Selasa, 11 September 2012

Tuntas dan Lancar Menghafal 30 Juz dalam 12 bulan, Bisakah?


Syafaat
Banyak pertanyaan muncul seputar durasi menghafalkan al-Quran. Ternyata jawaban dari pertanyaan tersebut sangat bervariasi mulai dari yang super cepat (kurang dari 10 bulan) sampai yang paling lambat di atas 10 tahun, bahkan tidak jarang berakhir dengan kegagalan. Jika jawabannya bervariasi, maka penghafal pemula dihadapkan pada kebingungan membuat target waktu. Kebingungan tersebut membuat gamang untuk melangkah, kegamangan membuat langkah menjadi tertatih-tatih. Terlebih sekarang ini banyak orang tua yang menginginkan anaknya segera melanjutkan sekolah atau kuliah seusai mereka tuntas menghafal.
Animo masyarakat muslim terutama di perkotaan untuk menghafal al-Quran kian besar dan tak terbendung, sementara pada saat yang sama mereka dihadapkan pada tuntutan hidup faktual (bekerja, menikah, membesarkan anak, meniti karir, melanjutkan studi, berorganisasi). Lagi-lagi, persoalan yang muncul adalah cukupkah dalam waktu terbatas (1 tahun, 2 tahun dst) semua keinginan itu berjalan simultan.
Menghafal al-Quran termasuk kategori Extra Ordinary Memorization (EOM), proyek menghafal yang luar biasa banyaknya, sekitar 600 (full) halaman dengan ratusan kata yang mirip dan ratusan kata non Arab di dalamnya. Dibutuhkan kolaborasi antara psikis, fisik, transeden yang kokoh untuk melakukannya. Ketenangan psikis dibutuhkan agar kerja otak untuk proses menghafal tidak terganggu, fokus dan stabil dalam jangka waktu yang panjang. Fisik yang sehat ikut juga berkontribusi menjaga stabilitas psikis, kinerja mekanis tubuh. Menggerakkan mulut untuk membaca, tangan membuka mushaf dibutuhkan kinerja mekanis tubuh yang sehat. Peran transendental (keyakinan/keimanan), meski kerja di belakang layar, adalah mengatur harmoni psikis dan fisik sekaligus mensupplay tenaga yang maha dahsyat. Seringkali aspek transedental ini mendominasi dan mengambil alih peran psikis dan fisik. Contoh banyak sekali orang buta yang hafal al-Quran, tidak jarang orang yang berbaring sakit sukses menghafal.
Pengalaman membuktikan bahwa perencanaan yang baik dalam menghafal dapat mempercepat tuntasnya hafalan. Beberapa orang beranggapan jika menghafal dalam waktu yang lama, akan lama juga hilangnya, sebaliknya jika cepat selesainya, cepat juga hilangnya. Anggapan ini lebih banyak salahnya daripada benarnya, kenapa? Rata-rata mereka yang hingga tahun ke 4 belum tuntas, berakhir dengan kegagalan, sebab motivasi internal yang pada tahun pertama menggelora (100 %), mungkin pada tahun ke 4 tersisa tinggal 50% saja. Lebih-lebih bertubi-tubi desakan datang dari keluarga, teman, lingkungan untuk menyelesaikan, sehingga bisa jadi menghimpit syaraf dan itu rentan terjangkit stress. Seperti gadis usia 30 tahun belum laku, pasti kesana kemari akan dihujani pertanyaan, ledekan bahkan cibiran yang terkait dengan pernikahan.
Kalau kita disuruh memilih antara menghafal satu tahun seusai kuliah lalu bekerja atau langsung kerja sambil menghafal sedikit demi sedikit. Mayoritas akan memilih yang kedua, mungkin untuk meminimalisir resiko (kehilangan waktu setahun). Padahal kalau jernih berpikir, pilihan kedua itu justru akan memperpanjang beban dan mengambang antara menghafal dan kerja. Artinya kerja kurang fokus, menghafal juga kurang fokus. Dan ini butuh waktu yang lama dan konsentrasi yang tidak mudah. Sebaliknya pilihan pertama (libur dari semua aktifitas, hanya fokus menghafal), berat di awal (pertimbangan usia, keluarga kurang setuju dll), tetapi happy ending (indah di akhir, insyaallah).
Satu tahun adalah waktu yang panjang bila dimanfaat secara efektif, sebaliknya satu tahun adalah waktu yang cepat bila disia-siakan. Dua orang yang sama-sama lulus kuliah kemudian bertemu lagi dalam kurun waktu setahun, akan mendapatkan pengalaman, penghasilan, ilmu dan kulitas hidup yang berbeda. Mungkin satunya selama setahun dia bisa mengumpulkan uang hingga 10 juta, sementara yang lain memiliki keuntungan non materi yang abstrak, yaitu hafal al-Quran 30 juz. Tentunya keduanya memiliki bobot kulitas yang berbeda. Satu tahun yang bermakna akan mengukir keindahan hidup selamanya, sebaliknya satu tahun yang hanya numpang lewat tanpa aktifitas bermakna hanya menambah jumlah bilangan usia dan mengurangi bilangan umur.
Pertanyaan berikutnya, bisakah dalam 1 tahun seseorang dapat tuntas menghafal al-Quran? Jawabannya tidak hanya “bisa”, tapi “sangat bisa sekali”. Berbicara tentang menghafal 1 tahun berarti kita berbicara tentang lama waktu (12 bulan, 365 hari, 24 jam x 365) dan kesiapan fisik-psikis (untuk mengisi waktu tersebut seefektif dan seefisien mungkin), serta stabilitas konsentrasi dan fokus (istiqamah).
Terkait dengan calon penghafal, kelancaran membaca, fashahah, tajwid sudah tidak ada persoalan bagi mereka, demikian juga segala tanggungan finansial/tugas keseharian non tahfidz harus benar-benar bebas serta kenyamanan tempat dan ketepatan ustadz/kyai tidak diragukan lagi. Inilah prasyarat yang mutlak dipenuhi sebelum menyelam dalam samudera hafalan.
Sebelum memulai, harus dibuat perencanaan yang matang secara matematis dan aplikatif. Misalnya: kalau targetnya 12 bulan, maka perencanaannya harus dibuat 10 bulan sebagai antisipasi waktu yang terbuang.  Hasil bagi dari 10 bulan dengan 30 juz sama dengan 3 juz perbulan atau 1 juz per 10 hari.
Biasanya mushaf yang dipakai adalah mushaf pojok (setiap pojok bawah adalah akhir ayat) baik terbitan Menara Kudus, maupun terbitan dari Timur Tengah. Dalam satu juz umumnya terdapat 10 lembar/20 halaman. Jadi minimal perhari, harus menambah hafalan baru minimal 1 lembar/2 halaman. Untuk lebih aman sebaiknya ditambah 1 halaman lagi agar dalam waktu 20 hari sudah dapat 3 juz, sehingga ada sisa waktu antara 9-10 hari (dalam tiap bulan) untuk rileks atau melancarkan ketiga juz tersebut. Kegiatan semacam ini berlangsung terus tanpa jeda, tanpa mengenal hari libur kecuali idul fitri dan idul adha saja. Seandainya melakukan perjalanan jauh, pun tidak boleh putus menambah hafalan baru meski di atas kendaraan. Jadi dibutuhkan kedisiplinan tinggi dan istiqamah tanpa kompromi. Sekali saja teledor atau malas, akan mengundang kemalasan berikutnya.
Hal yang tidak kalah penting dengan menambah hafalan baru adalah muraja’ah (mengulangi seluruh hafalan lama). Jika input hafalan barunya banyak maka murajaahnya juga harus banyak (seimbang). Jumlah juz yang dimurajaah dalam sehari minimal 1/7 dari hafalan keseluruhan. Misalnya sudah menghafal 14 juz maka minimal perhari 2 juz, sehingga dalam seminggu mengalami satu kali putaran. Berbeda dengan juz terakhir/terbaru yang dihafal, wajib dimurajaah setiap hari hingga lancar. Setiap hafalan baru wajib diperdengarkan (tasmi’) kepada ustadz/kyai yang sudah hafal. Akan lebih juga bila satu juz terakhir atau juz-juz lainnya yang belum lancar juga ditasmi’.
Ke semua proses di atas membutuhkan pikiran dan tubuh yang fit dan fresh terus. Bila sakit bagaimana? Selama dalam kondisi sakit itu masih mampu (meski tidak optimal) menghafal, maka lakukan semampunya. Perlu juga memperhatikan kesehatan dan kebugaran selama menghafal. Harus disisipkan waktu dalam sehari sekitar 1 jam untuk berolahraga (jalan, lari, senam, fitness dll) dan refreshing otak (dengan melihat pemandangan alam dll), serta 1 jam untuk tidur siang dan mandi. Lakukan keseimbangan antara berhenti dan bergerak, antara duduk dan berdiri dalam keseharian agar peredaran darah dan sensorik syaraf berjalan normal. Hindari makan terlalu banyak karena membuat orang mengantuk, dan hindari  kurang makan yang akan mengganggu konsentrasi menghafal. Biasakan tiap rakaat shalat membaca 1 halaman al-Quran, dan juga biasakan murajaah sirri (tanpa sirri) dalam keramaian, termasuk di atas kendaraan.
Kalau semua proses di atas berjalan sukses, maka 10 bulan sudah khatam 30 juz dan sisanya (2 bulan) dipakai untuk pemantapan dan tashih mendalam. Murajaah pada dua bulan terakhir harus lebih banyak, minimal 2 hari sekali khatam. Dan genap 1 tahun, si penghafal sudah tuntas menghafal dan mengkhatamkan sebanyak 30 khataman. Inilah yang disebut dengan tuntas dan lancar. Selanjutnya dia sudah bisa melanjutkan kuliah, kerja, atau mengejar cita-cita yang lain. Dalam kondisi ini, tentu murajaah tidak boleh berhenti hingga ajal menjemput, hanya saja porsinya dikurangi minimal 2 minggu sekali khatam. Buatlah komunitas kecil untuk murajaah bersamaan (bergiliran) secara rutin mingguan atau bulanan. Sekali-kali ikutlah musabaqah dengan niat semata ingin memperbaiki kulitas hafalan dan mendapatkan bimbingan intensif, pasti bacaan dan hafalan kita lebih baik. Keikhlasan menjadi baju keseharian, ketawadluan menjadi desah nafas, khidmat ilmu menjadi lahan perjuangan tiada henti.
Semoga Allah ikut mengintervensi langsung cita-cita kita yang mulia ini sehingga berlangsung lancar dan bekualitas. Amin. La haula wa la quwwata illa billah.  (Malang, 6 September 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Sudahkah kita membaca Alqur'an hari ini?
Berapa kali dalam sebulan kita mengkhatam Al qur'an."
( Khairukum man ta'allamal qur'an wa 'allamah).
SOMEDAY IS TODAY, DO IT NOW OR NEVER

TIPS OF THIS DAY
“Didiklah anakmu dengan 3 perkara: mencintai Allah, mencintai Rasul dan belajar Al-Qur’an” (Al-hadits)