anda hafalkan dan menanti anda hafalkan masih ribuan lagi.
Mereka, rindu dihafal oleh Anda sehingga tidak hanya menjadi milik lembaran-lembaran kertas, tapi juga milik memori dan benak anda yang luar biasa itu..
Jadi, mari berjuang, berkorban dan tekadkan diri untuk terus menghafal al-Qur’an. Semoga Allah memudahkan dan merestui kita semua, Amiin.
Wallahu A’lam
Rep/Red: Hidayat Hamim 

Tuntas dan Lancar Menghafal 30 Juz dalam 12 bulan, Bisakah?


Syafaat
Banyak pertanyaan muncul seputar durasi menghafalkan al-Quran. Ternyata jawaban dari pertanyaan tersebut sangat bervariasi mulai dari yang super cepat (kurang dari 10 bulan) sampai yang paling lambat di atas 10 tahun, bahkan tidak jarang berakhir dengan kegagalan. Jika jawabannya bervariasi, maka penghafal pemula dihadapkan pada kebingungan membuat target waktu. Kebingungan tersebut membuat gamang untuk melangkah, kegamangan membuat langkah menjadi tertatih-tatih. Terlebih sekarang ini banyak orang tua yang menginginkan anaknya segera melanjutkan sekolah atau kuliah seusai mereka tuntas menghafal.
Animo masyarakat muslim terutama di perkotaan untuk menghafal al-Quran kian besar dan tak terbendung, sementara pada saat yang sama mereka dihadapkan pada tuntutan hidup faktual (bekerja, menikah, membesarkan anak, meniti karir, melanjutkan studi, berorganisasi). Lagi-lagi, persoalan yang muncul adalah cukupkah dalam waktu terbatas (1 tahun, 2 tahun dst) semua keinginan itu berjalan simultan.
Menghafal al-Quran termasuk kategori Extra Ordinary Memorization (EOM), proyek menghafal yang luar biasa banyaknya, sekitar 600 (full) halaman dengan ratusan kata yang mirip dan ratusan kata non Arab di dalamnya. Dibutuhkan kolaborasi antara psikis, fisik, transeden yang kokoh untuk melakukannya. Ketenangan psikis dibutuhkan agar kerja otak untuk proses menghafal tidak terganggu, fokus dan stabil dalam jangka waktu yang panjang. Fisik yang sehat ikut juga berkontribusi menjaga stabilitas psikis, kinerja mekanis tubuh. Menggerakkan mulut untuk membaca, tangan membuka mushaf dibutuhkan kinerja mekanis tubuh yang sehat. Peran transendental (keyakinan/keimanan), meski kerja di belakang layar, adalah mengatur harmoni psikis dan fisik sekaligus mensupplay tenaga yang maha dahsyat. Seringkali aspek transedental ini mendominasi dan mengambil alih peran psikis dan fisik. Contoh banyak sekali orang buta yang hafal al-Quran, tidak jarang orang yang berbaring sakit sukses menghafal.
Pengalaman membuktikan bahwa perencanaan yang baik dalam menghafal dapat mempercepat tuntasnya hafalan. Beberapa orang beranggapan jika menghafal dalam waktu yang lama, akan lama juga hilangnya, sebaliknya jika cepat selesainya, cepat juga hilangnya. Anggapan ini lebih banyak salahnya daripada benarnya, kenapa? Rata-rata mereka yang hingga tahun ke 4 belum tuntas, berakhir dengan kegagalan, sebab motivasi internal yang pada tahun pertama menggelora (100 %), mungkin pada tahun ke 4 tersisa tinggal 50% saja. Lebih-lebih bertubi-tubi desakan datang dari keluarga, teman, lingkungan untuk menyelesaikan, sehingga bisa jadi menghimpit syaraf dan itu rentan terjangkit stress. Seperti gadis usia 30 tahun belum laku, pasti kesana kemari akan dihujani pertanyaan, ledekan bahkan cibiran yang terkait dengan pernikahan.
Kalau kita disuruh memilih antara menghafal satu tahun seusai kuliah lalu bekerja atau langsung kerja sambil menghafal sedikit demi sedikit. Mayoritas akan memilih yang kedua, mungkin untuk meminimalisir resiko (kehilangan waktu setahun). Padahal kalau jernih berpikir, pilihan kedua itu justru akan memperpanjang beban dan mengambang antara menghafal dan kerja. Artinya kerja kurang fokus, menghafal juga kurang fokus. Dan ini butuh waktu yang lama dan konsentrasi yang tidak mudah. Sebaliknya pilihan pertama (libur dari semua aktifitas, hanya fokus menghafal), berat di awal (pertimbangan usia, keluarga kurang setuju dll), tetapi happy ending (indah di akhir, insyaallah).
Satu tahun adalah waktu yang panjang bila dimanfaat secara efektif, sebaliknya satu tahun adalah waktu yang cepat bila disia-siakan. Dua orang yang sama-sama lulus kuliah kemudian bertemu lagi dalam kurun waktu setahun, akan mendapatkan pengalaman, penghasilan, ilmu dan kulitas hidup yang berbeda. Mungkin satunya selama setahun dia bisa mengumpulkan uang hingga 10 juta, sementara yang lain memiliki keuntungan non materi yang abstrak, yaitu hafal al-Quran 30 juz. Tentunya keduanya memiliki bobot kulitas yang berbeda. Satu tahun yang bermakna akan mengukir keindahan hidup selamanya, sebaliknya satu tahun yang hanya numpang lewat tanpa aktifitas bermakna hanya menambah jumlah bilangan usia dan mengurangi bilangan umur.
Pertanyaan berikutnya, bisakah dalam 1 tahun seseorang dapat tuntas menghafal al-Quran? Jawabannya tidak hanya “bisa”, tapi “sangat bisa sekali”. Berbicara tentang menghafal 1 tahun berarti kita berbicara tentang lama waktu (12 bulan, 365 hari, 24 jam x 365) dan kesiapan fisik-psikis (untuk mengisi waktu tersebut seefektif dan seefisien mungkin), serta stabilitas konsentrasi dan fokus (istiqamah).
Terkait dengan calon penghafal, kelancaran membaca, fashahah, tajwid sudah tidak ada persoalan bagi mereka, demikian juga segala tanggungan finansial/tugas keseharian non tahfidz harus benar-benar bebas serta kenyamanan tempat dan ketepatan ustadz/kyai tidak diragukan lagi. Inilah prasyarat yang mutlak dipenuhi sebelum menyelam dalam samudera hafalan.
Sebelum memulai, harus dibuat perencanaan yang matang secara matematis dan aplikatif. Misalnya: kalau targetnya 12 bulan, maka perencanaannya harus dibuat 10 bulan sebagai antisipasi waktu yang terbuang.  Hasil bagi dari 10 bulan dengan 30 juz sama dengan 3 juz perbulan atau 1 juz per 10 hari.
Biasanya mushaf yang dipakai adalah mushaf pojok (setiap pojok bawah adalah akhir ayat) baik terbitan Menara Kudus, maupun terbitan dari Timur Tengah. Dalam satu juz umumnya terdapat 10 lembar/20 halaman. Jadi minimal perhari, harus menambah hafalan baru minimal 1 lembar/2 halaman. Untuk lebih aman sebaiknya ditambah 1 halaman lagi agar dalam waktu 20 hari sudah dapat 3 juz, sehingga ada sisa waktu antara 9-10 hari (dalam tiap bulan) untuk rileks atau melancarkan ketiga juz tersebut. Kegiatan semacam ini berlangsung terus tanpa jeda, tanpa mengenal hari libur kecuali idul fitri dan idul adha saja. Seandainya melakukan perjalanan jauh, pun tidak boleh putus menambah hafalan baru meski di atas kendaraan. Jadi dibutuhkan kedisiplinan tinggi dan istiqamah tanpa kompromi. Sekali saja teledor atau malas, akan mengundang kemalasan berikutnya.
Hal yang tidak kalah penting dengan menambah hafalan baru adalah muraja’ah (mengulangi seluruh hafalan lama). Jika input hafalan barunya banyak maka murajaahnya juga harus banyak (seimbang). Jumlah juz yang dimurajaah dalam sehari minimal 1/7 dari hafalan keseluruhan. Misalnya sudah menghafal 14 juz maka minimal perhari 2 juz, sehingga dalam seminggu mengalami satu kali putaran. Berbeda dengan juz terakhir/terbaru yang dihafal, wajib dimurajaah setiap hari hingga lancar. Setiap hafalan baru wajib diperdengarkan (tasmi’) kepada ustadz/kyai yang sudah hafal. Akan lebih juga bila satu juz terakhir atau juz-juz lainnya yang belum lancar juga ditasmi’.
Ke semua proses di atas membutuhkan pikiran dan tubuh yang fit dan fresh terus. Bila sakit bagaimana? Selama dalam kondisi sakit itu masih mampu (meski tidak optimal) menghafal, maka lakukan semampunya. Perlu juga memperhatikan kesehatan dan kebugaran selama menghafal. Harus disisipkan waktu dalam sehari sekitar 1 jam untuk berolahraga (jalan, lari, senam, fitness dll) dan refreshing otak (dengan melihat pemandangan alam dll), serta 1 jam untuk tidur siang dan mandi. Lakukan keseimbangan antara berhenti dan bergerak, antara duduk dan berdiri dalam keseharian agar peredaran darah dan sensorik syaraf berjalan normal. Hindari makan terlalu banyak karena membuat orang mengantuk, dan hindari  kurang makan yang akan mengganggu konsentrasi menghafal. Biasakan tiap rakaat shalat membaca 1 halaman al-Quran, dan juga biasakan murajaah sirri (tanpa sirri) dalam keramaian, termasuk di atas kendaraan.
Kalau semua proses di atas berjalan sukses, maka 10 bulan sudah khatam 30 juz dan sisanya (2 bulan) dipakai untuk pemantapan dan tashih mendalam. Murajaah pada dua bulan terakhir harus lebih banyak, minimal 2 hari sekali khatam. Dan genap 1 tahun, si penghafal sudah tuntas menghafal dan mengkhatamkan sebanyak 30 khataman. Inilah yang disebut dengan tuntas dan lancar. Selanjutnya dia sudah bisa melanjutkan kuliah, kerja, atau mengejar cita-cita yang lain. Dalam kondisi ini, tentu murajaah tidak boleh berhenti hingga ajal menjemput, hanya saja porsinya dikurangi minimal 2 minggu sekali khatam. Buatlah komunitas kecil untuk murajaah bersamaan (bergiliran) secara rutin mingguan atau bulanan. Sekali-kali ikutlah musabaqah dengan niat semata ingin memperbaiki kulitas hafalan dan mendapatkan bimbingan intensif, pasti bacaan dan hafalan kita lebih baik. Keikhlasan menjadi baju keseharian, ketawadluan menjadi desah nafas, khidmat ilmu menjadi lahan perjuangan tiada henti.
Semoga Allah ikut mengintervensi langsung cita-cita kita yang mulia ini sehingga berlangsung lancar dan bekualitas. Amin. La haula wa la quwwata illa billah.  (Malang, 6 September 2012)

"Sudahkah kita membaca Alqur'an hari ini?
Berapa kali dalam sebulan kita mengkhatam Al qur'an."
( Khairukum man ta'allamal qur'an wa 'allamah).
SOMEDAY IS TODAY, DO IT NOW OR NEVER

TIPS OF THIS DAY
“Didiklah anakmu dengan 3 perkara: mencintai Allah, mencintai Rasul dan belajar Al-Qur’an” (Al-hadits)