Jumat, 24 September 2010

KEUTAMAAN BEBERAPA SURAT DAN AYAT AL QUR'AN

1.Surat Al Faatihah.
Dari Abi Said Rafi' bin Al Mu'alla ra. berkata: Rasulullah saw. berkata kepadaku, "Mahukah aku ajarkan kepadamu surat yang paling agung dalam Al Qur'an, sebelum kamu keluar dari masjid?" Lalu beliau memegang tanganku, dan ketika kami hendak keluar aku bertanya, "Ya Rasulullah, engkau berkata bahwa engkau akan mengajarkanku surat yang palin agung dalam (Al Faatihah), ia adalah tujuh ayat yang dibaca pada setiap shalat, ia adalah Al Qur'an yang agung yang diberikan kepadaku."(Diriwayatkan oleh Imam Bukhari)

2.Surat Al Faatihah dan beberapa ayat terakhir surat Al Baqarah. Dari Ibnu Abbas ra. berkata: Ketika Jibril a.s. sedang duduk di sisi Nabi saw. baginda mendengar suara dari atas, lalu beliau mendongakkan kepala dan bersabda, "Ini adalah pintu langit yang dibuka pada hari ini dan yang dibuka pada hari ini dan tidak pernah dibuka kecuali hari ini." Lalu turun malaikat dari pintu tersebut, kemudian beliau bersabda, "Ini adalah malaikat yang turun ke bumi dan dia tidak pernah turun kecuali hari ini." Lalu dia (malaikat) memberi salam seraya berkata, "Aku membawa berita gembira dengan dua cahaya yang diturunkan kepada engkau dan tidak pernah diberikan kepada nabi sebelummu, yaitu: Surat Al Faatihah dan beberapa ayat terakhir Surat Al Baqarah, tidaklah kamu membaca satu huruf daripadanya kecuali kamu medapat karunia." (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

3.Surat Al Baqarah.
Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Janganlah kau jadikan rumah-rumahmu seperti kuburan, sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibaca surat Al Baqarah."(Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

4.Ayat Kursi.
Dari Ubai bin Ka'ab ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Wahai Abu Munzir, tahukah engkau ayat manakah dalam Al Qur'an yang paling agung menurutmu?" Aku menjawab, "Allahu laailaaha illa huwalhayyul qoyyuum (ayat kursi)", Lalu beliau menepuk dadaku dan bersabda, "Semoga Allah memudahkan ilmu bagimu wahai Abu Munzir." (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

5.Dua ayat terakhir surat Al Baqarah.
Dari Abi Mas'ud Al Badri ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda, "Barangsiapa membaca dua ayat terakhir surat Al Baqarah pada waktu malam niscaya ia akan mencukupinya." (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim)

6.Al Baqarah dan Ali 'Imran.
Dari Abi Umamah Al Bahili berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Bacalah Al Qur'an karena di hari kiamat kelak ia akan memberikan syafaat bagi pembacanya, bacalah zahrawaen, yaitu: surat Al Baqarah dan surat Ali 'Imran. Sesungguhnya pada hari kiamat nanti keduanya akan datang bagaikan dua awan atau dua kawanan burung yang berbaris yang siap membantu orang-orang yang pernah membacanya. Dan bacalah surah Al Baqarah kerana membacanya adalah suatu barakah dan meninggalkannya adalah suatu kerugian. Dan tukang sihir tak akan sanggup menghasilkannya." (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

7.Sepuluh ayat dari surat Al Kahfi.
Dari Abi Darda' ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al Kahfi, maka akan terjaga dari dajal." Dalam riwayat yang lain: "...sepuluh ayat terakhir..." (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

8.Membaca surat Al Kahfi pada hari Jum'at.
Dari Abi Said Al Khudri ra. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa membaca surat Al Kahfi pada hari Jum'at akan diterangi cahaya antara dua Jum'at."(Diriwayatkan oleh Hakim dan Baihaqi, Hadis di atas sahih)

9.Surat Tabaarak (Al Mulk).
Dari Ibnu Mas'ud ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Surat Tabarak (Al Mulk) adalah penjaga dari azab kubur."(Diriwayatkan oleh Hakim dan Abu Na'im, Hadis di atas sahih)

10.Surat At-Takwiir, Al Infithaar dan Al Insyiqaaq.
Dari Ibnu Umar ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang suka untuk melihat aku di hari kiamat dengan sebenar-benar penglihatan, maka bacalah surat At-Takwiir, Al Infithaar dan Al insyiqaq." (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Tirmizi dan Hakim)

11.Surat Al Ikhlash.
Dari Abi Said Al Khudri ra. bahawa Rasulullah saw. bersabda tentang Qul Huwallahu ahad; "Demi Allah --Yang diriku berada di dalam genggaman-Nya--, sesungguhnya ia (Al Ikhlash) menyamai sepertiga Al Qur'an." Pada riwayat lain Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya, "Adakah di antara kamu yang tidak sanggup membaca sepertiga Al Qur'an dalam satu malam?" Hal ini memang berat bagi mereka, lalu mereka bertanya, "Siapakah di antara kami yang mampu ya... Rasulullah?" Beliau bersabda, "Qul Huwallahu ahad Allahush-Shamad, adalah sepertiga Al Qur'an." (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari)

12.Membaca sepuluh kali surat Al Ikhlash.
Dari Mu'az bin Anas ra. Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa membaca Qul huwallahu ahad sebanyak sepuluh kali niscaya Allah akan membangun rumah baginya di surga."(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)

13.Surat Al Falaq dan An-Naas.
Dari 'Uqbah bin 'Amir ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, Adakah kau lihat ayat-ayat yang diturunkan pada malam ini dan selainnya tidak dapat dilihat sepertinya?, dialah: Qul a'udzu birabbil falaq' dan 'Qul a'udzu birabbin-naas." (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

14.Surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An-Naas.
Dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw. apabila akan berangkat tidur tiap-tiap malam beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya kemudian meniupkannya seraya membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An-Naas. Kemudian beliau mengusapkannya ke seluruh tubuhnya (sebatas yang bisa) dimulai dari kepala lalu muka kemudian bagian depan dari badan. Beliau melakukannya sebanyak tiga kali.(Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim)

15.Membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An-Naas ketika sakit.
Abdullah bin Yusuf bercerita kepada kami, Malik bercerita kepada kami dari Ibnu Syihab, dari 'Urwah, dari 'Aisyah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bila merasa sakit beliau membaca sendiri 'Al Mu'awwizaat'(Al Ikhlash, Al Falaq dan An-Naas) kemudian meniupkannya. Dan apabila rasa sakitnya bertambah aku yang membacanya kemudian aku usapkan ke tangannya mengharap keberkahan darinya. (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari)

Faedah Surat Al Mulk, Keutamaan takut pada Allah dikala sepi

Berikut kita akan melanjutkan beberapa faedah lagi dari surat Al Mulk. Semoga kita bisa lebih memahami tersebut dan mengamalkan kandungan di dalamnya.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ (12) وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ اجْهَرُوا بِهِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (13) أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (14) هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ (15)

“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya di saat mereka tidak tampak di hadapan yang lainnya, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui? Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk: 12-15)

Keutamaan Taat dan Takut pada Allah Di Kesunyian

Setelah sebelumnya Allah menyebutkan keadaan orang-orang fajir (kafir), selanjutnya Allah menyebutkan keadaan orang-orang yang berbuat baik dan akan menuai kebahagiaan.

Dalam surat Al Mulk ayat 12, penulis Tafsir Al Jalalain menjelaskan, “Mereka itu takut pada Allah di kesunyian ketika mereka tidak nampak di hadapan manusia lainnya. Mereka pun taat pada Allah dalam keadaan sembunyi-sembunyi. Tentu saja dalam keadaan terang-terangan, mereka pun lebih taat lagi pada Allah.[1]”

Intinya mereka itu taat pada Allah meskipun di kesunyian. Syaikh As Sa’di menjelaskan, “Mereka takut pada Allah dalam setiap keadaan sampai-sampai pada keadaan yang tidak ada yang mengetahui amalan mereka kecuali Allah. Mereka tidak melakukan maksiat dalam kesunyian. Mereka pun tidak mengurangi ketaatan mereka ketika itu.”[2]

Namun kita mungkin sangat jauh dari sifat baik semacam ini. Di kala sepi kita berani berbuat maksiat, padahal Allah menyaksikan kita dan di kala terang-terangan kita pun berani mendurhakai Allah dengan riya’ tatkala melakukan amalan. Semoga Allah menunjuki kita pada sifat yang mulia ini.

Ingatlah keutamaan yang mulia yang diperoleh oleh orang yang beramal dan takut pada Allah di kala sepi, yaitu:

1. Akan mendapatkan ampunan dari setiap dosa, begitu pula akan dilindungi dari kejelekan dan siksa neraka.
2. Mereka akan mendapatkan ganjaran besar yaitu berbagai kenikmatan yang Allah janjikan di surga.

Keutamaan Ihsan dalam Ibadah

Untuk ayat,

إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ

terdapat penafsiran lainnya dari para ulama. Intinya, ada empat penafsiran mengenai ayat ini:

1. “Mereka takut pada Allah, namun mereka tidak melihat-Nya”. Inilah pendapat mayoritas ulama.
2. “Mereka sangat takut akan siksa Allah walaupun mereka tidak melihat-Nya”. Inilah pendapat Maqotil.
3. “Mereka takut pada Allah ketika tidak ada satu pun yang menyaksikan mereka”. Inilah pendapat Az Zujaj.
4. “Mereka takut pada Allah jika mereka bersendirian (tidak tampak di hadapan manusia) sebagaimana mereka takut jika mereka berada di hadapan manusia”. Inilah pendapat Abu Sulaiman Ad Dimasyqi.[3]

Tafsiran ketiga telah dijelaskan pada point sebelumnya. Tafsiran ketiga ini hampir sama dengan tafsiran keempat.

Sedangkan tafsiran pertama dan kedua hampir sama. Untuk tafsiran pertama inilah yang kita sering lihat pada terjemahan Al Qur’an (termasuk terjemahan DEPAG RI) sebagaimana pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Sehingga biasanya ayat tersebut diartikan:

إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ

“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka.” (QS. Al Mulk: 12)

Berdasarkan tafsiran menunjukkan keutamaan dari orang yang berbuat ihsan. Mereka akan mendapatkan dua keutamaan yang disebutkan dalam lanjutan ayat,

لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ

“Mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Mulk: 12)

Lalu apa yang dimaksud ihsan? Pengertian ihsan dalam ibadah sebagaimana ditafsirkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits jibril. Ketika ditanya oleh Jibril –yang berpenampilan Arab Badui- mengenai ihsan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak mampu melihat-Nya, Allah akan melihatmu”.[4][5]

Dalam pengertian ihsan ini terdapat dua tingkatan. Tingkatan pertama disebut tingkatan musyahadah yaitu seseorang beribadah kepada Allah, seakan-akan dia melihat-Nya. Perlu ditekankan bahwa yang dimaksudkan di sini adalah bukan melihat zat Allah, namun melihat sifat-sifat-Nya. Apabila seorang hamba sudah memiliki ilmu dan keyakinan yang kuat terhadap sifat-sifat Allah, dia akan mengembalikan semua tanda kekuasaan Allah pada sifat-sifat-Nya. Dan inilah tingkatan tertinggi dalam derajat Ihsan.

Tingkatan kedua disebut dengan tingkatan muroqobah yaitu apabila seseorang tidak mampu memperhatikan sifat-sifat Allah, dia yakin Allah melihatnya. Dan tingkatan inilah yang banyak dilakukan oleh banyak orang. Apabila seseorang mengerjakan shalat, dia merasa Allah memperhatikan apa yang dia lakukan, lalu dia memperbagus shalatnya.[6]

Keutamaan Beriman pada yang Ghoib

Berdasarkan salah satu penafsiran surat Al Mulk ayat 12, ayat ini menunjukkan keutamaan beriman pada yang ghoib dan keutamaan meyakini adanya kedekatan Allah ketika sendirian atau pun terang-terangan.[7]

Khouf (Takut) yang Membuat Seseorang Menjauh dari Maksiat

Dari ayat ini juga menunjukkan bahwa dengan rasa khouf (takut) membuat seseorang menjauh dari maksiat. Sehingga ketika seseorang mau terjerumus dalam maksiat hendaklah ia memperkuat rasa takut pada Allah. Jangan malah ketika mau terjerumus dalam maksiat ia kedepankan roja’ (harap) pada Allah. Ketika berbuat maksiat malah ia ingat-ingat bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Ini sikap yang keliru, malah ia akan terus menerus dalam dosa. Yang benar, ketika seseorang dalam keadaan mau terjerumus dalam maksiat, hendaklah ia kedepankan rasa khouf (takut) pada Allah. Namun ketika ia dalam kondisi sudah terjerumus dalam berbagai maksiat, maka hendaklah ia kedepankan rasa roja’ (harap) ketika itu.

Tujuannya apa? Tujuannya, jika seseorang mengedapankan rasa takut pada Allah ketika hendak berbuat maksiat, maka ia pasti akan mengurungkan berbuat maksiat. Sedangkan mengedepankan rasa harap ketika bergelimang dosa akan membuatnya tidak berputus asa dari rahmat Allah. Perhatikanlah perbedaan dua hal ini.

Rasa Takut pada Allah Membuat Seseorang Mendapat Naungan-Nya

Keutamaan orang yang takut pada Allah di kesunyian juga disebutkan dalam sebuah hadits muttafaqun ‘alaih (disepakati Bukhari dan Muslim),

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِى ظِلِّهِ ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ إِمَامٌ عَادِلٌ ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ اللَّهِ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ فِى خَلاَءٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِى الْمَسْجِدِ ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ إِلَى نَفْسِهَا قَالَ إِنِّى أَخَافُ اللَّهَ . وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا ، حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا صَنَعَتْ يَمِينُهُ

“Tujuh golongan yang di mana mereka akan mendapatkan naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan dari-Nya, yaitu: [1] pemimpin yang adil, [2] seorang pemuda yang tumbuh dalam beribadah pada Allah, [3] seseorang yang mengingat Allah di kesunyian lalu meneteslah air matanya, [4] seseorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid, [5] seseorang yang saling mencintai karena Allah, [6] seseorang yang diajak oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan untuk menyetubuhinya namun ia katakan, “Aku takut pada Allah, [7] seseorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanannya.”[8] Lihatlah orang yang mengingat Allah di kesunyian (tanpa ada yang melihatnya kecuali Allah) lalu ia meneteskan air mata dan orang yang diajak berzina namun ia takut pada Allah. Inilah keutamaan dari orang yang beribadah dan takut pada Allah sedangkan manusia-manusia tidak mengetahuinya, mereka akan mendapatkan naungan ‘Arsy[9] Allah.[10]

Luasnya Ilmu Allah

Segala sesuatu itu sama di sisi Allah baik yang dilirihkan maupun yang dikeraskan. Tidak ada yang samar sedikit pun baginya. Allahh Ta’ala berfirman,

وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ اجْهَرُوا بِهِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

“Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS. Al Mulk: 13)

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada dalam hati berupa berbagai niat dan keinginan. Bagaimanakah lagi dengan perkataan dan perbuatan yang Allah dengar dan lihat?!

Inilah dalil logika yang menunjukkan keluasan ilmu Allah.[11] Kemudian Allah membuktikan hal ini dengan mengatakan,

أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (14)

“Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (QS. Al Mulk: 14). Maksud ayat ini adalah: “Apakah mereka tidak mengetahui Allah yang Maha Lathif dan Khobir?”[12]

Allah Itu Lathif dan Khobir

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

أَنَّهُ لَطِيفٌ يُدْرِكُ الدَّقِيقَ خَبِيرٌ يُدْرِكُ الْخَفِيَّ وَهَذَا هُوَ الْمُقْتَضِي لِلْعِلْمِ بِالْأَشْيَاءِ

“Allah itu Lathif, maksudnya mengetahui segala sesuatu secara detail. Dan Khobir, maksudnya mengetahui segala yang tersembunyi (samar). Hal ini menunjukkan luasnya ilmu Allah terhadap segala sesuatu.”[13]

Syaikh Musthofa Al ‘Adawi hafizhohullah mengatakan makna Al Lathif itu ada 2:

1. Allah mengetahui segala sesuatu secara detail.
2. Allah selalu berbuat baik, penyayang terhadap hamba-hambaNya.[14]

Allah Menundukkan Bumi dan Beri Kemudahan untuk Dijelajahi

Allah Ta’ala selanjutnya berfirman,

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya.” (QS. Al Mulk: 15).

“Manakibiha” dalam ayat di atas ada tiga tafsiran, yaitu:

1. Jalan, sehingga maknanya, “Maka berjalanlah di segala jalan.” Ini adalah pendapat Ibnu ‘Abbas dan Mujahid.
2. Gunung, sehingga maknanya, “Maka berjalanlah di setiap gunung.” Jika gunung saja mampu ditempuh, maka lebih-lebih daerah yang rendah di bawahnya. Ini adalah pendapat Ibnu ‘Abbas lainnya, pendapat Qotadah dan Az Zujaj.
3. Penjuru, sehingga maknanya, “Maka berjalanlah di setiap penjuru bumi.” Ini adalah pendapat Maqotil, Al Farro’, Abu ‘Ubaidah, dan Ibnu Qutaibah.[15] Makna inilah yang dipakai oleh terjemahan DEPAG RI.

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menjelaskan ayat di atas, “Sesungguhnya Allah yang menundukkan bumi bagi kalian agar kalian bisa memenuhi berbagai kebutuhan (hajat) kalian.”[16] Ini menunjukkan nikmat Allah dengan memberikan segala kemudahan bagi setiap manusia. Maka Allah-lah yang pantas dipuji dan disanjung.

Tawakkal Bukan Berarti Meninggalkan Kerja dan Usaha

Dalam surat Al Mulk ayat 15 di atas juga menunjukkan disyariatkannya berjalan di muka bumi untuk mencari rizki dengan berdagang, bertani, dsb.[17]

Ini menunjukkan bahwa tawakkal bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha.

Sahl At Tusturi mengatakan, ”Barangsiapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah (ketentuan yang Allah tetapkan). Barangsiapa mencela tawakkal (tidak mau bersandar pada Allah) maka dia telah meninggalkan keimanan.” (Jaami'ul Ulum wal Hikam). Silakan lihat pembahasan selengkapnya di sini.

Hanya Kepada Allah-lah Tempat Kembali

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk: 15)

Ibnul Jauzi menafsirkan, “Kalian akan dibangkitkan dari kubur-kubur kalian.”[18] Hal ini menunjukkan adanya hari berbangkit dan hari pembalasan[19].

Demikian beberapa faedah tafsir surat Al Mulk untuk saat ini. Semoga kita selalu dimudahkan oleh Allah untuk mentadabburi (merenungkan) kitab-Nya yang mulia.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.



Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel http://rumaysho.com

Faedah ilmu tafsir al Qur’an, 14 Shofar 1431 H di Panggang-Gunung Kidul

[1] Tafsir Al Jalalain, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Muhalli dan Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abi Bakr As Suyuthi, hal. 562, Maktabah Ash Shofaa, cetakan pertama, 1425 H.

[2] Taisir Al Karimir Rahman, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, hal. 876, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, 1423 H.

[3] Lihat Zaadul Masiir fii ‘Ilmi At Tafsir, Ibnul Jauzi, 5/356, surat Al Anbiya ayat 48, Al Maktab Al Islami.

[4] HR. Bukhari no. 50, dari Abu Hurairah dan Muslim no. 8, dari ‘Umar bin Al Khattab.

[5] Lihat penjelasan Syaikh Musthofa Al ‘Adawi, Tafsir Juz Tabaarok, hal. 28, Maktabah Makkah, cetakan pertama, tahun 1423 H.

[6] Lihat penjelasan Syarhul ‘Arbain An Nawawiyyah, Syaikh Sholih Alu Syaikh, pada hadits kedua.

[7] Aysarut Tafaasir, Abu Bakr Jabir Al Jazairi, hal. 1390, Maktabah Adhwail Manar, cetakan pertama, 1419 H.

[8] HR. Bukhari no. 6806 dan Muslim no. 1031, dari Abu Hurairah.

[9] Maksud naungan di sini adalah naungan ‘Arsy Allah sebagaimana dijelaskan dengan hadits lainnya. Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7/121, Darul Ihya’ At Turots.

[10] Lihat Tafsir Juz Tabaarok, hal. 28.

[11] Idem

[12] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 14/74, Muassasah Qurthubah.

[13] Majmu’ Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 16/60, Darul Wafa’, cetakan ketiga, tahun 1426 H.

[14] Tafsir Juz Tabaarok, hal. 26. Lihat pula keterangan Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di dalam Taisir Karimir Rahman, hal. 876-877.

[15] Lihat Zaadul Masiir, 8/321, surat Al Mulk ayat 15.

[16] Taisir Karimir Rahman, hal. 877.

[17] Lihat Aysarut Tafasir, hal. 1390.

[18] Zaadul Masiir, 8/322, surat Al Mulk ayat 15.

[19] Lihat Aysarut Tafasir, hal. 1390.

Keutamaan Qur'an Surat Al Waqi’ah, Al Mulk dan Ar Rahman

Surat Al-Waqi’ah :

- Ubay bin ka’b berkata bahwa Rasullulah saw bersabda:” barang siapa yang membaca surat Al-Waqi’ah, ia akan dicatat tidak tergolong pada orang-orang yang lalai.”

- Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasullulah saw bersabda”barang siapa yang membaca surat Al-Waqi’ah,ia tidak akan tertimpa oleh kefakiran selamanya”

- Imam Ja’far Ash- Shadiq berkata :”barang siapa yang membaca surat Al-Waqi’ah pada malam jum’at ,ia akan dicintai oleh Allah, dicintai oleh manusia,tidak melihat kesengsaraan, kefakiran,kebutuhan,dan penyakit dunia,surat ini adalah bagian dari sahabatAmirul Mukimin (sa) yang bagi beliau memiliki keistimewan yang tidak tertandingi oleh yang lain.”

- Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa)berkata: “barang siapa yang merindukan surga dan sifatnya, maka bacalahsurat Al-Waqi’ah; dan barang siapa yang ingin melihat sifat neraka,maka bacalah surat As-Sajadah.”

- Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:”barang siapa yang membaca surat Al-Waqi’ah sebelum tidur,ia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan wajahnya seperti bulan purnama.”

Surat Al-Mulk:

- Ibnu Abbas berkata:” Pada suatu hari ada seseorang menghampar jubahnya di atas kuburan dan dan ia tidak tahu bahwa tempat itu adalah kuburan, ia membaca surat Al-Mulk, kemudian ia mendengar suara jeritan dari dalam kuburan itu: inilah yang menyelamatkan aku. Kemudian kejadian itu diceriterakan kepada Rasullulah SAW,lalu beliau bersabda : surat Al-Mulk dapat menyelamatkan penghuni kubur dari azab kubur.”

- Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:”surat Al-Mulk adalah penghalang dari siksa kubur, surat ini termaktub di dalam taurat, barang siapa yang membacanya di malam hari ia akan memperoleh banyak manfaat dan kebaikan. Sungguh aku membacanya dalam shalat sunnah sesudah Isya’ dalam keadaan duduk. Ayahku membacanya pada sian dan malam. Barang siapa yang membacanya, maka ketika malaikat Munkar dan Nakir akan masuk ke kuburnya dari arah kedua kakinya, kedua kakinya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan kearahku, karena hamba ini berpijak kepadaku lalu ia membaca surat Al-Mulk pada siang dan malam hari; ketika mereka datang kepadanya dari rongganya, rongganya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan kearahku, karena hamba ini telah menjagaku dengan surat Al-Mulk; ketika mereka datang kepadanya dari arah lisannya, lisannya berkaya kepada mereka: kalian tidak ada jalan ke arahku, karena hamba ini telah membaca surat Al-Mulk setiap siang dan malam denganku.”

- Imam Muhammad Al-Baqir (sa) :” bacalah surat Al-Mulk, karena surat ini menjadi penyelamat dari siksa kubur.”

Surat Ar-Rahman:

- Rasullulah SAW bersabda :”barang siapa yang membaca surat Ar-Rahman, Allah akan menyayangi kelemahannya dan meridhai nikmat yang dikaruniakan kepadanya.”

- Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa):” barang siapa yang membaca surat Ar-Rahman, dan ketika membaca kalimat”Fabiayyi alai Rabbikuma tukadzdziban”ia mengucapkan “La bisyay-in min alaika rabbi akadzibu (tidak ada satupun nikmat-Mu duhai tuhanku yang aku dustakan), jika saat membacanya itu pada malam dan siang hari kemudian ia mati,maka matinya seperti matinya orang yang syahid.

"Sudahkah kita membaca Alqur'an hari ini?
Berapa kali dalam sebulan kita mengkhatam Al qur'an."
( Khairukum man ta'allamal qur'an wa 'allamah).
SOMEDAY IS TODAY, DO IT NOW OR NEVER

TIPS OF THIS DAY
“Didiklah anakmu dengan 3 perkara: mencintai Allah, mencintai Rasul dan belajar Al-Qur’an” (Al-hadits)