Selasa, 06 Maret 2012

Alm. KH. Moh Arwani Amin: Penjaga Kalam Ilahi dari Kudus

Oleh : Mahrus Sholeh | 04-Mar-2012, 18:40:09 WIB
KabarIndonesia - Yanbu’ul Qur’an Adalah pondok huffadz terbesar yang ada di Kudus. Santrinya tak hanya dari kota Kudus. Tetapi dari berbagai kota di Nusantara. Bahkan, pernah ada beberapa santri yang datang dari luar negeri seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
Pondok tersebut adalah pondok peninggalan KH. M. Arwani Amin. Salah satu Kyai Kudus yang sangat dihormati karena kealimannya, sifatnya yang santun dan lemah lembut.

KH. M. Arwani Amin dilahirkan dari pasangan H. Amin Sa’id dan Hj. Wanifah pada Selasa Kliwon, 5 Rajab 1323 H., bertepatan dengan 5 September 1905 M di Desa Madureksan Kerjasan, sebelah selatan masjid Menara Kudus.
Nama asli beliau sebenarnya Arwan. Tambahan “I” di belakang namanya menjadi “Arwani” itu baru dipergunakan sejak kepulangannya dari Haji yang pertama pada 1927. Sementara Amin bukanlah nama gelar yang berarti “orang yang bisa dipercaya”. Tetapi nama depan Ayahnya; Amin Sa’id.
KH. Arwani Amin adalah putera kedua dari 12 bersaudara. Saudara-saudara beliau secara berurutan adalah Muzainah, Arwani Amin, FarKHan, Sholikhah, H. Abdul Muqsith, Khafidz, Ahmad Da’in, Ahmad Malikh, I’anah, Ni’mah, Muflikhah dan Ulya.

Dari sekian saudara Mbah Arwani (demikian panggilan akrab KH. M. Arwani Amin), yang dikenal sama-sama menekuni Al-Qur’an adalah Farkhan dan Ahmad Da’in.
Ahmad Da’in, adiknya Mbah Arwani ini bahkan terkenal jenius. Karena beliau sudah hafal Al-Qur’an terlebih dahulu daripada Mbah Arwani. Yakni pada umur 9 tahun. Ia bahkan hafal Hadits Bukhori Muslim dan menguasai Bahasa Arab dan Inggris.
Kecerdasan dan kejeniusan Da’in inilah yang menggugah Mbah Arwani dan adiknya Farkhan, terpacu lebih tekun belajar.

Konon, menurut KH. Sya’roni Ahmadi, kelebihan Mbah Arwani dan saudara-saudaranya adalah berkat orangtuanya yang senang membaca Al-Qur’an. Di mana orangtuanya selalu menghatamkan membaca Al-Qur’an meski tidak hafal.

Selain barokah orantuanya yang cinta kepada Al-Qur’an, KH. Arwani Amin sendiri adalah sosok yang sangat haus akan ilmu. Ini dibuktikan dengan perjalanan panjang beliau berkelana ke berbagai daerah untuk mondok, berguru pada ulama-ulama.
Tak kurang, 39 tahun beliau habiskan untuk berkelana mencari ilmu. Diantara Pondok Pesantren yang pernah disinggahinya menuntut ilmu adalaj pondok Jamsaren (Solo) yang diasuh oleh Kyai Idris, Pondok Tebu Ireng yang diasuh oleh KH. Hasyim Asy’ari dan Pondok Munawir (Krapak) yang diasuh oleh Kyai Munawir.
Selama menjadi santri, Mbah Arwani selalu disenangi para Kyai dan teman-temannya karena kecerdasan dan kesopanannya. Bahkan, karena kesopanan dan kecerdasannya itu, KH. Hasyim Asy’ari sempat menawarinya akan dijadikan menantu.

Namun, Mbah Arwani memohon izin kepada KH. Hasyim Asy’ari bermusyawarah dengan orang tuanya. Dan dengan sangat menyesal, orang tuanya tidak bisa menerima tawaran KH. Hasyim Asy’ari, karena kakek Mbah Arwani (KH. Haramain) pernah berpesan agar ayahnya berbesanan dengan orang di sekitar Kudus saja.
Akhirnya, Mbah Arwani menikah dengan Ibu Nyai Naqiyul KHud pada 1935. Bu Naqi adalah puteri dari KH. Abdullah Sajad, yang sebenarnya masih ada hubungan keluarga dengan Mbah Arwani sendiri.

Dari pernikahannya dengan Bu Naqi ini, Mbah Arwani diberi empat keturunan. Namun yang masih sampai sekarang tinggal dua, yaitu KH. M. Ulinnuha dan KH. M. Ulil Albab, yang meneruskan perjuangan Mbah Arwani mengasuh pondok Yanbu’ sampai sekarang. Yah, demikian besar jasa Mbah Arwani terhadap Ummat Islam di Indonesia terutama masyarakat Kudus, dengan kiprahnya mendirikan pondok yang namanya dikenal luas hingga sekarang. 

Banyak Kyai telah lahir dari pondok yang dirintisnya tersebut. KH. Sya’roni Ahmadi, KH. Hisyam, KH. Abdullah Salam (Kajen), KH. Muhammad Manshur, KH. Muharror Ali (Blora), KH. Najib Abdul Qodir (Jogja), KH. Nawawi (Bantul), KH. Marwan (Mranggen), KH. Ah. Hafidz (Mojokerto), KH. Abdullah Umar (Semarang), KH. Hasan Mangli (Magelang), adalah sedikit nama dari ribuan Kyai yang pernah belajar di pondok beliau. Kini, Mbah Arwani Amin telah tiada. Beliau meninggal dunia pada 1 Oktober 1994 M. bertepatan dengan 25 Rabi’ul AKHir 1415 H. Beliau meninggal dalam usia 92 tahun. Namun, meski beliau telah meninggal dunia, namanya tetap harum di hati sanubari masyarakat. Pondok Yanbu’ul Qur’an, Madrasah TBS, Kitab Faidlul Barakat dan berbagai kitab lain yang sempat ditashihnya, menjadi saksi perjuangan beliau dalam mengabdikan dirinya terhadap masyarakat, ilmu dan Islam.


Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:
http://www.kabarindonesia.com//

DZIKIR-DZIKIR SPESIAL

Pada hakekatnya, setiap lafal dzikir ma’tsur dari Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah spesial. Karena dzikrullah secara umum memang merupakan salah satu bentuk amal ibadah spesial. Sampai-sampai, karena saking spesialnya, ia dapat berfungsi sebagai penutup kekurangan dan pengganti (dari aspek nilai dan pahala, bukan secara hukum) bagi ibadah-ibadah lain yang terlewatkan penunaiannya.

Dari Abdullah bin Busr radhiyallahu 'anhu bahwa, ada seorang laki-laki berkata: wahai Rasulullah, sesungguhnya syari'at-syari'at Islam (terasa) telah begitu banyak bagiku (sehingga aku takut tidak mampu memenuhinya). Maka mohon beritahukan kepadaku sesuatu (amalan) yang dapat aku jadikan sebagai pegangan (dan yang bisa menutup kekurangan-kekuranganku dalam amal ibadah lain)! Beliaupun bersabda: "Hendaknya lidahmu senantiasa basah karena berdzikir kepada Allah." (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).
Namun demikian, disaat yang sama, tetap terdapat lafal-lafal dzikir ma’tsur yang dinilai lebih spesial diantara lafal-lafal dzikir yang ada. Dan berikut ini sebagiannya.

1. سُبْحَانَ الله / Subhanallah / Maha Suci-lah Allah; الحَمْدُ لِله / Al-hamdu lillah / Segala puji bagi Allah; لاَ إلهَ إلأَّ الله / Laa ilaaha illallah / Tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah; الله أَكْبَرُ / Allahu Akbar / Allah Maha Besar. Empat serangkai lafal dzikir maktsur tersingkat namun sekaligus teristimewa, inilah yang harus selalu mengisi hati sekaligus membasahi lesan setiap muslim dan muslimah, dalam keseharian masing-masing. Baik untuk dibaca sendiri-sendiri secara terpisah, maupun dengan cara digabung.

Dari Abu Dzar ra. bahwa, beberapa orang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada Beliau, "Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah menguasai dan mendominasi seluruh pahala. Mereka shalat seperti kami (yang miskin) juga shalat dan puasa seperti kami puasa. Namun (selain itu) mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sementara kami tidak bisa)" Maka Beliau pun bersabda: "Bukankah Allah telah menjadikan berbagai macam cara bagi kalian agar juga bisa bersedekah (seperti mereka)? Setiap lafal tasbih adalah sedekah, setiap lafal takbir adalah sedekah, setiap lafal tahmid adalah sedekah, setiap lafal tahlil adalah sedekah…" (HR. Muslim).

Dan dari Abu Hurairah berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Sesungguhnya membaca dzikir: Subhaanallah, al-hamdu lillah, laa ilaaha illallah, dan Allahu akbar, adalah lebih aku sukai daripada segala sesuatu yang terkena oleh sinar matahari.(maksudnya bumi dan seluruh isinya)" (HR. Muslim).

2. سُبْحَانَ الله وَبِحَمْدِهِ “Subhaanallahi wa bihamdih”(Maha Suci Allah, dan Maha Terpuji-lah Dia).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa, barangsiapa membaca dzikir ini dalam sehari 100 x, maka akan terhapuslah dosa-dosanya, meskipun sebanyak buih lautan (HR. Muttafaq ’alaih).

3. سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ “Subhaanallahil-‘adziim” (Maha Suci-lah Allah Yang Maha Agung).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa, ada dua lafal dzikir yang ringan di lesan, namun berat dalam timbangan (di Akherat), dan sangat dicintai oleh Allah Dzat Pemberi rahmat, yaitu: Subhaanallahil-’Adziim, dan Subhaanallahi wa bihamdih.(HR. Muttafaq ’alaih).

4. لّا إِلَهَ إِلاَّ أَنتَ، سُبْحَانَكَ، إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ “Laa ilaaha illaa Anta, subhaanaka, innii kuntu minadz-dzaalimiin” (Tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Engkau. Maha Suci-lah Engkau. (Aku mengakui) sesungguhnya aku termasuk golongan orang-orang suka berlaku dzalim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):“Doa Dzun-Nun (Nabi Yunus as.) yang dibaca saat berada di dalam perut ikan ialah: “Laa ilaaha illaa Anta, subhanaka, inni kuntu minadz-dzalimiin” (lihat: QS. (Lihat: QS. Al-Anbiyaa’: 87-88; dan lihat pula: QS. Ash-Shaaffaat: 139 – 148). Sesungguhnya tidak seorang muslimpun berdoa dengan wasilah lafal dzikir tersebut dalam hal apapun, kecuali Allah akan mengabulkannya” (HR. At-Tirmdzi dan lainnya dari sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash ra, dan dishahihkan oleh Al-Albani).

5. سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ “Subhaanallahi wa bihamdihi, ‘adada khalqihi, wa ridhaa nafsihi, wa zinata ‘arsyihi, wa midaada kalimaatih” (Maha Suci Allah, dan Maha Terpuji-lah Dia, sejumlah makhluk ciptaan-Nya, setingkat ridha Diri-Nya, seberat ‘Arsy-Nya, dan sebanyak tinta Kalimat-kalimat-Nya”.

Dari Ummul Mukminin Juwairiyah ra. bahwa, sekali waktu Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pernah pergi meninggalkan beliau selepas shalat subuh, sementara beliau dalam posisi duduk di tempat shalat beliau sambil terus berdzikir. Lalu saat kembali pada waktu dhuha (menjelang dzuhur), ternyata Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam masih mendapati beliau tetap duduk berdzikir seperti semula. Maka Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pun bertanya: ”Apakah kamu tetap duduk begini sambil berdzikir seperti saat aku tinggalkan bakda subuh tadi?”. Ummul Mukminin menjawab: Benar! Lalu Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam melanjutkan sabda Beliau: ”Sesungguhnya, setelah meninggalkanmu tadi, Aku telah mengucapkan empat lafal dzikir, sebanyak 3 x, yang bisa mengungguli seluruh dzikir yang kamu baca sejak subuh hari ini, yakni: Subhaanallahi wa bihamdihi, ‘adada khalqihi, wa ridhaa nafsihi, wa zinata ‘arsyihi, wa midaada kalimaatih” (HR. Muslim).

6. لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ “Laa ilaaha ilIallaahu wahdahu, laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa Huwa 'alaa kulli syai-in qadiir' (Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, satu-satu-Nya. Tiada sekutu bagi-Nya, Dia-lah Yang Memiliki seluruh kekuasaan dan segala puji hanya milik-Nya. Dan Dia Maha Kuasa atas segaIa sesuatu).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa melafalkan dzikir Laa ilaaha ilIallaahu wahdahu, laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa Huwa 'alaa kulli syai-in qadiir, dalam sehari seratus kali, maka ia akan memperoleh pahala yang sama seperti orang yang memerdekakan sepuluh orang budak, dicatatkan untuknya seratus kebaikan, dihapus darinya seratus keburukan, dan dzikir tersebut akan menjadi pelindung dirinya dari godaan/gangguan syetan sampai sore hari. Sementara itu tidak ada yang bisa mengungguli pahalanya, kecuali orang yang membaca lebih banyak dari itu. Adapun barangsiapa membaca dzikir Subhaanallaahi wa bihamdihi seratus kali dalam sehari, maka dosa-dosanya akan dihapuskan, meskipun sebanyak buih lautan." (HR. Muttafaq 'alaih).

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda (yang artinya): “Barangsiapa terbangun di tengah malam lalu membaca dzikir ini: Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa Huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir. Alhamdu lillah, wa subhanallah, wa laa ilaaha illallah, wallahu akbar, wa laa haula wa laa quwwata illaa billah (Tiada tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya seluruh kerajaan/kekuasaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maha Suci Allah. Tiada tuhan yang benar kecuali Allah. Allah Maha Besar. Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah). Kemudian ia membaca istighfar: Allahummaghfirli (ya Allah ampunkanlah daku), atau berdoa dengan doa apapun. (Barangsiapa yang membaca dzikir tersebut lalu berdoa), maka doanya akan dikabulkan. Sedangkan yang lebih semangat lagi, lalu berwudhu (dan shalat), maka shalatnya diterima” (QS. Al-Bukhari).

7. حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ “Hasbunallahu wa ni’mal wakiil” (Cukuplah Allah saja bagi kami, dan Dia-lah sebaik-baik penolong).
Kata sahabat Ibnu ‘Abbas ra bahwa, dzikir tawakkal inilah yang dibaca oleh Khalilullah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam saat dilemparkan ke dalam api raja Namrud. Begitu pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat Beliau membacanya saat dikepung oleh musuh dari berbagai penjuru (lihat QS. Ali ‘Imraan: 173, dan HR. Al-Bukhari).

8. حَسْبِيَ اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ، عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ، وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ “Hasbiyallahu laa ilaaha illaa Huwa, ‘alaihi tawakkaltu, wa Huwa Rabbul’arsyil kariim” (Cukuplah bagiku Allah saja, tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Dia, aku bertawakkal kepada-Nya, dan Dia adalah Tuhan Pemilik al-‘arasy yang agung).
Dalam hadits bahwa, siapa membaca lafal dzikir tawakkal yang bersumber dari Al-Qur’an ini (QS. At-Taubah: 129), sebanyak 7x pada pagi dan petang hari, maka Allah akan mencukupkan dan melepaskannya dari hal-hal yang menggundahkannya” (HR. Abu Dawud dan lainnya serta dishahihkan oleh Al-Albani).

9. لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ “Laa haula wa laa quwwata illaa billah” (Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa, lafal dzikir istimewa yang juga bermakna dan beresensi tawakkal ini, merupakan salah satu perbendaharaan dan pintu Surga (HR. Muttafaq ‘alaih dari Abu Musa Al-Asy’ari ra.).

10. بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيم “Bismillahil-ladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil-ardhi walaa fis-samaa-i, wa Huwas-Samii’ul ‘Aliim” (Dengan Nama Allah, yang dengan Nama-Nya tidak akan ada sesuatupun di bumi dan di langit, yang bisa memberi madharat. Dan Dia-lah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).
Di dalam hadits bahwa, barangsiapa membaca lafal dzikir ini 3 x setiap pagi dan petang hari, maka tidak akan ada sesuatupun yang memadharatkannya (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, An-Nasaa-i dalam ‘Amal-al-yaum wal-lailah, dan lain-lain)

"Sudahkah kita membaca Alqur'an hari ini?
Berapa kali dalam sebulan kita mengkhatam Al qur'an."
( Khairukum man ta'allamal qur'an wa 'allamah).
SOMEDAY IS TODAY, DO IT NOW OR NEVER

TIPS OF THIS DAY
“Didiklah anakmu dengan 3 perkara: mencintai Allah, mencintai Rasul dan belajar Al-Qur’an” (Al-hadits)