Senin, 18 Oktober 2010

Belajar Tahsin yuk !

Kopas dari : aqil banna
Pada suatu kesempatan saya mendengar seorang ustadz memberikan tausiyah mengenai seni membaca Alquran. Berikut petikan perkataan beliau :

"Akhi (saudaraku), tiap-tiap sesuatu memiliki hak yang wajib untuk dipenuhi. Seperti contohnya tubuh kita yang memiliki hak untuk memperoleh makanan, memperoleh istirahat, dan mendapatkan pakaian yang layak. Demikian pula dengan tiap-tiap huruf di dalam Alquran, mereka memiliki hak untuk dilafadzkan secara benar, sehingga Alquran dapat disuarakan dengan indah sesuai dengan yang seharusnya. Karena itulah kita harus belajar untuk dapat memenuhi hak-hak tiap huruf Alquran yang kita baca itu ... "

Sederhana sekali memang nasihat di atas. Ternyata tiap huruf Alquran itu memiliki teknik pengucapan yang spesifik, ini yang biasa kita kenal dengan makhraj. Ini semua harus dipelajari dengan khusus.

Misal, untuk huruf 'h' saja ada yang besar dan kecil dan pengucapannya keduanya sangat-sangat berbeda. Padahal jika dituliskan dlm huruf latin ya cukup huruf "h" saja.

Telah cukup banyak lembaga bimbingan belajar membaca Alquran tersebar. Mereka membimbing kita dari mengenal huruf, membaca indah dan benar (tahsin), hingga pada tingkat tahfidz (menghafal).

Buat kita yang ingin menjadikan Alquran benar2 sebagai imam kita, tidak ada kata terlambat untuk memenuhi hak Alquran untuk dapat dibaca dengan indah dan benar. Caranya ... ya belajar dong. Yuk belajar tahsin :)

berikut saya Lampirkan profil beberapa LEMBAGA TAHSIN/ TAHFIDZ yang ada di wilayah JAKARTA, semoga berguna....




>LEMBAGA TAHFIZH AL QUR’AN AL HIKMAH (Jakarta) < Nama Lembaga : LEMBAGA TAHFIZH AL QUR’AN AL HIKMAH Pendiri Lembaga : KH. Abdul Hasib Hasan, Lc, KH. Abdul Aziz Abdul Ra’uf, Ustadz Sofyan Nur Al Makki Tahun Berdiri : 1992 M Visi : Memasyarakatkan Al Qur’an di tengah Ummat Alamat Lembaga Jalan Bangka II No. 24 Pela Mampang Kota/Kabupaten : Jakarta Selatan Provinsi : DKI Jakarta Kode Pos : 12720 No. Telp/fax : 021-7192173 Jenjang Pendidikan : BBQ, Tahsin, Takhoshshush, Tahfizh, Tafsir >LEMBAGA TAHSIN-TAHFIZH AL QUR’AN KHARISMA RISLAH (Jakarta) < Nama Lembaga : LEMBAGA TAHSIN-TAHFIZH AL QUR’AN KHARISMA RISLAH Pendiri Lembaga : KH. Abdul Khoir Rasyidi, Lc dan Ustadz H. Efendi Anwar, Lc Tahun Berdiri : 1995 M Visi : Sebagai lembaga Al Qur’an yang terdepan dalam menjadikan Al Qur’an sebagai sumber kebahagiaan Ummat Misi :- Memasyarakatkan Rasm Utsmani - Dapat menjawab kebutuhan ummat dalam proses belajar mengajar Al Qur’an Alamat Lembaga Jalan : Jl. Seha II No. 14 Grogol Selatan Kebayoran Lama Kota/Kabupaten : Jakarta Selatan Provinsi : DKI Jakarta No. Telp/fax : 021-99772553 E-Mail : ltq_kr@plasa.com Website : WWW.kharismarisalah.com >LTQ LDK UIN SYAHID JAKARTA < Nama Lembaga : LTQ LDK UIN SYAHID JAKARTA Pendiri Lembaga : Ustadz Muzammil, Ustadz Akmarul Hadi Tahun Berdiri : 2006 M Visi : - Memasyarakatkan Al Qur’an di kampus, disemua kalangan civitas akademik - Membangun Syakhsiyah Qur’aniyah Alamat Lembaga Jalan : Ciputat Kota/Kabupaten : Tanggerang Provinsi : Banten >DARUL QUR’AN AL MUQORROBIN KHUSUS PUTRI (Jakarta) < Nama Lembaga : DARUL QUR’AN AL MUQORROBIN (Khusus Putri) Pendiri Lembaga : Imam Hambali Tahun Berdiri : 2001 M Visi : Mencetak para Hafizhah Al Qur’an yang Imtaq Alamat Lembaga Jl. Bangka VIII C RT. 05/03 Pela Mampang Kota/Kabupaten : Jakarta Selatan Provinsi : DKI Jakarta No. Telp/fax : 08998325925 >LEMBAGA AL QUR’AN AL UTSMANI (Jakarta) < Nama Lembaga : LEMBAGA AL QUR’AN AL UTSMANI Pendiri Lembaga : Ustadz Efendi Anwar, Lc Tahun Berdiri : 1995 M Visi : Menjadi lembaga Tahfizh yang Profesional Alamat Lembaga Jalan Raya Condet Gg. Sawo Kota/Kabupaten : Jakarta Timur Provinsi : DKI Jakarta No. Telp/fax : 021-98100526 Jenjang Pendidikan : Tahsin, Tahfizh Website : www.utsmani.multiply.com >Lembaga Tahfizhul Qur’an ( LTQ ) Jauharul Iman ( jakarta pusat )< Didirikan bulan November 2006 M / 27 Syawwal 1427 H di wilayah Johar Baru Jakarta Pusat. Pimpinan pertama adalah Ustadz. Nana Sumpena, S.Pd.I Al Hafizh ( 2006 – 2007 ). Alamat : Jl. Johar Baru IV Rw 05 Johar Baru Jakarta Pusat Situs web http://jauharuliman.wordpress.com >Lembaga Tahsin/tahfidzhul Qur’an HARAPAN UMAT<
( jakarta Utara )

Program bahasa Arab & tahsin/ tahfid Qur’an.
Alamat : koja, jakarta Utara.

Untuk sementara info lbh jelas bisa menghubungi ana ( aqil El Banna ), karena ane tinggal di jakut dan pernah belajar disini (yayasan Harum ).




Semoga Allah memberi kemudahan untuk saya dan juga anda dalam mempelajari Al Quran, membacanya, memahaminya, mengamalkannya, dan mengajarkannya pada orang lain.

Aamiin

Wallohu a’lam

Kamis, 14 Oktober 2010

Kisah Mbok Raki Penghafal Qur'an “Pemilik” Jasad Utuh Dikubur 28 Tahun

BUKTI kekuasaan Ilahi, jika orang mampu mengahafal seluruh isi Al-Quran, jasadnya akan utuh meski puluhan tahun dikubur Keluarga Mbok Raki, tampak bangga, meski baru saja kuburan ibu dan nenek mereka itu baru saja longsor. Kebanggan mereka itu tercermin dari cerita masa lalu Mbok Raki, yang keluar dari mulut para penerusnya itu.

Setidaknya, cerita tentang kebaikan Mbok Raki itu keluar dari mulut Ponijah, salah satu anaknya yang masih hidup. Ibu delapan anak ini menuturkan bagimana ibunda tercintanya itu menjalani hidup hingga akhir hayatnya. Dia menceritakan sosok Mbok Raki yang sangat tabah menjalani hidup, dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan, sementara harus menanggung beban empat anaknya.

Ketabahan Mbok Raki juga diuji saat ia harus mengasuh empat putranya itu sendirian, lantaran sang suami, Maridin, lebih dulu berpulang kepangkuan illahi. “Emak ditinggal bapak meninggal dunia saat kami masih kecil. Sehingga beliau dengan susah payah untuk membesarkan kami,” ungkap Ponijah, yang didampingi saudara kandungnya, Karsih di rumahnya, Dusun Bangunrejo Desa Gondek Kecamatan Mojowarno, Jombang, Jawa Timur, kemarin.

Karena harus banting tulang sendirian itulah Mbok Raki harus rela menjalani hidup yang serba kekurangan. Bahkan menurut Ponijah, ibu kandungnya tersebut terbiasa tak makan dalam sehari. Hanya secuil ubi ketela yang menjadi ganjalan isi perutnya.

“Karena kami memang tak punya. Dan saking seringnya kami kekurangan makan, Mbok Raki memilihb untuk puasa secara rutin hari Senin dan Kamis,” kenangnya dengan mata berlinang mengenang ibundanya yang meninggal tahun 1980 lalu. Tak hanya kekuranagn makan saja, Mbok Raki juga harus rela berteduk di rumah gedeg yang beratap daun bambu ukuran kecil miliknya itu. Tak jarang, Mbok Raki harus menidurkan putra-putrinya di kolong meja saat hujan turun.

“Rumah kami bocor kalau hujan. Terpaksa kami tidur di kolong meja. Sementara Mbok Raki memilih tidur disebelah kami,” kenangnya. Dengan penghasilan yang jauh dari cukup, Mbok Raki masih saja berpikir tentang pendidikan untuk empat anaknya itu.
Kendati tak sampai jenjang pendidikan yang tinggi, keempat anaknya tersebut sempat mengenyam pendidikan tingkat dasar. “Mbok Raki berpesan, agar anak-anaknya bisa membaca dan menulis. Tidak seperti dia yang sama sekali tak pernah duduk dibangku sekolah,” kenang Karsih lagi.

Meski masalah ekonomi yang melilit keluarga Mbok Raki ini, tak lantas membuatnya lupa dengan kewajibannya sebagai pemeluk agama Islam. Kegiatan ngaji dan kumpulan jamaah tarekat tak pernah ia tinggalkan. Meski harus berjalan puluhan kilo meter menuju jamaah berkumpul di ponpes Rejoso itu. Bahkan hal serupa juga ia ajarkan kepada anak-anaknya. “Jalan kaki, dan biasanya berangkat ngaji sambil membawa makanan seadanya,” timpal Karsih, salah satu anaknya lagi.

Patuhnya Mbok Raki yang saat itu tinggal di Dusun Bangunrejo Desa Gondek Kec Mojowarno ini juga ditampakkan dalam kegiatan ibadah di desanya. Meski jauh dari tempat tinggalnya, Mbok Raki tetap saja melakukan salat jamaah di masjid. Tak langsung pulang, ia selalu menyempatkan untuk ngaji di masjid yang seakan menjadi rumah keduanya itu. Usai dari masjid, ia juga tak lantas meninggalkan aktivitas nganji malamnya dirumah. “Kalau anak-anak sudah tidur, Mbok Raki selalu ngaji sendirian. Dan beliau memang tabah dalam menjalani kehidupan yang serba kekerangan itu,” tutur Karsih, yang memiliki wajah mirip ibunya itu.

Bukan hanya soal ibadah dan mengurus keluarga saja yang patut dicontoh. Dalam keseharian, Mbok Raki menjadi warga yang peduli dengan lingkungannya. Meski dengan kondisi ekonomi yang memperihatinkan, ia tetap saja menyisihkan hartanya untuk beramal. Bahkan setiap anak kecil saat itu, akrab dengan Mbok Raki yang selalu memberikan uang jajan. “Memang tak banyak, Mbok Raki selalu menyisihkan uang Rp5 untuk anak-anak yang tak mampu. Padahal kami juga kekerangan,” timpal Karsih lagi.

Tak hanya itu, beberapa tetangga yang kesulitan makan juga kerap kali ditolong Mbok Raki. Hanya saja lanjut Karsih, ibunya memberikan sesuai dengan kemampuannya yang hanya mengandalkan uang dari seorang buruh tani itu. “Kalau ada tetangga yang butuh, Mbok Raki selalu tak menolak untuk memberikan bantuan. Dia takut jika tak bisa menolong,” katanya.

Mbok Raki juga terkenal dengan sosok yang memiliki kelebihan menyembuhkan beberapa penyakit ringan. Bahkan dilingkungannya, ia menjadi “dukun” spesialis mata dan tengorokan. Bagi warga yang matanya tertimpa butiran pasir atau hewan, tak perlu ke dokter, dan hanya selesai ditangan Mbok Raki. Selain itu, ia juga menjadi bisa menyembuhkan tenggorokan yang tersedak tulang ikan. “Meski sudah ratusan orang yang ditolong, tak satupun uang yang diberikan pasiennya diterima. Memang beliau memiliki jiwa yang penolong,” ungkap Karsih yang juga turut sangat meneteskan air matanya mengenang sang ibu.

Atas segala kebaikan ibunya itu, ia tak kaget jika jasad ibunya itu utuh meski sudah berumur 28 tahun. Ia yakin, jika utuhnya jasad sang ibu, tak luput dari kebaikannya semasa hidup. Selain karena hafal al-quran, jiwa penolong dan kesabarannya juga diwujudkan dengan jasad utuhnya itu.

Hingga diujung usianya yang mencapai 90 tahun itu, Mbok Raki sama sekali tak pernah merepotkan anak-anak dan cucunya. Meski diusianya yang lanjut, ia tetap bisa mandiri menjalani sisa hidupnya. “Saat itu hari Kamis malam. Mbok Raki sempat nyambel dan makan sendiri. Setelah itu tidur hingga hari Jumat siang. Dia meninggal dengan tenag, tanpa diketahui anak-anaknya,” ujar Karsih.

Ia bersyukur, atas ketabahan dan doa ibunya itu, seluruh putra-putri dan cucu-cicit Mbok Raki saat ini telah mendapati hidup yang lebih baik, tak seperti kondisi ekonomi Mbok Raki. “Alhamdulillah, kami semua hidup berkecukupan meski tak berlebihan. Semua berkat doa Mbok Raki yang tak henti-hentinya ditujukan ke kami,” ungkap Karsih bersyukur dan mengakiri cerita panjangnya.(Tritus Julan/Sindo/ism)

Jumat, 24 September 2010

KEUTAMAAN BEBERAPA SURAT DAN AYAT AL QUR'AN

1.Surat Al Faatihah.
Dari Abi Said Rafi' bin Al Mu'alla ra. berkata: Rasulullah saw. berkata kepadaku, "Mahukah aku ajarkan kepadamu surat yang paling agung dalam Al Qur'an, sebelum kamu keluar dari masjid?" Lalu beliau memegang tanganku, dan ketika kami hendak keluar aku bertanya, "Ya Rasulullah, engkau berkata bahwa engkau akan mengajarkanku surat yang palin agung dalam (Al Faatihah), ia adalah tujuh ayat yang dibaca pada setiap shalat, ia adalah Al Qur'an yang agung yang diberikan kepadaku."(Diriwayatkan oleh Imam Bukhari)

2.Surat Al Faatihah dan beberapa ayat terakhir surat Al Baqarah. Dari Ibnu Abbas ra. berkata: Ketika Jibril a.s. sedang duduk di sisi Nabi saw. baginda mendengar suara dari atas, lalu beliau mendongakkan kepala dan bersabda, "Ini adalah pintu langit yang dibuka pada hari ini dan yang dibuka pada hari ini dan tidak pernah dibuka kecuali hari ini." Lalu turun malaikat dari pintu tersebut, kemudian beliau bersabda, "Ini adalah malaikat yang turun ke bumi dan dia tidak pernah turun kecuali hari ini." Lalu dia (malaikat) memberi salam seraya berkata, "Aku membawa berita gembira dengan dua cahaya yang diturunkan kepada engkau dan tidak pernah diberikan kepada nabi sebelummu, yaitu: Surat Al Faatihah dan beberapa ayat terakhir Surat Al Baqarah, tidaklah kamu membaca satu huruf daripadanya kecuali kamu medapat karunia." (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

3.Surat Al Baqarah.
Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Janganlah kau jadikan rumah-rumahmu seperti kuburan, sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibaca surat Al Baqarah."(Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

4.Ayat Kursi.
Dari Ubai bin Ka'ab ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Wahai Abu Munzir, tahukah engkau ayat manakah dalam Al Qur'an yang paling agung menurutmu?" Aku menjawab, "Allahu laailaaha illa huwalhayyul qoyyuum (ayat kursi)", Lalu beliau menepuk dadaku dan bersabda, "Semoga Allah memudahkan ilmu bagimu wahai Abu Munzir." (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

5.Dua ayat terakhir surat Al Baqarah.
Dari Abi Mas'ud Al Badri ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda, "Barangsiapa membaca dua ayat terakhir surat Al Baqarah pada waktu malam niscaya ia akan mencukupinya." (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim)

6.Al Baqarah dan Ali 'Imran.
Dari Abi Umamah Al Bahili berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Bacalah Al Qur'an karena di hari kiamat kelak ia akan memberikan syafaat bagi pembacanya, bacalah zahrawaen, yaitu: surat Al Baqarah dan surat Ali 'Imran. Sesungguhnya pada hari kiamat nanti keduanya akan datang bagaikan dua awan atau dua kawanan burung yang berbaris yang siap membantu orang-orang yang pernah membacanya. Dan bacalah surah Al Baqarah kerana membacanya adalah suatu barakah dan meninggalkannya adalah suatu kerugian. Dan tukang sihir tak akan sanggup menghasilkannya." (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

7.Sepuluh ayat dari surat Al Kahfi.
Dari Abi Darda' ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al Kahfi, maka akan terjaga dari dajal." Dalam riwayat yang lain: "...sepuluh ayat terakhir..." (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

8.Membaca surat Al Kahfi pada hari Jum'at.
Dari Abi Said Al Khudri ra. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa membaca surat Al Kahfi pada hari Jum'at akan diterangi cahaya antara dua Jum'at."(Diriwayatkan oleh Hakim dan Baihaqi, Hadis di atas sahih)

9.Surat Tabaarak (Al Mulk).
Dari Ibnu Mas'ud ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Surat Tabarak (Al Mulk) adalah penjaga dari azab kubur."(Diriwayatkan oleh Hakim dan Abu Na'im, Hadis di atas sahih)

10.Surat At-Takwiir, Al Infithaar dan Al Insyiqaaq.
Dari Ibnu Umar ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang suka untuk melihat aku di hari kiamat dengan sebenar-benar penglihatan, maka bacalah surat At-Takwiir, Al Infithaar dan Al insyiqaq." (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Tirmizi dan Hakim)

11.Surat Al Ikhlash.
Dari Abi Said Al Khudri ra. bahawa Rasulullah saw. bersabda tentang Qul Huwallahu ahad; "Demi Allah --Yang diriku berada di dalam genggaman-Nya--, sesungguhnya ia (Al Ikhlash) menyamai sepertiga Al Qur'an." Pada riwayat lain Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya, "Adakah di antara kamu yang tidak sanggup membaca sepertiga Al Qur'an dalam satu malam?" Hal ini memang berat bagi mereka, lalu mereka bertanya, "Siapakah di antara kami yang mampu ya... Rasulullah?" Beliau bersabda, "Qul Huwallahu ahad Allahush-Shamad, adalah sepertiga Al Qur'an." (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari)

12.Membaca sepuluh kali surat Al Ikhlash.
Dari Mu'az bin Anas ra. Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa membaca Qul huwallahu ahad sebanyak sepuluh kali niscaya Allah akan membangun rumah baginya di surga."(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)

13.Surat Al Falaq dan An-Naas.
Dari 'Uqbah bin 'Amir ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, Adakah kau lihat ayat-ayat yang diturunkan pada malam ini dan selainnya tidak dapat dilihat sepertinya?, dialah: Qul a'udzu birabbil falaq' dan 'Qul a'udzu birabbin-naas." (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

14.Surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An-Naas.
Dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw. apabila akan berangkat tidur tiap-tiap malam beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya kemudian meniupkannya seraya membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An-Naas. Kemudian beliau mengusapkannya ke seluruh tubuhnya (sebatas yang bisa) dimulai dari kepala lalu muka kemudian bagian depan dari badan. Beliau melakukannya sebanyak tiga kali.(Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim)

15.Membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An-Naas ketika sakit.
Abdullah bin Yusuf bercerita kepada kami, Malik bercerita kepada kami dari Ibnu Syihab, dari 'Urwah, dari 'Aisyah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bila merasa sakit beliau membaca sendiri 'Al Mu'awwizaat'(Al Ikhlash, Al Falaq dan An-Naas) kemudian meniupkannya. Dan apabila rasa sakitnya bertambah aku yang membacanya kemudian aku usapkan ke tangannya mengharap keberkahan darinya. (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari)

Faedah Surat Al Mulk, Keutamaan takut pada Allah dikala sepi

Berikut kita akan melanjutkan beberapa faedah lagi dari surat Al Mulk. Semoga kita bisa lebih memahami tersebut dan mengamalkan kandungan di dalamnya.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ (12) وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ اجْهَرُوا بِهِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (13) أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (14) هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ (15)

“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya di saat mereka tidak tampak di hadapan yang lainnya, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui? Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk: 12-15)

Keutamaan Taat dan Takut pada Allah Di Kesunyian

Setelah sebelumnya Allah menyebutkan keadaan orang-orang fajir (kafir), selanjutnya Allah menyebutkan keadaan orang-orang yang berbuat baik dan akan menuai kebahagiaan.

Dalam surat Al Mulk ayat 12, penulis Tafsir Al Jalalain menjelaskan, “Mereka itu takut pada Allah di kesunyian ketika mereka tidak nampak di hadapan manusia lainnya. Mereka pun taat pada Allah dalam keadaan sembunyi-sembunyi. Tentu saja dalam keadaan terang-terangan, mereka pun lebih taat lagi pada Allah.[1]”

Intinya mereka itu taat pada Allah meskipun di kesunyian. Syaikh As Sa’di menjelaskan, “Mereka takut pada Allah dalam setiap keadaan sampai-sampai pada keadaan yang tidak ada yang mengetahui amalan mereka kecuali Allah. Mereka tidak melakukan maksiat dalam kesunyian. Mereka pun tidak mengurangi ketaatan mereka ketika itu.”[2]

Namun kita mungkin sangat jauh dari sifat baik semacam ini. Di kala sepi kita berani berbuat maksiat, padahal Allah menyaksikan kita dan di kala terang-terangan kita pun berani mendurhakai Allah dengan riya’ tatkala melakukan amalan. Semoga Allah menunjuki kita pada sifat yang mulia ini.

Ingatlah keutamaan yang mulia yang diperoleh oleh orang yang beramal dan takut pada Allah di kala sepi, yaitu:

1. Akan mendapatkan ampunan dari setiap dosa, begitu pula akan dilindungi dari kejelekan dan siksa neraka.
2. Mereka akan mendapatkan ganjaran besar yaitu berbagai kenikmatan yang Allah janjikan di surga.

Keutamaan Ihsan dalam Ibadah

Untuk ayat,

إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ

terdapat penafsiran lainnya dari para ulama. Intinya, ada empat penafsiran mengenai ayat ini:

1. “Mereka takut pada Allah, namun mereka tidak melihat-Nya”. Inilah pendapat mayoritas ulama.
2. “Mereka sangat takut akan siksa Allah walaupun mereka tidak melihat-Nya”. Inilah pendapat Maqotil.
3. “Mereka takut pada Allah ketika tidak ada satu pun yang menyaksikan mereka”. Inilah pendapat Az Zujaj.
4. “Mereka takut pada Allah jika mereka bersendirian (tidak tampak di hadapan manusia) sebagaimana mereka takut jika mereka berada di hadapan manusia”. Inilah pendapat Abu Sulaiman Ad Dimasyqi.[3]

Tafsiran ketiga telah dijelaskan pada point sebelumnya. Tafsiran ketiga ini hampir sama dengan tafsiran keempat.

Sedangkan tafsiran pertama dan kedua hampir sama. Untuk tafsiran pertama inilah yang kita sering lihat pada terjemahan Al Qur’an (termasuk terjemahan DEPAG RI) sebagaimana pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Sehingga biasanya ayat tersebut diartikan:

إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ

“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka.” (QS. Al Mulk: 12)

Berdasarkan tafsiran menunjukkan keutamaan dari orang yang berbuat ihsan. Mereka akan mendapatkan dua keutamaan yang disebutkan dalam lanjutan ayat,

لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ

“Mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Mulk: 12)

Lalu apa yang dimaksud ihsan? Pengertian ihsan dalam ibadah sebagaimana ditafsirkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits jibril. Ketika ditanya oleh Jibril –yang berpenampilan Arab Badui- mengenai ihsan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak mampu melihat-Nya, Allah akan melihatmu”.[4][5]

Dalam pengertian ihsan ini terdapat dua tingkatan. Tingkatan pertama disebut tingkatan musyahadah yaitu seseorang beribadah kepada Allah, seakan-akan dia melihat-Nya. Perlu ditekankan bahwa yang dimaksudkan di sini adalah bukan melihat zat Allah, namun melihat sifat-sifat-Nya. Apabila seorang hamba sudah memiliki ilmu dan keyakinan yang kuat terhadap sifat-sifat Allah, dia akan mengembalikan semua tanda kekuasaan Allah pada sifat-sifat-Nya. Dan inilah tingkatan tertinggi dalam derajat Ihsan.

Tingkatan kedua disebut dengan tingkatan muroqobah yaitu apabila seseorang tidak mampu memperhatikan sifat-sifat Allah, dia yakin Allah melihatnya. Dan tingkatan inilah yang banyak dilakukan oleh banyak orang. Apabila seseorang mengerjakan shalat, dia merasa Allah memperhatikan apa yang dia lakukan, lalu dia memperbagus shalatnya.[6]

Keutamaan Beriman pada yang Ghoib

Berdasarkan salah satu penafsiran surat Al Mulk ayat 12, ayat ini menunjukkan keutamaan beriman pada yang ghoib dan keutamaan meyakini adanya kedekatan Allah ketika sendirian atau pun terang-terangan.[7]

Khouf (Takut) yang Membuat Seseorang Menjauh dari Maksiat

Dari ayat ini juga menunjukkan bahwa dengan rasa khouf (takut) membuat seseorang menjauh dari maksiat. Sehingga ketika seseorang mau terjerumus dalam maksiat hendaklah ia memperkuat rasa takut pada Allah. Jangan malah ketika mau terjerumus dalam maksiat ia kedepankan roja’ (harap) pada Allah. Ketika berbuat maksiat malah ia ingat-ingat bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Ini sikap yang keliru, malah ia akan terus menerus dalam dosa. Yang benar, ketika seseorang dalam keadaan mau terjerumus dalam maksiat, hendaklah ia kedepankan rasa khouf (takut) pada Allah. Namun ketika ia dalam kondisi sudah terjerumus dalam berbagai maksiat, maka hendaklah ia kedepankan rasa roja’ (harap) ketika itu.

Tujuannya apa? Tujuannya, jika seseorang mengedapankan rasa takut pada Allah ketika hendak berbuat maksiat, maka ia pasti akan mengurungkan berbuat maksiat. Sedangkan mengedepankan rasa harap ketika bergelimang dosa akan membuatnya tidak berputus asa dari rahmat Allah. Perhatikanlah perbedaan dua hal ini.

Rasa Takut pada Allah Membuat Seseorang Mendapat Naungan-Nya

Keutamaan orang yang takut pada Allah di kesunyian juga disebutkan dalam sebuah hadits muttafaqun ‘alaih (disepakati Bukhari dan Muslim),

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِى ظِلِّهِ ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ إِمَامٌ عَادِلٌ ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ اللَّهِ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ فِى خَلاَءٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِى الْمَسْجِدِ ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ إِلَى نَفْسِهَا قَالَ إِنِّى أَخَافُ اللَّهَ . وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا ، حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا صَنَعَتْ يَمِينُهُ

“Tujuh golongan yang di mana mereka akan mendapatkan naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan dari-Nya, yaitu: [1] pemimpin yang adil, [2] seorang pemuda yang tumbuh dalam beribadah pada Allah, [3] seseorang yang mengingat Allah di kesunyian lalu meneteslah air matanya, [4] seseorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid, [5] seseorang yang saling mencintai karena Allah, [6] seseorang yang diajak oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan untuk menyetubuhinya namun ia katakan, “Aku takut pada Allah, [7] seseorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanannya.”[8] Lihatlah orang yang mengingat Allah di kesunyian (tanpa ada yang melihatnya kecuali Allah) lalu ia meneteskan air mata dan orang yang diajak berzina namun ia takut pada Allah. Inilah keutamaan dari orang yang beribadah dan takut pada Allah sedangkan manusia-manusia tidak mengetahuinya, mereka akan mendapatkan naungan ‘Arsy[9] Allah.[10]

Luasnya Ilmu Allah

Segala sesuatu itu sama di sisi Allah baik yang dilirihkan maupun yang dikeraskan. Tidak ada yang samar sedikit pun baginya. Allahh Ta’ala berfirman,

وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ اجْهَرُوا بِهِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

“Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS. Al Mulk: 13)

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada dalam hati berupa berbagai niat dan keinginan. Bagaimanakah lagi dengan perkataan dan perbuatan yang Allah dengar dan lihat?!

Inilah dalil logika yang menunjukkan keluasan ilmu Allah.[11] Kemudian Allah membuktikan hal ini dengan mengatakan,

أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (14)

“Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (QS. Al Mulk: 14). Maksud ayat ini adalah: “Apakah mereka tidak mengetahui Allah yang Maha Lathif dan Khobir?”[12]

Allah Itu Lathif dan Khobir

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

أَنَّهُ لَطِيفٌ يُدْرِكُ الدَّقِيقَ خَبِيرٌ يُدْرِكُ الْخَفِيَّ وَهَذَا هُوَ الْمُقْتَضِي لِلْعِلْمِ بِالْأَشْيَاءِ

“Allah itu Lathif, maksudnya mengetahui segala sesuatu secara detail. Dan Khobir, maksudnya mengetahui segala yang tersembunyi (samar). Hal ini menunjukkan luasnya ilmu Allah terhadap segala sesuatu.”[13]

Syaikh Musthofa Al ‘Adawi hafizhohullah mengatakan makna Al Lathif itu ada 2:

1. Allah mengetahui segala sesuatu secara detail.
2. Allah selalu berbuat baik, penyayang terhadap hamba-hambaNya.[14]

Allah Menundukkan Bumi dan Beri Kemudahan untuk Dijelajahi

Allah Ta’ala selanjutnya berfirman,

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya.” (QS. Al Mulk: 15).

“Manakibiha” dalam ayat di atas ada tiga tafsiran, yaitu:

1. Jalan, sehingga maknanya, “Maka berjalanlah di segala jalan.” Ini adalah pendapat Ibnu ‘Abbas dan Mujahid.
2. Gunung, sehingga maknanya, “Maka berjalanlah di setiap gunung.” Jika gunung saja mampu ditempuh, maka lebih-lebih daerah yang rendah di bawahnya. Ini adalah pendapat Ibnu ‘Abbas lainnya, pendapat Qotadah dan Az Zujaj.
3. Penjuru, sehingga maknanya, “Maka berjalanlah di setiap penjuru bumi.” Ini adalah pendapat Maqotil, Al Farro’, Abu ‘Ubaidah, dan Ibnu Qutaibah.[15] Makna inilah yang dipakai oleh terjemahan DEPAG RI.

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menjelaskan ayat di atas, “Sesungguhnya Allah yang menundukkan bumi bagi kalian agar kalian bisa memenuhi berbagai kebutuhan (hajat) kalian.”[16] Ini menunjukkan nikmat Allah dengan memberikan segala kemudahan bagi setiap manusia. Maka Allah-lah yang pantas dipuji dan disanjung.

Tawakkal Bukan Berarti Meninggalkan Kerja dan Usaha

Dalam surat Al Mulk ayat 15 di atas juga menunjukkan disyariatkannya berjalan di muka bumi untuk mencari rizki dengan berdagang, bertani, dsb.[17]

Ini menunjukkan bahwa tawakkal bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha.

Sahl At Tusturi mengatakan, ”Barangsiapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah (ketentuan yang Allah tetapkan). Barangsiapa mencela tawakkal (tidak mau bersandar pada Allah) maka dia telah meninggalkan keimanan.” (Jaami'ul Ulum wal Hikam). Silakan lihat pembahasan selengkapnya di sini.

Hanya Kepada Allah-lah Tempat Kembali

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk: 15)

Ibnul Jauzi menafsirkan, “Kalian akan dibangkitkan dari kubur-kubur kalian.”[18] Hal ini menunjukkan adanya hari berbangkit dan hari pembalasan[19].

Demikian beberapa faedah tafsir surat Al Mulk untuk saat ini. Semoga kita selalu dimudahkan oleh Allah untuk mentadabburi (merenungkan) kitab-Nya yang mulia.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.



Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel http://rumaysho.com

Faedah ilmu tafsir al Qur’an, 14 Shofar 1431 H di Panggang-Gunung Kidul

[1] Tafsir Al Jalalain, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Muhalli dan Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abi Bakr As Suyuthi, hal. 562, Maktabah Ash Shofaa, cetakan pertama, 1425 H.

[2] Taisir Al Karimir Rahman, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, hal. 876, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, 1423 H.

[3] Lihat Zaadul Masiir fii ‘Ilmi At Tafsir, Ibnul Jauzi, 5/356, surat Al Anbiya ayat 48, Al Maktab Al Islami.

[4] HR. Bukhari no. 50, dari Abu Hurairah dan Muslim no. 8, dari ‘Umar bin Al Khattab.

[5] Lihat penjelasan Syaikh Musthofa Al ‘Adawi, Tafsir Juz Tabaarok, hal. 28, Maktabah Makkah, cetakan pertama, tahun 1423 H.

[6] Lihat penjelasan Syarhul ‘Arbain An Nawawiyyah, Syaikh Sholih Alu Syaikh, pada hadits kedua.

[7] Aysarut Tafaasir, Abu Bakr Jabir Al Jazairi, hal. 1390, Maktabah Adhwail Manar, cetakan pertama, 1419 H.

[8] HR. Bukhari no. 6806 dan Muslim no. 1031, dari Abu Hurairah.

[9] Maksud naungan di sini adalah naungan ‘Arsy Allah sebagaimana dijelaskan dengan hadits lainnya. Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7/121, Darul Ihya’ At Turots.

[10] Lihat Tafsir Juz Tabaarok, hal. 28.

[11] Idem

[12] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 14/74, Muassasah Qurthubah.

[13] Majmu’ Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 16/60, Darul Wafa’, cetakan ketiga, tahun 1426 H.

[14] Tafsir Juz Tabaarok, hal. 26. Lihat pula keterangan Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di dalam Taisir Karimir Rahman, hal. 876-877.

[15] Lihat Zaadul Masiir, 8/321, surat Al Mulk ayat 15.

[16] Taisir Karimir Rahman, hal. 877.

[17] Lihat Aysarut Tafasir, hal. 1390.

[18] Zaadul Masiir, 8/322, surat Al Mulk ayat 15.

[19] Lihat Aysarut Tafasir, hal. 1390.

Keutamaan Qur'an Surat Al Waqi’ah, Al Mulk dan Ar Rahman

Surat Al-Waqi’ah :

- Ubay bin ka’b berkata bahwa Rasullulah saw bersabda:” barang siapa yang membaca surat Al-Waqi’ah, ia akan dicatat tidak tergolong pada orang-orang yang lalai.”

- Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasullulah saw bersabda”barang siapa yang membaca surat Al-Waqi’ah,ia tidak akan tertimpa oleh kefakiran selamanya”

- Imam Ja’far Ash- Shadiq berkata :”barang siapa yang membaca surat Al-Waqi’ah pada malam jum’at ,ia akan dicintai oleh Allah, dicintai oleh manusia,tidak melihat kesengsaraan, kefakiran,kebutuhan,dan penyakit dunia,surat ini adalah bagian dari sahabatAmirul Mukimin (sa) yang bagi beliau memiliki keistimewan yang tidak tertandingi oleh yang lain.”

- Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa)berkata: “barang siapa yang merindukan surga dan sifatnya, maka bacalahsurat Al-Waqi’ah; dan barang siapa yang ingin melihat sifat neraka,maka bacalah surat As-Sajadah.”

- Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:”barang siapa yang membaca surat Al-Waqi’ah sebelum tidur,ia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan wajahnya seperti bulan purnama.”

Surat Al-Mulk:

- Ibnu Abbas berkata:” Pada suatu hari ada seseorang menghampar jubahnya di atas kuburan dan dan ia tidak tahu bahwa tempat itu adalah kuburan, ia membaca surat Al-Mulk, kemudian ia mendengar suara jeritan dari dalam kuburan itu: inilah yang menyelamatkan aku. Kemudian kejadian itu diceriterakan kepada Rasullulah SAW,lalu beliau bersabda : surat Al-Mulk dapat menyelamatkan penghuni kubur dari azab kubur.”

- Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:”surat Al-Mulk adalah penghalang dari siksa kubur, surat ini termaktub di dalam taurat, barang siapa yang membacanya di malam hari ia akan memperoleh banyak manfaat dan kebaikan. Sungguh aku membacanya dalam shalat sunnah sesudah Isya’ dalam keadaan duduk. Ayahku membacanya pada sian dan malam. Barang siapa yang membacanya, maka ketika malaikat Munkar dan Nakir akan masuk ke kuburnya dari arah kedua kakinya, kedua kakinya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan kearahku, karena hamba ini berpijak kepadaku lalu ia membaca surat Al-Mulk pada siang dan malam hari; ketika mereka datang kepadanya dari rongganya, rongganya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan kearahku, karena hamba ini telah menjagaku dengan surat Al-Mulk; ketika mereka datang kepadanya dari arah lisannya, lisannya berkaya kepada mereka: kalian tidak ada jalan ke arahku, karena hamba ini telah membaca surat Al-Mulk setiap siang dan malam denganku.”

- Imam Muhammad Al-Baqir (sa) :” bacalah surat Al-Mulk, karena surat ini menjadi penyelamat dari siksa kubur.”

Surat Ar-Rahman:

- Rasullulah SAW bersabda :”barang siapa yang membaca surat Ar-Rahman, Allah akan menyayangi kelemahannya dan meridhai nikmat yang dikaruniakan kepadanya.”

- Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa):” barang siapa yang membaca surat Ar-Rahman, dan ketika membaca kalimat”Fabiayyi alai Rabbikuma tukadzdziban”ia mengucapkan “La bisyay-in min alaika rabbi akadzibu (tidak ada satupun nikmat-Mu duhai tuhanku yang aku dustakan), jika saat membacanya itu pada malam dan siang hari kemudian ia mati,maka matinya seperti matinya orang yang syahid.

Selasa, 24 Agustus 2010

Sugiarti, Sembilan Tahun Menjadi 'Pemulung' Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Setiap kita mendengar kata pemulung, sering identik dengan tempat sampah. Berbeda dengan Sugiarti (52), yang mengaku bekerja sebagai `pemulung', namun tidak berurusan dengan sampah yang kotor, malah ia bergelut dengan Kitab Suci Alquran.

Perempuan yang akrab dipanggil Bu Sugi ini bekerja sebagai tukang membersihkan dan merapikan Alquran di Kompleks Pemakaman Sunan Ampel. Setiap hari ada ribuan kitab Alquran yang dipungutnya seorang diri.

"Saya ini pekerjannya pemulung, tapi yang saya pulung bukan sampah, yang saya pulung Alquran, bekas digunakan para peziarah," tutur Bu Sugi. Menurut dia, meskipun para peziarah telah mengembalikan Alquran ke lemari, namun keadaannya kurang rapi. Dengan alasan itu Bu Sugi rela untuk merapikan dan membersihkannya.

Dia mengaku telah sembilan tahun menjadi pembersih Alquran. Dan selama itu pula tidak mengaharapkan upah. "Saya ya dapat tugas seperti ini, saya lakukan dengan sabar dan ikhlas karena Allah, Kalau enggak begitu, pasti sudah marah terus melihat orang yang tidak merapikan Alquran," paparnya.

Untuk kebutuhan sehari-hari, Bu Sugi sering mendapatkannya dari para peziarah. Meskipun ia tidak pernah mengaharap dan meminta. Namun, para peziarah, khususnya yang rutin datang, kerap memberinya oleh-oleh.

"Ada yang memberi kopi, gula, makanan, bahkan handphone. Saya sampai tidak habis pikir, tapi alhamdulillah ini semua rezeki dari Allah,“ ceritanya. Ia hanya beristirahat waktu shalat. Pekerjaannya akan semakin berat jika ada rombongan peziarah dari luar kota.

Namun Bu Sugi selalu bisa membersihkan dan merapikan Alquran berapapun jumlahnya. Kini banyak orang yang menyebutnya mirip dengan Mbah Soleh, yang bertugas membersihkan masjid ketika masa hidupnya Sunan Ampel. Banyak yang bilang, kalau dulu Sunan Ampel bilang, ‘‘Wah kalau ada Mbah Soleh pasti masjidnya bersih’’, sekarang orang-orang bilang, ‘’Wah kalau ada Bu Sugi pasti Alquran-nya rapi”.

Selasa, 20 Juli 2010

Menghafal Al-Quran Bisa Bikin Gila?

http://www.eramuslim.com/oase-iman/anung-umar-menghafal-al-quran-bisa-bikin-gila.htm
Selasa, 20/07/2010 06:25 WIB
Oleh Anung Umar

Pernahkah terlintas dalam pikiran anda pertanyaan di atas? Atau dari saudara-saudara anda? Kalau saya pribadi, terus terang belum pernah. Lho, kalau begitu pertanyaan itu fiktif dong? Tidak juga, pertanyaan tadi muncul dari mulut teman saya. Lho kok bisa?
Ceritanya begini, sekitar enam tahun lalu teman saya pergi menuntut ilmu syar'i ke sebuah pondok pesantren di luar jawa, tepatnya di suatu kota besar di Sulawesi. Dia pergi dengan tekad dan semangat yang membumbung tinggi untuk menggapai ilmu sebanyak-banyaknya. Akan tetapi ketika baru saja menginjakkan kakinya di pondok pesantren itu, semangatnya langsung goncang, badannya terasa lemas dan kepalanya terasa pusing. Ada apa? Pondok pesantren sudah bubar? Bangunannya hancur? Atau pesantren lagi diliburkan?
Bukan, bukan, bukan itu semua, ia hanya stress. Stress karena apa? Ia melihat ada santri yang gila! Kemudian ia juga mendengar dari santri lama bahwa sebelumnya ada pula santri yang gila! Makin bertambah stressnya. Bukan hanya itu saja, ia juga mendengar cerita santri di situ bahwa kedua santri yang gila ini termasuk santri yang menonjol dan terkenal cerdas! Teman saya benar-benar stress!
Teman saya ini bertanya kepada santri lama tentang penyebab gilanya si santri itu? Santri lama ini menjawab kalau ia tidak mengetahui penyebab gilanya, tapi yang jelas 2 santri gila ini tergolong santri yang menonjol dan cerdas, bahkan santri yang terakhir ini banyak hafalan Al-Qurannya, selain itu ia juga dikenal kuat hafalannya. Pernah suatu hari ia melanggar peraturan pondok, maka ustadz pun memberinya hukuman berupa kewajiban menghafal sekitar 30 hadits, entah berapa lama batas waktu yang diberi ustadz, yang pasti ia hafal semuanya dalam waktu satu malam!
Teman saya tercengang mendengar kehebatan santri "super" itu, ia pun kagum sekaligus takut. Karena Ia berpikir, "Kalau ia yang banyak hafalan Al-Qurannya saja bisa gila, maka apalagi saya yang hafalannya pas-pasan!"Akhirnya ia pun mendatangi ustadz pimpinan pondok untuk mengadukan keresahannya, ia berkata, "Ustadz, apa mungkin orang yang menghafal Al-Quran bisa gila?
Ustadz menenangkannya dengan memberinya faidah dari perkataan Ibnul Qayyim, Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa penyebab menyimpangnya Ahlul Kitab (Yahudi dan Nashrani) itu, karena satu dari dua perkara: Suulqashd (rusaknya niat/tujuan) atau Suul'amal (rusaknya amal). Adapun Yahudi menyimpang karena rusaknya niat mereka sedangkan Nashara menyimpang karena rusaknya amal mereka. Teman saya puas dan lega dengan penjelasan ustadz dan hilanglah stressnya lalu ia pun mulai semangat lagi untuk menuntut ilmu.
Mungkin ada yang bertanya, "Lho apa hubungannya antara kerusakan Ahlul Kitab dengan santri gila itu?" Awalnya saya juga kurang mengerti, tapi setelah dipikirkan lebih cermat, ternyata "connect" juga. Perkataan ustadz tadi dengan menyebutkan penjelasan dari Ibnul Qayyim sebenarnya sudah jelas. Memang jawaban ustadz tidak menyebutkan secara gamblang tentang santrinya itu, akan tetapi dari perkataannya secara tersirat bisa dipahami seperti ini, "Sebagaimana Ahlul kitab menyimpang karena rusaknya niat atau amal mereka, maka demikian pula si santri ini bisa seperti itu."
Makanya teman saya tadi berkata kepada saya, "Betul memang jawaban ustadz, kita kan nggak tahu apakah niat dia (santri gila) waktu menghafal Al-Quran bener-bener ikhlas apa nggak, karena mungkin aja ada orang yang belajar agama atau rajin menghafal Al-Quran, eh, rupanya pengen dipuji atau dihormatin orang."
Setuju! Setuju, temanku! Memang benar, orang yang tidak ikhlas itu kalau beramal dengan amalan yang ringan walaupun sedikit saja, rasanya berat sekali, sebaliknya orang yang ikhlas, ketika beramal dengan amalan yang berat akan terasa ringan bahkan menkmatinya. Selain itu, orang yang tidak ikhlas dalam beramal ketika ia tidak mendapatkan imbalan duniawi atas amalannya, apakah itu pujian, sanjungan atau penghormatan, ia merasa gelisah dan sesak dadanya, sebaliknya orang yang ikhlas, ketika ia sedang beramal atau sesudahnya, ia tetap tenang, khusyu dan lapang dadanya, baik ada pujian yang ia dengar maupun tidak.
Mungkin ada yang bertanya dan ini memang terjadi, "Saya pernah berdzikir sebanyak ribuan kali pada suatu malam dan saya ikhlas, insya Allah, tapi kok saya jadi seperti orang gila, tak sadar dengan apa yang saya ucap dan badan saya jadi goyang sendiri tanpa disengaja?"
Kalau kembali kepada penjelasan Ibnul Qayyim tadi, sebenarnya ia tinggal bertanya kepada dirinya sendiri, "Kalau memang niat saya sudah ikhlas dan benar, tapi sudah benarkah amalan saya? Sesuaikah dengan yang dituntunkan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam? Apakah Rasul shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdzikir seperti itu?"
Itulah syarat diterimanya suatu amalan yaitu harus ikhlas niatnya dan benar amalannya (sesuai sunnah Rasul) atau menurut bahasa yang tersirat dari perkataan Ibnul Qayyim tadi, "Tidak rusak niatnya dan tidak rusak amalannya."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niat Dan setiap orang (akan mendapatkan) apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya (dalam rangka menjalankan ketaatan kepada) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya menuju Allah dan Rasul-Nya. Akan tetapi siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya menuju apa yang ia niatkan." (HR. Bukhori dan Muslim)
"Siapa yang berbuat suatu amalan yang tidak ada padanya perintah dari kami, maka amalan itu tertolak." (HR. Muslim)
Kalau begitu, jika ada yang bertanya kepada kita, "Apakah yang menghafal Al-Quran bisa gila?" Jawab saja dengan tegas dan lantang, "Ya, bagi orang yang tidak ikhlas dalam menghafalkannya atau tidak sesuai dengan apa yang dituntunkan Rasul shallallaahu 'alaihi wasallam!"
Jakarta,7 Sya`baan 1431/19 Juli 2010
umaranung@yahoo.co.id

Alquran Bukan Jimat Bukan Mantera

suarasurabaya.net| Oleh: Zainal Arifin Emka

Ada anak bertanya kepada bapaknya,
“Mengapa Alquran dibaca di depan orang mati?”
“Di mana itu!?”
“Di televisi!”
“Oh, itu sinetron. Itu tontonan, bukan tuntunan!”
“Tapi di berita juga ada. Bahkan ada yang membaca Alquran di depan kuburan! Waktu UAN, teman-temanku juga diajak mengaji di makam!” kata si anak nyaris dalam satu tarikan nafas.

Bapaknya terdiam dalam bingung. Dengan perasaan pedih beliau harus mengakui, masih ada orang yang memperlakukan Alquran sama sekali berbeda dengan tujuan diturunkannya Kitab Suci itu. Ada yang mengutip sebagian ayatnya, membungkusnya, menempelkannya di dinding rumah. Mereka memperlakukan Alquran sebagai jimat penangkal sial.

Memang ada yang membawa muridnya mengaji di depan makam ‘keramat’ untuk memperoleh kemudahan menghadapi ujian. Anak-anak belia itu diajari memperlakukan ayat Alquran seperti mantera.

Ketika televisi memberitakan kematian seseorang, ada tayangan orang membaca Alquran di hadapan si mayit. Kita sedih karena tentu saja Kitab Suci berisi petunjuk itu diperuntukkan bagi yang masih hidup. Bahkan yang masih hidup jiwa dan hatinya. Sama sekali bukan untuk manusia mati.

Alquran memberitahu manusia (yang masih hidup) apa yang harus direnungkannya dan diamatinya. Dengan perenungan, seseorang akan merasakan secara lebih baik makna kesempurnaan, hikmah, ilmu, dan kekuasaan Allah dalam ciptaan-Nya. Dengan cara itu orang segera menyadari bahwa keseluruhan alam semesta adalah sebuah isyarat. Setiap karya Allah menunjukkan pesan-pesan dari penciptanya.

Menggembirakan
Kepada seorang sahabat, saya bertanya: Berapa jumlah TPA? Pertanyaan lewat SMS ini dijawab dengan segera: Jlh tpa d jtm spi 2004 tctt 7.300 u, stri 674.500. Alhmlh! Maksudnya: Jumlah Taman Pendidikan Alquran di Jatim sampai 2004 tercatat 7.300 unit, santrinya 674.500. Alhamdulillah!

Saya menangkap isyarat kebahagiaan dalam jawaban guru TPA itu. Ditemukannya berbagai metodologi baru yang memudahkan belajar membaca Alquran, memang telah menggairahkan banyak orang untuk mempelajari Alquran. Termasuk kalangan lanjut usia.

Fenomena yang juga menggembirakan adalah kian banyaknya pengajian yang jamaahnya membawa terjemah Alquran. Setiap kali ustadz membaca ayat, peserta diminta membaca terjemahnya. Kadang ustadz hanya menyebut nama surat dan nomor ayat, lalu meminta peserta menemukan dan membacanya, peserta lain terjemahnya. Metode itu membuat jamaah lebih bergairah. Boleh jadi karena merasa dilibatkan, dan tentu saja merasa telah menemukan mutiara-mutiara petunjuk perjalanan hidupnya. Maklum, selama ini hanya membaca tanpa paham artinya.

Virus Positif
Kita banyak menyaksikan kegairahan seperti itu di banyak masjid dan pada acara ruhani di TVRI Jawa Timur. Mari kita berdoa semoga virus positif itu segera menyebar cepat ke seluruh nusantara, tanpa ada yang mampu menghalanginya.

Kabar baik itu saya kemukakan untuk mengingatkan bahwa pesona kandungan Alquran memang hanya bisa direguk bila orang memahami isinya. Sayang kalau berpuas diri dengan merasa sudah akan memperoleh pahala dari membacanya saja. Alquran bukan hanya untuk dibunyikan, tapi untuk dipahami isi petunjuknya, dan diamalkan sebagai tuntutan hidup.

Kebiasaan membaca Alquran dan memahami artinya, akan memompa rasa dahaga menyimak kandungannya. Kebiasaan dan kebisaan itu bagus ditanamkan sejak anak-anak masih nyantri di TPA: belajar membaca sekaligus memahami artinya. Anak-anak akan terjaga untuk tetap rajin membaca Alquran saat ia sudah tamat belajar di TPA. Ada kerinduan untuk terus menyimak kandungannya.

Dari sini agaknya kita, para orangtua, harus berani melihat dan menjawab: apakah putra-putri kita tetap membaca Alquran selepas ia lulus dari Sekolah Dasar?!? Para penyelenggara TPA ada baiknya membuat penelitian untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jangan takut melihat realitas: boleh jadi anak-anak tak lagi menyimak Alquran sebagai kebutuhan ruhaninya. Ada begitu banyak godaan yang mereka hadapi: PR sekolah, les tambahan, tontonan televisi, dan banyak lagi.

Anak-anak akan mudah mengesampingkan Alquran jika mereka hanya memahami Alquran sekadar sebagai bacaan. Bukan tuntunan yang menenteramkan hati, yang membangunkan gairah hidup, menawarkan solusi masalah, dan memompa rasa percaya diri dalam menghadapi tantangan hidup.

Para orangtua bisa turut menjaga agar anak-anak tidak dininabobokkan anggapan membaca saja sudah mendapat pahala berlimpah. Tidak salah, namun tidak sepenuhnya benar. Tentu saja mengingat kedudukan Alquran sebagai petunjuk. Logikanya sederhana saja: Bagaimana bisa memperoleh petunjuk kalau tidak tahu artinya.

Simaklah beberapa ayat surat Ali Imran 190-191 ini, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Rabb, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Masuk akalkah ayat ini ditujukan kepada orang mati?!?(zae/ydsf/ipg)

Zaenal Arifin Emka: Ketua Stikosa-AWS; Staf Ahli Al Falah

Selasa, 25 Mei 2010

Suatu Kisah Dibalik Menghafal Al Qur'an

Pak Didi, lelaki berusia lebih dari 60 tahun yang nikmat penglihatannya kini sudah diambil kembali oleh Sang Pemilik Sejati ini memang selalu menempati tempat tersebut. Wajar jika pak Didi mendapatkan shaf pertama karena beliau selalu ( sering ) menjadi orang pertama yang hadir di mushola. Terlebih jika sholat subuh, beliaulah yang selalu melantunkan sholawat, membangunkan jamaah lain yang masih terlelap dalam tidurnya. Dan ujung kiri adalah tempat yang paling mudah dijangkau olehnya yang selalu datang dari pintu sebelah kiri, berjalan meraba tembok dan berhenti ketika jangkauan tangannya menyentuh dinding bagian depan.

Pak Didi, pria santun yang beberapa waktu lalu pernah aku tulis kisahnya lantaran rumus 90 langkah menuju mushola nya. Pak Didi yang tetap istiqomah sholat berjamaah di mushola, meskipun untuk sampai di sana beliau harus meraba dan menghitung langkah kakinya karena kedua mata fisiknya tak mampu lagi membedakan gelap dan terang. Bukan, bukan karena tak ada keluarga yang mengantarkan, tapi karena pak Didi lebih senang berangkat ke mushola sendiri ( khususnya untuk sholat Subuh, sedang untuk sholat-sholat lainnya pak Didi sering diantar oleh istri atau cucunya ). Pak Didi yang telah membukakan kesadaranku, memberiku semangat untuk terus sholat berjamaah di mushola. Dan jika kini aku mencoba kembali menulis tentangnya, semua karena ‘hoby’ barunya.

Seminggu terakhir, pak Didi sedang rajin menghafalkan ayat-ayat suci Al Quran. Kalau surah Yaasiin sudah lama beliau hafal. Yang sekarang sedang menarik minatnya untuk dihafalkan adalah surat An Nisaa’ ayat 59–60. Pernah aku bertanya ada apa dengan ayat ini, sehingga beliau tergerak untuk menghafalkannya, apakah ayat-ayat sebelumnya sudah hafal semua ataukah ada pengalaman khusus dengan ayat ini? Dengan tersenyum ramah ( salah satu ciri khasnya ) beliau katakan bahwa sebenarnya ayat-ayat lainnya belum hafal, tapi belaiu tertarik untuk menghafal ayat tersebut lantaran beliau pernah mengikuti sebuah pengajian yang kebetulan membahas ayat tersebut.

Bagaimana pak Didi belajar menghafal, sedangkan membacapun beliau tak bisa?. Adalah Haji Sidik atau terkadang pak Minong yang sering mendampingi pak Didi menghafal, sambil menunggu datangnya waktu Isya. Dan meski sudah tergolong ‘sepuh’, daya ingat pak Didi ternyata masih cukup kuat. Itu kuketahui ketika kemarin malam aku dimintanya untuk mendampingi beliau menghafal surat An Nisa ayat ke-59 dan 60. Kebetulan malam itu hanya ada aku dan pak Didi, jamaah lainnya yang biasa mengaji sudah pada pulang, barangkali ada satu keperluan sehingga mereka baru datang kembali beberapa saat sebelum azan Isya berkumandang. Dua ayat yang cukup panjang ini mampu dihafal pak Didi dengan baik. Aku menyimak hafalan pak Didi sambil membuka Al Quran. Hampir semuanya betul, hanya ada beberapa yang tajwidnya kurang pas ( menurutku ).

Selanjutnya pak Didi minta agar aku membacakan ayat selanjutnya. Dan Subhanallah, hanya beberapa kali kubacakan, pak Didi langsung bisa menghafalnya. Bahkan, secara tak sengaja akupun jadi ikut menghafalkan, meskipun baru satu ayat. Alhamdulillah.

Satu hal yang kudapat dari belajar menghafal bersama pak Didi malam itu. Semangat pak Didi yang menggebu, dan ini membuatku merasa malu. Aku teringat masa kecil di kampung dulu, almarhum Romelan mengajari kami menghafal juz Ama. Hampir semua surat-surat di juz ke-30 berhasil kami hafalkan meskipun baru sebatas hafalan tanpa mengerti arti dan kandungannya. Tapi kini, Astaghfirulloh! Tinggal beberapa surat yang masih kuingat, itupun terbatas pada surat-surat yang biasa kubaca di setiap sholat.



Pernah beberapa waktu yang lalu, aku mencoba menghafalkan kembali surat-surat pendek ditambah dengan artinya. Namun sayang, hafalanku terhenti di surat Al ‘Ashr. ‘Kesibukan’ duniawiku menjadi alasannya. Astaghfirulloh, ampuni aku ya Allah.

Dan malam itu, ketika pak Didi meminta ( tepatnya mengajakku ) menghafal bersama, muncul sebuah keinginan untuk kembali membenahi hafalanku yang dulu. Bukan hanya hafal bacaannya, tapi juga artinya. Dengan mengerti artinya, mudah-mudahan kedepannya bisa memahami kandungannya, insya Allah. Terima kasih pak Didi, kembali untuk kedua kalinya engkau telah membukakan kesadaran sekaligus memberikan semangat padaku. Semoga Allah menetapkan hidayah itu padamu, juga kepadaku. Amin.

abisabila.blogspot.com

Kamis, 13 Mei 2010

Gadis 3 Tahun dari Azerbaijan Hafal Puluhan Surat Al-Qur'an

Seorang gadis cilik asal Azerbaijan, Zahra, yang usianya baru menginjak tiga tahun, telah hafal sekitar 40 surat Al-Qur'an diluar kepalanya dengan bacaan dan tajwid yang fasih.

Ibunda Zahra mengatakan, dirinya sangat heran dengan tingkah polah anaknya yang sejak umur setahun lebih suka meracaukan lafaz-lafaz dan ayat Al-Qur'an, dari pada menyanyi dan racauan khas anak kecil umumnya.

Dikisahkannya, dirinya juga rajin membaca Al-Qur'an semasa mengandung Zahra, juga mendengarkan suara lantunan ayat-ayat suci yang diputar melalui kaset atau cd.

"Sejak Zahra berusia bayi, saya sering membacakan Al-Qur'an dihadapannya. Zahra pun suka mengulangi apa yang saya bacakan," kisah ibunya.

Kini, Ibunda Zahra memasukan anaknya itu ke madrasah hafalan Al-Qur'an di kampungnya. Ia memang bercita-cita untuk memiliki anak yang hafal Al-Qur'an. (AGS/db)

Larutan Penyegar Hati

Aku bukan tak ingin kaya.
Juga tak ingin hidup miskin.
Aku hanya ingin memilih selalu hidup sederhana.
Aku ingin menjadi orang biasa.

Biarlah rumah kami begini, apa adanya, asal keluargaku dapat berteduh dan beristirahat, terhindar dari panasnya matahari dan basahnya hujan. Rumah model kampung dan tak mengikuti tren arsitektur terbaru. Tak harus mewah, tak harus terlihat indah dan artistik.

Aku malu pada Rasul yang hanya tidur di atas tikar kasar tiap harinya, sementara di rumahku tersedia kasur spring bed yang kadang terlalu memanjakan penggunanya sehingga terlambat sholat berjamaah.

Aku malu pada Syekh Ali Ghuraisyah, yang hanya menjadikan krak botol minuman yang ditutup sehelai kain lusuh untuk meja dan kursi tamunya. Sementara di rumahku ada beberapa kursi, meskipun kuno dan bukan sofa, yang cukup enak diduduki.

Aku malu pada Usamah, yang tak memiliki satu buah furnitur pun di rumah keempat istrinya, sementara untuk amal sosial dengan mudah dia akan mengeluarkan cek senilai ratusan juta dollar.

Mereka bukan orang miskin, tapi mereka adalah orang-orang yang memilih untuk hidup sederhana.

Aku takut berlimpahnya harta akan menyilaukan mata dan hatiku.
Takut nyamannya rumah dan kendaraan membuatku tak lagi mampu meletakkan harta di tangan, tapi telah jauh meracuni hatiku.
Dan aku sungguh takut dengan ujian harta ini.

Biarlah kendaraan kami biasa saja, sepeda motor yang sudah cukup berumur dan mobil kuno 1990-an yang sudah berkarat di beberapa sisinya. Asal dengan itu telah mampu membantuku beraktivitas dan menghemat banyak hal dalam perjalanan.

Aku malu pada Rasul dan Abu Bakar, yang menempuh perjalanan Makkah-Madinah dengan berjalan kaki, padahal mudah bagi beliau untuk meminta diperjalankan oleh Allah dengan Buraq sekalipun.

Aku malu pada Syekh Hasan Al-Banna & Syaikh Umar Tilmisani, yang lebih memilih naik kereta kelas ekonomi untuk berdakwah di seantero Mesir, meski secara finansial sangat mampu untuk naik kereta kelas di atasnya.

Aku malu pada pemuda Taufiq Wa’i, yang tak mau hanya sekedar naik taxi seperti saran bunda Zainab Al-Ghazali, karena khawatir tak mampu menyikapi fasilitas itu dengan benar.

Biarlah kemana-mana aku ingin naik angkutan umum kelas ekonomi, selagi fisik mampu diajak berkompromi. Bukan naik taxi atau kelas eksekutif. Bukan karena sayang mengeluarkan uang, tapi sungguh bersama orang-orang berbagai tipe di kelas ekonomi itu, banyak pelajaran yang dapat kuambil, dan itu mampu melembutkan hati.

Biarlah aku memiliki baju secukupnya saja, tak harus mengikuti model terbaru. Yang penting masih utuh dipakai dan cukup pantas dilihat orang. Aku takut menjadi penganut paham materialis, berburu berbagai koleksi baju, kerudung, tas, alat tulis, perlengkapan elektronik... bukan karena perlu tapi hanya sekedar ingin.

Aku malu pada khalifah kelima, Umar bn Abdul Aziz, yang setelah menjadi khalifah justru memilih jenis pakaian yang paling kasar dan paling murah pada pedagang yang sama, hingga membat takjub si pedagang karena sebelumnya sang Umar adalah seorang yang sangat memperhatikan penampilan.

Aku bahagia, saat melihat pak NN dengan istri dan ke-6 anaknya yang kecil-kecil dapat berteduh di salah satu rumah kami tanpa bayar sejak 8 tahun lalu. Jujur, melihat kehidupan perekonomian mereka yang makin membaik, kadang tergoda untuk mulai menerapkan prinsip ’profesional’ dengan perjanjian sewa.

Tapi, Astaghfirul-Lah.. kembali kutepis keinginan itu. Mungkin, justru lewat wasilah doa-doa tulus pak NN-lah, Allah selalu memberikan rezki yang berlebih padaku dan keluarga. Ya Rabb, biarkanlah rumah itu menjadi ladang amal pintu pembuka rahmatMu bagi kami.

Aku bahagia, meski piutang-piutang kami untuk berbagai keperluan pada beberapa orang tak kunjung terbayarkan sampai berbilang tahun bahkan berpuluh tahun. Aku pun tak ingat lagi persis jumlah nominalnya. Aku percaya, mereka semua bukan tak mau membayar, tapi belum mampu membayar.

Tentu mereka malu untuk tiap waktu hanya menghubungi lalu mohon maaf dan meminta penangguhan waktu pembayaran. Mereka juga manusia, yang memiliki izzah. Biarlah, mungkin mereka butuh waktu. Mungkin Allah sedang mengajarkan arti ikhlas pada kami. Biarlah, kalau memang ternyata sampai nanti pun tak mampu terbayarkan, Allah yang akan menggantinya dengan yang lebih baik. Insya Allah....

Bahkan, mungkin dari mulut-mulut merekalah, teman-teman yangn membutuhkan itu, meluncur doa-doa ikhlas untuk kami sekeluarga, yang langsung didengar Allah di Arsy sana, hingga Allah berikan kemudahan rizki pada kami.

Aku ingat, salah seorang teman yang sudah cukup lama berhutang sekian juta, demi mengetahui bahwa aku akan menunaikan ibadah haji beberapa tahun lalu, dia mengirim sms: "Semoga hajimu mabrur ya Ning. Jangan lupa aku titip doa, doakan aku agar semua masalahku terangkat, kehidupanku menjadi lebih baik, dan aku dapat segera menunaikan kewajibanku pada kalian yang sudah tertunda sekian tahun.

Aku malu sebetulnya bicara begini. Tapi aku tahu, kalian bisa menerima dengan lapang".
Hiks, sungguh aku terharu dan menetes air mataku membaca sms itu.

Sayup-sayup, kudengar refrain nasyid Antara Dua Cinta-nya Raihan

Tuhan, leraikanlah dunia
yang mendiam di dalam hatiku
karena disitu tidak ku mampu
mengumpul dua cinta
Hanya cintaMu, kuharap tumbuh
diibajai bangkai dunia yang kubunuh ...

Rabu, 12 Mei 2010

Suatu hari di Negeri Qur'ani

Saya harus menyelesaikan tugas mengajar privat di selatan Kairo hari itu. Perjalanan sekitar tiga puluh menit dari statsiun Demerdash, Abbasea. Pikiran saya tidak tenang, masih berkecamuk semenjak siang tadi. Kata teman-teman satu Fakultas ujian bisa jadi dimajukan dari biasanya. Terbayang oleh saya hafalan delapan Juz Al-Qur’an sudah menunggu. Ah, jika saja dulu di Indonesia sudah hafal banyak Al-Qur’an rasanya tidak usah pusing memikirkannya lagi, tinggal mengulang dan mendalami. Tidak seperti sekarang, terburu-buru menghafal karena ujian sudah dekat. Padahal dosen di kuliah berulang kali mengingatkan jangan menghafal Qur’an karena ujian, hafalkan ayat-ayat Qur’an karena ia kitabmu.

Diam-diam saya mengeluarkan mushaf kecil, membaca sisa bacaan yang belum selesai. Di depan saya berdiri, nampak anak muda berpakaian trendi sedang membaca kumpulan surat-surat pilihan dalam Al-Qur’an yang disebut Sab’ul Munjiyat. Tidak lama ia berdiri meninggalkan tempat duduknya, bersamaan dengan henti roda-roda baja kereta. Saya pun menempati kursi kosong bekas pemuda tadi.

Wajah-wajah dalam gerbong itu nampak lelah. Tetapi saya sedikit menemukan kesejukan, beberapa orang dalam gerbong itu membaca Al-Qur’an. Lelaki tua berambut putih yang duduk di samping saya juga mengeluarkan mushaf besar dari dalam tas lusuhnya. Memang terlihat ganjil, namun ia berusaha menyesuaikan dengan kondisi matanya yang (mungkin) sudah rabun.

Masyarakat Mesir cukup religius dalam keseharian mereka, utamanya dalam interaksi mereka dengan Al-Qur’an di tengah arus globalisasi dan invasi budaya Barat yang merajalela di negeri-negeri Muslim. Polisi, tentara dan satpam yang sedang jaga tak segan membaca Al-Qur’an. Saat pergi ke pertokoan Khan Khalili di kawasan Husein saya pun beberapa kali menyaksikan pemandangan yang membuat gairah keimanan menyala, beberapa penjaga toko Khan Khalili membaca Al-Qur’an sambil menunggu pembeli yang mayoritas turis Asing. Dan saat kami pergi ke kuliah, dalam bis-bis kota yang sesak beberapa orang Mesir membaca dan mengulang hafalan Qur’an-nya.

Pernah satu waktu sepulang dari perjalanan yang sama, saya ditegur seorang pemuda yang sedang mengulang hafalan Qur’an-nya.
“Apakah kamu membawa mushaf?”
“Ya” Jawab saya. “Mengapa kamu tidak membacanya?” katanya lagi.
“Saya tidak punya wudlu.”
“Apa salahnya mengulang hafalan Qur’an? Saya juga tidak punya wudlu!” saya mengangguk dan membenarkan nasihatnya.

Beberapa waktu lalu, adik kelas saya satu sekolah dulu bertanya, “Bagaimana cara menghafal Qur’an yang efektif?”

Saya tidak punya jawaban yang betul-betul saya tahu, hanya saja saya sarankan untuk terus menghafal dan banyak mengulang. Usahakan baca Qur’an di mana pun ada kesempatan seperti masyarakat Mesir melakukannya. Ia kemudian menjawab, bahwa untuk membaca Qur’an di setiap kesempatan terasa sulit jika diterapkan di kota seperti Jakarta. Saya tidak tahu pasti apakah memang benar di Jakarta susah untuk melakukannya? Karena masyarakat yang tadi saya ceritakan di atas ada di Kairo yang nota bene ibu kota Mesir.
Setidaknya satu hal yang diharap para pembaca Qur’an itu: keberkahan. Keberhakan dalam segala hal, bukan hanya dari sisi materi, jauh dari itu keberkahan di Hari Pengadilan seluruh manusia. Karena kata Nabi SAW, “Bacalah Qur’an. Karena ia akan menjadi pemberi syafa’at kepada para pembacanya.” Dan keberkahan itu sendiri telah dijanjikan Allah dalam kitab-Nya ini, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Q.S. Shaad: 29)

Penulis buku ‘Fî Dzilâlil Qurân’ (Di Bawah Naungan Qur’an) Sayyid Qutb, mengungkapkan kekagumannya kepada Al-Qur’an setelah lama ia bergelut dengan berbagai pemikiran Materealis, “Wajadtu-l Qur’an” (Kutemukan Al-Qur’an) katanya. Semenjak itu ia pun konsen mempelajari Al-Qur’an sampai ia menemui syahid di tiang gantungan, setelah merampungkan karya monumentalnya: Fî Dzilâlil Qur’ân.

Inilah sedikit gambaran dari sebuah Negeri Qur’an bernama Mesir. ‘Negeri Qur’an’ hanyalah sebuah nama yang terlintas di benak saya. Ia bukanlah negeri yang selalu identik dengan tanah Arab, bukan itu yang saya maksud. Negeri Qur’an ialah negeri yang masyarakat Muslimnya dekat dengan Al-Qur’an apapun bahasa nasionalnya. Negeri yang mencintai Al-Qur’an sebagaimana mereka menyintai Allah pemilik kitab-Nya. Negeri itu mungkin saja negeri kita tercinta: Indonesia.

Selasa, 09 Februari 2010

Bagaimana Menghafal Al-Quran

Jiwa yang tak pernah dibacakan Al-Quran, seperti kuburan. Sepi, sendirian, dan kering-kerontang. Zaman ini, sedikit sekali orang-orang yang hafal Al-Quran. Kita bisa melihat, para orang tua lebih resah kalau anaknya tidak bisa matematika atau bahasa Inggris, ketimbang tidak tahu Al-Quran. Padahal, itu adalah keluarga Muslim. Padahal, sebagai orang Islam, kita harus yakin, hanya Al-Quran lah sebagai petunjuk hidup kita.

Ketika zaman semakin berputar mengikuti arus syahwat manusia, selayaknya lah kita sebagai orang Islam (mungkin) harus mulai kembali menanamkan azam dan niat, tekad dan keinginan untuk mulai menghafal Al-Quran.

Dan untuk memudahkan menghafalnya, ada beberapa teknik dan persiapan yang khusus yang bisa dipakai. Beberapa di antaranya:

* lkhlaskan niat dan bersabar
* Jangan lupa baca basmillah dulu
* Berdoa kepada Allah swt
* Bersih dari hadas kecil dan besar
* Sebaiknya menghadap kiblat
* Memakai pakaian putih yang bersih dan menutup aurat
* Jangan banyak berkata dan ketawa ketika membaca dan menghafal
* Memberikan perhatian sepenuhnya
* Jangan membaca ketika mengantuk atau menguap
* Berhenti membaca ketika ingin buang angin
* Salat dua rakaat sebelum memulai

SEBELUM MENGHAFAL

1. Mempunyai azam dan minat untuk menghafal
2. Memilih waktu yang sesuai untuk menghafal
3. Memilih tempat yang sesuai untuk menghafal
4. Berada dalam keadaan tenang
5. Tenangkan pikiran sebelum menghafal
6. Pilih sebuah jenis mushaf dan jangan ubah dengan jenis mushaf lain
7. Beristighfar, membaca selawat dan doa sebelum mulai menghafal

TEKNIK-TEKNIK MENGHAFAL

A. Teknik "Chunking” (potongan-potongan)

* Mengelompokan ayat yang panjang dalam beberapa bagian yang memang sesuai mengikuti arahan guru atawa ustadz, jika belajar bersama mereka
* Mengelompokan awal surat pada beberapa bagian (2 atau 3 bagian) yang sesuai
* Mengelompokan surat dalam beberapa bagian, contohnya mengikut pertukaran cerita
* Mengelompokan juz kepada beberapa bagian mengikut surah, hizib, rubu', cerita dan sebagainya
* Mengelompokan kelompok surah, setiap 10 juz dan sebagainya

B. Teknik Mengulang

* Membaca sepotong atau sebagian ayat sekurang-kurangnya lima kali sebelum mulai menghafalnya
* Membaca ayat yang telah dihafal berulang-ulang kali (10 atau lebih)
* sebelum berpindah ke ayat seterusnya
* Selepas menghafal setiap setengah halaman, harus diulang beberapa kali sebelum diteruskan bagian yang setengah halaman lagi
* Sebelum menghafal bagian Al-Qur'an seterusnya, harus diulang bagian yang sebelumnya.

C. Teknik Menghafal Dengan Teman

* Pilih seorang teman yang sama-sama berminat
* Orang pertama membaca dan disimak oleh orang kedua
* Orang kedua membaca dan disimak oleh orang pertarna
* Saling menyebut ayat antara satu sama lain

E. Teknik Mendengar Kaset/CD

* Pilih seorang qari yang baik bagi seluruh Alquran atau beberapa qari bagi surah-surah tertentu
* Sebelum mulai menghafal, dengar bacaan ayat-ayat yang ingin dihafal beberapa kali
* Amati cara, lagu dan tempat berhenti bacaan qari tersebut sehingga terpahat di pikiran
* Mulai menghafal ayat-ayat tersebut dengan cara dan gaya qari tersebut
* Sentiasa mendengar kaset/CD bacaan Alquran dan kurangi atau tinggalkan mendengerkan lagu-lagu kerana akan mengganggu penghafalan

F. Teknik Merekam

* Rekam bacaan kita di dalam kaset dan dengarkan lagi untuk memastikan bacaan dan hafalan yang betul
* Bagi kanak-kanak, rekam bacaan ibu-bapa atau guru kemudian diikuti oleh bacaan kanak-kanak tersebut
* Minta kanak-kanak tersebut mendengar kembali rekaman tersebut beberapa kali hingga menghafalnya

G. Teknik Menulis

* Tulis kembali surat yang telah dihafal. Kemudian cek lagi dengan mushaf.
* Menulis setiap ayat pertama awal surat, atau setiap rubu', atau setiap juz, atau setiap surah dalam sehelai kertas.

MEMELIHARA HAFALAN

1. Jauhi maksiat mata, maksiat telinga dan maksiat hati
2. Banyak berdoa, terutama waktu mustajab doa seperti ketika berbuka puasa, ketika dalam perjalanan, selepas azan dan lain-lain lagi
3. Menetapkan kadar bacaan setiap hari, contohnya, selembar, setengah juz, 1 juz dan sebagainya
4. Membaca pada waktu pagi dan mengulangnya pada waktu malam
5. Jangan membaca ketika sedang bosan, marah atau ngantuk
6. Menulis setiap ayat yang mutasyabih

(sa/berbagaisumber)
eramuslim.com

Jumat, 05 Februari 2010

Abdullah Azzam Hafidz Al Ghifari

Alhamdulillah Lahir dengan Sehat dan Selamat Putra Pertama Kami melalui Operasi Cesar di Rumah Sakit Citra Medika Sidoarjo Jawa Timur Pada Hari Senin Kliwon 1 Februari 2010 / 17 Safar 1431 Pukul 14.45 WIB. InsyaAllah kami beri Nama Abdullah Azzam Hafidz Al Ghifari. Smg Menjadi Anak yang Soleh. Amin.

Lama kusiapkan namamu nak... 5 tahun sebelum Abi mengakad nikah bundamu dalam akad nikah barokah yang diakadkan oleh KH. Husein Ilyas tepatnya tgl 3 Mei 2009 bertepatan dengan tgl. 8 Jumadil Awal 1430 H. Ahad Legi Malam Senin Pahing. Abdullah Azzam Hafidz, Hamba Allah yang Bertekad Kuat Menghafal(Menjaga) Al Qur'an. Menjaga berarti menghafalnya, memahaminya, mengamalkannya. Abi doakan semoga kelak Engkau menjadi salah satu Ahlulloh(Keluarga Allah) seorang Penghafal Al Qur'an. Semoga Kelak Rahmat, Cahaya, Petunjuk Qur'an menyinari jiwamu, tumbuh menjadi Muslim yang Berakhlaq Al Qur'an, Akhlaq Manusia Paling Mulia Rasululloh Muhammad SAW. Amin... Yaa Rabbal Alamin....

Abdullah Azzam Hafidz.... Kupanggil engkau Azzam, abi begitu tersentuh dengan nama ini, kala abi berjibaku menghafal ayat demi ayat Al Qur'an dalam kesibukan abi, dalam keluangan dalam kesempitan hidup ini. Alhamdulillah nak, Allah berkenan memberikan tekad kuat ini seperti tekad Abdullah Khoirul Azzam dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih karangan Ust. Abdurrahman El Shirazy...(kang abik). Smoga kelak engkaupun mempunyai tekad seperti abi, dan menjadi insan yang lebih baik, lebih kuat, lebih tekun, lebih rajin, lebih semangat dalam menghafalkan Kalam Allah, Al Qur'an Nur Karim.... Amin...Yaa Allah Yaa Rahman Yaa Rahim...

Smoga berkah Akad Nikah oleh KH. Husein Ilyas, Kyai dan Ulama yang begitu berkarismatik, dan begitu dicintai kaum muslimin, menjadi bekal awal untukmu nak dalam menauladani tokoh-tokoh besar dalam melangkahkan kakimu kelak... Lillahi ta'ala abi mengakadnikah bundamu lansung usai lamaran yang diakadnikahkan oleh KH. Husein Ilyas karena abi memohon keberkahan dan Keridhoan serta Rahmat Allah terkaruniakan pada keluarga kita dan khusus buatmu nak dan insyaAllah buat adik-adikmu kelak. amin... Dua bulan sesudahnya, tepat tgl 2 Juli 2009 bertepatan dengan tgl. 9 Rajab 1430 H. Kamis Legi Malam Jum'at Pahing abi mengakadnikah bundamu lagi untuk keperluan catatan sipil di Kantor Urusan Agama (KUA) Tarik Sidoarjo agar memudahkan langkahmu dalam bermasyarakat.

Abdullah Azzam Hafidz Al Ghifari....Bagus dan mulia namamu nak, tambahan dari bundamu tercinta "Al Ghifari" usai kebahagiaanmu atas kehadiranmu dalam keluarga kami. Semoga engkau menjadi hamba Allah yang pemaaf, dikarunia Cahaya Suci atas akhlaq Al Qur'an, dan semoga hidupnya selurus dan sebersih sahabat Rasululloh yang tiada duanya dalam memegang keyakinan atas kebenaran dan kelurusan Islam... Abu Dzar Al Ghifari.... Amin....

Ketenangan aura wajahmu nak, semoga setanang jiwa suci yang Allah panggil-panggil dalam kalam sucinya Al Qur'an Surat Al Fajr. Yaa Aiyatuhhan Nafsul Mutmainnah Irji'i Rodiyatam Mardiyah, Fad Khuli Fi Ibadi Fad Kulli Jannati....Aminn... Yaa Karim Yaa Latif....

Sinar Wajahmu nak smoga senantiasa bersinar atas akhlaq mulia yang kau tempa dari kecil....amin....yaa nur.... yaa hadi....yaa sobur...

Saudaramu nak, masuk Rumah Sakit hampir bersamaan, Satu Kamar, Masuk Ruang Operasi Secar Bersamaan, Selisih 15 menit, Sepakat diberi nama "Azzam", insyaAllah suatu ketika engkau akan dipertemukan dengan saudara Azzam mu ini nak dalam kesempatan yang penuh barokah dan rahmat Allah SWT. Amin.. Yaa Wahab Yaa Rozzaq... Azzam saudaramu ini dari jombang nak..., tinggal di Sumenep, Madura, Jawa Timur. Dari kecil kalian berdua begitu dicintai Abi Bundamu, dan kalian terlihat begitu akrab dalam keheningan jiwa kalian berdua.... Azzam....2 Azzam.... 1 tujuan... Cinta Allah dan RasulNya... Amin...

Dalam timangan bunda tercintamu, engkau begitu tenang, begitu lembut, smoga akhlaqmu kelak begitu lembut pada Agama Allah, kepada fakir miskin, kepada anak yatim amin yaa Latif yaa karim... kepalan tanganmu smoga menjadi keteguhan dalam kuatnya perjuanganmu pada Agama Allah amin... Yaa Allah Yaa Aziz.... Kuatnya dirimu, tak membuat kau tinggi hati, takabur dan sombong, melainkan menjadikan ketawadhuanmu, kerendahan hatimu sayang... karena dengan tawadhu itulah Allah menyayangi dan mencintaimu, memberkahi hidupmu, rizkimu dan ilmumu.... amin yaa Ali yaa Waliy...

Hidupmu merdeka nak..., Jiwamu merdeka, kepalkan tanganmu, bentuk tekad perjuanganmu dalam menuntut ilmu dalam berjuang dalam hidupmu, tak patah semangat, tak putus asa, tak ada yang bisa menghalangimu dalam berjuang menegakkan keyakinanmu, meneguhkan jiwamu, dan membaktikan hidupmu untuk Ibadah kepada Allah SWT. amin Yaa Allah yaa Mujib yaa Rozzaq Yaa Karim...Yaa Muhaimin, Yaa Dzal Jalali Wal Ikhram...

Ini kakakmu nak namanya Firdaus... panggilannya Mas Ping... jika sudah besar, saatnya nanti, dan Allah mengijinkan, Mas Ping dan Adek Azzam Mondok Bareng. Seperti yang dikatakan Mas Pingmu Mondok di Mojo Geneng Kab. Mojokerto Jawa Timur, untuk menghafal dan mendalami Al Qur'an.... Amin....

Rabu, 20 Januari 2010

Pengalaman Seorang Penghapal Al-Qur’an

Di-kopas (copy paste) dari Facebook : Komunitas penghafal Al qur'an Semoga dapat memberikan pelajaran buat kita semua.. aamiiin..

Saudara kita – Nizar, seorang Manager di PT Telkom, bapak 3 anak, usia 37 th – telah berhasil menghafal Al Qur’an 30 juz dalam waktu yang relatih singkat yaitu sekitar 1,5 th. Subhanallah Alhamdulillah Allahu Akbar.

Berikut ini kisah yang beliau sampaikan dalam acara MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa) di masjid Al Hikmah TELKOM Divre 3 Sabtu, 11 April 2009.

Membangun motivasi antara lain dengan cara:

* ketika umroh (alhamdulillah mendapat penghargaan dari perusahaan) berdo’a agar dijadikan oleh Allah sebagai bagian dari orang-orang penghafal Al Qur’an
* menanamkan dalam diri untuk tidak mengingkari nikmat Allah yang telah begitu banyak Allah berikan
* berazam untuk tidak kembali kepada kemaksiyatan (menghambur-hambur waktu, suka marah kepada istri, dll)
* saya harus hafal Al Qur’an sebelum usia 40 th

Metoda yang dipakai oleh beliau dalam menghafal Al Qur’an antara lain sebagai berikut:

* Kegiatan menghafal didahului dengan belajar tahsin (membaguskan bacaan Al Qur’an). Di sini ditanamkan bahwa kegiatan tahfidz tidak akan berhasil baik jika bacaan (tilawah Al Qur’an) belum baik dan benar sesuai kaidah yang benar. Nizar belajar tahsin di MAQDIS pimpinan ustadz Syaiful Islam Mubarok, Lc, MAg.
* Nizar berusaha menghafal solitair tanpa guru dan sudah berhasil menghafalkan 8 juz, namun untuk menambah hafalan dirasa berat sekali jika tanpa guru, oleh karena itu memutuskan untuk belajar tahfidz (hafalan) di masjid Habiburrahman (PT DI) di bawah asuhan ustadz Abdul Azis Abdur Rauf, Lc (al hafidz)
* Quantum Memori Al Qur’an (sebuah metode yang dipakai oleh Yayasan Baitul Hikmah Bandung yang juga dipakai oleh ESQ-nya Ary Ginanjar Agustian)
* Pilih salah satu dari 2 tipe penghafal:
* TIPE LAMBAT: tidak akan menambah hafalan jika hafalan lama belum sempurna betul, sehingga waktu banyak dipakai untuk mengulang-mengulang hafalan
* TIPE CEPAT: lebih dipentingkan setoran tambahan, jika dirasa sudah hafal, langsung setor kepada pembimbing dengan mengesampingkan terlebih dahulu kegiatan mengulang hafalan

Kiat-kiat yang dipakai Nizar antara lain sebagai berikut:

* Atur kembali ”jadwal hidup”, bangun jam 12 malam, manfaatkan waktu sampai shubuh untuk menghafal yang baru dan mengulang hafalan
* Alokasi waktu yang paling mudah dikurangi adalah waktu tidur, resikonya bulan-bulan pertama bakal ngantuk sebagai tantangan utama, namun selanjutnya akan teratasi
* Memanfaatkan ”waktu-waktu tunggu” untuk menghafal dan mengulang hafalan, antara lain: Menunggu rapat dimulai, Menunggu lampu hijau menyala,Saat-saat macet, ”Waktu break”, daripada ngobrol nggak jelas, lebih baik untuk menghafal
* Beristiqomahlah dalam menghafal dengan cara: Selama menghafal perbanyak beramal sholeh, menjaga sedemikian rupa sehingga sholat fardhu tidak terlambat, meski hanya terlambat takbiratul ihram
* Menambah ibadah sunah (sholat tahajud, sholat rawatib shoum sunah)
* Menjaga perut karena sangat rawan dan berpengaruh terhadap penyakit ”ngantuk”
* Sensitif terhadap makanan yang halal, selalu memperhatikan label halal terhadap makanan kemasan
* Menambah infaq
* Banyak berdo’a agar dimudahkan oleh Allah, karena senjata pamungkas muslimin adalah do’a

Closing remark:
”Kesibukan di kantor tidak mengurangi kesempatan berinteraksi dengan Al Qu’an”

Kiat-kiat yang disampaikan oleh ustadz Abdul Azis Abdur Rauf, Lc (al hafidz):

* Jangan merasa cukup dengan apa yang sudah kita lakukan. ”ah, tadi pagi kan sudah membaca Al Qur’an, sekarang tidak perlu”. ”ah, kemarin kan sudah, sekarang tidak usah” harus dihilangkan.
* Berusahalah untuk merasakan kenikmatan dan mendambakan kenikmatan berlama-lama berinteraksi dengan Al Qur’an
* Yakinlah atas mu’jizat Al Qur’an sehingga kita bisa merasakan keagungan Al Qur’an
* Benchmark: rokok saja (yang jelas-jelas tidak ada gunanya bahkan haram menurut fatwa MUI) bisa membuat orang ”sangat akrab”, masa tidak bisa akrab dengan Al Qur’an
* Perbanyak tilawah Qur’an dengan belajar dari best practice: Abu Hanifah sepanjang hayatnya mengkhatamkan Al Qur’an 7000 x (anggap saja umurnya 70 th, sehingga kurang lebih sepekan khatam 2 kali)
* Tidak memakai ”tapi” dalam membangun motivasi. ”saya ingin menghafal Al Qur’an, tapi kan saya sibuk”, ”tapi kan saya sudah 60 th”, ”tapi kan saya harus berinteraksi intensif dengan anak’, ”tapi kan …. tapi kan … tapi kan …” hilangkan ”tapi”, ganti dengan YAKIN, YAKIN dan YAKIN
* Jika sudah YAKIN, lanjutkan dengan ”BERAKSILAH”, yaitu perbanyak tilawah dan hafalan
* Cari dan tumbuhkan segala macam alasan agar tekad bulat selalu terjaga
* Tinggalkan logika manusia (terlalu banyak yg dihafal, sibuk, sudah tua, dll) yang bisa menghambat semangat menghafal Al Qur’an
* Konsentrasi pada ”AKSI”, jangan konsentrasi pada hasil dan jangan memikirkan kendala
* Jangan jadikan usia sebagai kendala, banyak sudah contoh saudara kita yang berhasil menjadi penghafal Al Qur’an dalam usia yang sudah lanjut
* Targetkan ”Al Fatihahkan” semua surat dalam Al Qur’an (hafal betul seperti menghafal Al Fatihah)
* Tetapkan target, misal ”sebelum usia 40 th, saya harus sudah menghafal Al Qur’an). Target yg paling baik adalah ”sebelum tutup usia, saya harus sudah selesai menghafal Al Qur’an”, karena usia manusia tidak ada yang tahu, sehingga kita akan semangat setiap saat untuk menghafal.
* Tanamkan dalam diri bahwa hidup hanya sekali dan sebentar, harus manfaatkan waktu yang sekali dan sebentar ini untuk menghafal Al Qur’an
* Sering-seringlah mentafakuri kehidupan
* Perbanyak berdoa dan beramal sholeh

”Semoga kita semua ditakdirkan oleh Allah menjadi bagian dari para penghafal Al Qur’an”

"Sudahkah kita membaca Alqur'an hari ini?
Berapa kali dalam sebulan kita mengkhatam Al qur'an."
( Khairukum man ta'allamal qur'an wa 'allamah).
SOMEDAY IS TODAY, DO IT NOW OR NEVER

TIPS OF THIS DAY
“Didiklah anakmu dengan 3 perkara: mencintai Allah, mencintai Rasul dan belajar Al-Qur’an” (Al-hadits)